Chapter Four

834 103 9
                                    

Chapter IV


(Vote jika anda menikmati cerita ini)


Pagi itu sedikit mendung dan anginnya cukup kencang. Seperti biasanya, rumah sederhana berwarna hijau muda itu selalu gaduh dan wanita tua itu sudah sibuk sejak pagi buta, selain menyiapkan dagangannya tentunya ia mengurus segala kebutuhan pagi Eren. Tak seperti biasanya, tanpa diteriaki namanya Eren sudah turun dari kamarnya dan pergi ke ruang makan.

"oh Eren? Kau sudah bangun?"
"ya, ntahlah aku terbangun awal pagi ini" jawab Eren sembari duduk memandangi sarapannya dimejanya.
"apa tidurmu nyenyak setelah mimpi buruk itu?"
"ya" dusta Eren, jelas terlihat matanya terlihat sayu karena semalaman dia tak tidur melainkan terus berkutat dengan buku dan koran-korannya.
"berdoalah sebelum tidur agar tak mimpi buruk, kau sangat sering mimpi buruk Eren"
"ah ya, semalam aku lupa berdoa, mungkin itu penyebabnya Chi"
Chi hanya menghela nafas, sebenarnya Chi tahu ada yang tak beres dengan Eren, apalagi ketika ia mengalami mimpi buruk, namun Chi tetap berakting tak mengetahui apapun. Setelah memastikan Eren berangkat sekolah, Chi memutuskan untuk mendatangi Sam, meskipun jarak rumah Sam dengan rumahnya lumayan jauh, Chi memilih untuk berjalan kaki. Setelah sekitar setengah jam Chi akhirnya tiba di rumah Sam, dilihatnya Sam tengah fokus membaca koran diteras rumahnya. Menyadari kedatangan Chi yang sangat mendadak, Sam sontak melepas kacamatanya dan berdiri, mata Sam menyipit.
"ada perlu apa kau kemari?"
"kau.. apa yang kau rencanakan ha? Kenapa kau sekarang menyangkutkan Eren dalam urusan kita, sudah ku peringatkan kau Sam, aku hanya ingin kau melihatnya"
"hm, aku bahkan tak pernah menyentuhnya, kenapa kau sangat hawatir?"
"jangan pernah menemui nya lagi Sam, aku benar-benar memperingatkan mu!"
mendengar kegigihan Chi, Sam sangat geram. Chi segera kembali berjalan pulang, Chi mulai meneteskan air mata teringat dengan mendiang putrinya dan kehawatirannya pada Eren. Sam masih bisa melihat punggung nenek renta itu berjalan dengan semangatnya. Dengan sangat geram Sam membanting gulungan koran yang ada ditangannya. Sam berharap ia akan segera melenyapkan mereka berdua dan segera mendapatkan apa yang ia inginkan selama ini. Sam bergegas menuju garasi dan mengendarai sedannya dengan kecepatan tinggi, dilihatnya punggung nenek renta itu. Bibir Sam menyeringai lebar, tanpa menunggu lama Sam menghantam tubuh renta itu dengan sedannya. Sam melirik ke kaca spion sedannya, dilihatnya Chi terkapar dengan cairan merah yang mulai mengotori aspal.
"semoga kau bahagia nenek tua" ucap Sam senang. Ia pun segera mempercepat laju sedannya untuk kembali ke rumah nya dan mengajak Chris untuk menghabisi Eren, ia yakin Eren bukanlah urusan yang mudah.

Eren sedang berjuang untuk mengistirahatkan matanya, sekarang sedang jam istirahat, namun ia terlalu malas untuk keluar kelas sehingga ia memutuskan untuk tidur dikelas. Namun matanya sama sekali tak mengantuk tetapi ia juga merasa sangat lelah.
"Eren Custodia" tiba-tiba Joanne muncul, Eren mengangkat kepalanya malas
"hm?"
"ada panggilan dari Mr. Josh"
"bahkan ketika aku tak berulah orang itu masih saja memburu ku"
"datanglah, aku lihat ada petugas ambulance dikantornya tadi"
"hm?" Eren sontak langsung berdiri dan berlari meninggalkan Joanne dikelas, Joanne hanya terdiam melihat Eren berlari secepat itu. Entahlah Eren merasa sangat cemas, ia berlari tanpa memperhatikan ramainya koridor sekolah hingga beberapa kali menabrak siswa lain.
"apa yang terjadi??" ucap Eren dengan nafas yang memburu. Mr.Josh terkejut dengan kedatangan Eren, bahkan ia tak mengetuk pintu untuk masuk ke ruangannya.
"begini Eren, nenek mu mengalami kecelakaan.."
"dimana dia sekarang?!!!"
"tenanglah nak.."
"kubilang dimana dia sekarang?!!"
"dia dirawat di rumah sakit Maria sekarang"
mendengar itu Eren langsung berlari secepat mungkin, tanpa peduli dengan Mr.Josh yang memanggili namanya. Jarak rumah sakit itu tak terlalu jauh dengan sekolah. Sesekali Eren berteriak histeris, ia tak bisa menangis hingga membuat dadanya sangat sesak. Dia terus berusaha berlari secepat mungkin hingga ia sampai di rumah sakit tersebut. Eren terlihat sangat kacau dengan seragam nya yang sudah tak rapi dan keringat yang membuatnya terlihat sangat berantakan.
"dimana dia?!" bentak Eren pada petugas informasi rumah sakit itu
"maaf tuan? Siapa yang anda maksud?"
"dia! Chi! Nenek! Cepat katakan dia dimana!!!"
"tuan kami tak bisa mencari siapa yang anda maksud.."
"dia nenek tua! Dia baru saja kecelakaan!" bentak Eren semakin kencang membuat seisi rumah sakit terdiam dan memperhatikannya, mata tajam dan suara kerasnya juga menakuti petugas wanita tersebut.
"um.. nenek tersebut ada dikamar D-40 lantai 2 tuan"
Eren segera berlari menuju kamar yang dimaksud, disana bisa dia liat Chi tertidur lelap dengan balutan perban di kepala dan tangannya. Entah mengapa Eren merasakan dadanya sangat sesak dan terasa begitu sakit. Tangan Eren mengepal, rahangnya mengeras begitu kuat. Dengan amarah yang membara Enes kembali turun menuju pusat informasi.
"siapa yang membawa nenek itu kesini?!"
"pihak kami menerima panggilan dari warga sekitar makam Elite Elife, dan petugas emergency yang membawa kesini tuan"
"dimana mereka??"
"kemungkinan masih di tempat parkir mobil ambulance tuan"
dengan cepat Eren menuju parkiran mobil-mobil rumah sakit yang tertata rapi, dilihatnya tiga pria yang sedang membersihkan ambulance. Tanpa komando apapun Eren menyeret dan membanting salah seorang dari ketiga orang tersebut ke tanah. Eren mencengkram kerah baju petugas tersebut dengan sangat kuat, mata hijau nya terlihat sangat mengerikan.
"dimana kau menemukannya ha?! Siapa yang melakukannya!!" bentak Eren
"apa yang kau lakukan! Tolong lepaskan aku!" pinta petugas itu kesakitan. Kedua rekan petugas itupun berusaha menarik Eren namun tubuh Eren tak bergeming sama sekali.
"dimana kau menemukan nenek itu!"
"kami menemukannya di jalanan dekat makam Elite Elife, kami hanya mendapat informasi dari warga sana, kami tak tahu siapa pelakunya nak, kami tak tahu apa-apa" terang petugas tersebut ketakutan. Mendengar penjelasan tersebut perlahan tangan Eren melepas kerah baju petugas tersebut lalu menarik tangannya untuk berdiri. Eren hanya terdiam lalu berjalan meninggalkan ketiga petugas yang ketakutan tersebut, para petugas itu tak habis pikir bagaimana anak sekolah menengah atas memiliki badan sekuat itu dan juga sangat beringas.

Eren berjalan dengan tatapan tajamnya yang mengerikan itu, dia menyusuri sepanjang jalan hingga ia melihat jalanan tempat Chi ditemukan. Aspalnya basah, kemungkinan warga sekitar berusaha menghilangkan bercak darah Chi. Eren menyeringai kecil lalu meneruskan perjalanannya hingga tepat didepan sebuah rumah bercat abu-abu tersebut. Tanpa permisi Eren langsung membuka pintu rumah tersebut. Dilihatnya Sam dan Chris yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu Sam. Chris terlihat sangat terkejut melihat Eren dengan keadaan yang sangat berantakan dan matanya terlihat sangat merngerikan. Eren menatap tajam Sam yang tak menolehnya sama sekali.
"kau benar-benar iblis" gumam Eren
"masuklah nak" sahut Sam
"aku tak ingin bertamu, aku hanya ingin memperingatkan mu"
"kau jauh-jauh datang kemari hanya untuk itu?"
"targetmu hanyalah orang-orang lemah"
"tentu tidak, sekarang kau adalah target ku"
"senang mendengarnya" Eren menyeringai, dengan gerakan yang cepat Eren melempar suatu benda kedalam rumah Sam. Tanpa disangka Eren melemparkan pisau berukuran kecil tepat dileher Chris. Chris hanya terdiam dengan matanya yang mulai melebar, cairan merah itu mulai membanjiri tubuh Chris, Sam mematung melihat Chris yang mulai kejang-kejang kesakitan. Eren melangkah masuk dan medekati Chris yang sedang sekarat.
"aku akan mempermudahnya untukmu tuan"
Eren menancapkan pisau tersebut semakin dalam pada leher Chris, Chris mengerang kesakitan, Eren hanya tersenyum mendengarnya. Hingga Chris kehilangan nyawanya ditangan Eren, Sam masih mematung melihat kejadian tersebut. Mata Sam bergetar memperhatikan Eren dengan seringaian yang mengerikan di bibirnya itu, Eren terlihat sangat bahagia melihat Chris sekarat hingga meregang nyawa ditangannya sendiri. Sam masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, bagaimana bisa Eren melempar pisau itu dan tepat mengenai leher Chris.
"kau adalah targetku berikutnya, Sam" ucap Eren dengan senyuman yang sangat mengerikan. Sam hanya terdiam melihat wajah dan tubuh Eren yang penuh dengan darah Chris. Tangan Sam mengepal kuat, rahangnya mengeras. Eren benar-benar bukan anak muda biasa.

Dia adalah pembunuh, dia adalah pembunuh.

I'm (not) InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang