Prolog + Chapter One

2.9K 118 31
                                    

Prolog

Bahkan orang yang paling ku percayai di dunia ini tak sudi melihatku. Entah sejak kapan mereka tuli akan teriakan-teriakan ku ini. Setidaknya, tidak kah hati mereka bergetar sedikitpun ketika aku memekik kesakitan dan memanggil nama mereka dalam hati dengan air mata bercampur dengan keringat dingin yang menjijikkan ini? Dengan fakta bahwa aku adalah darah daging mereka. Hey! Aku anakmu! Bukan bangkai tikus di pembuangan sampah! Kenapa melihatku saja kalian tak sudi?!.

"Eren! Kemarilah, waktunya untuk sarapan!" suara favorit ku itu sudah berteriak dari ruang makan di lantai bawah. Namun aku masih kebingungan di kamarku, tidak mungkin aku menghilangkan buku itu, aku selalu membawanya.
"sebentar ma! Aku sedang mencari buku ku!" teriak ku dari kamar.
"buku apa yang sedang kau cari?"
Gotcha! Buku itu ternyata ada di tumpukan koran lawas di sudut kamar ku. Aku tersenyum lega dan segera memasukkan ke dalam ransel abu-abu pemberian nenek di ulang tahunku tahun lalu.
"sudah kutemukan ma"
"Eren ayo cepat sarapan, kau bisa terlambat"
"iya ayah!.

"Argh!" mimpi itu datang kembali, keringat dingin ini semakin membanjiri tubuhku dan aku kembali merasakan kesakitan yang sangat aku kutuk ini. Rahangku mengeras menahan sakit ini. "Aku mohon! Keluarkan aku dari sini! Apa salahku?! Aku anak kalian!" Aku kembali berteriak memanggil mama dan ayah berharap mereka akan datang dan memeluk ku. "keluarkan aku!! Aku tidak salah! Tolong! mama! Ayah! Aku tidak mau membenci kalian!!". Tidak ada respon sama sekali, aku terdiam dan mencoba kembali menahan rasa sakit ini. beberapa saat aku mendengar suara mobil ayah, mobil itu pergi menjauh dari rumah. Aku hanya melihat mobil itu hingga tak nampak lagi. "Apakah takdirku seperti ini? dibuang orang tua ku dan dibiarkan mati diruang bawah tanah yang sangat pengap dan mengerikan ini?".


Tidak, belum saatnya aku mati, malaikat tua renta itu menyelamatkan ku.



Chapter I

Pagi itu jam tanganku masih menunjukkan pukul 06:00 tapi aku mendengar suara berisik dari arah dapur. Ah, mungkin Chi sedang memasak sesuatu. Aku kembali melanjutkan tidurku, namun tak lama Chi berteriak memanggil namaku.
"Eren! Cepatlah bangun, kau akan terlambat!" teriaknya dari dapur. Aku terbangun kemudian duduk terdiam, aku mencoba mencerna teriakan Chi. Belum sampai aku berhasil mencerna teriakannya sebuah sandal tua sudah mendarat di kepala ku.
"hey! Kau tuli ha?! Cepat bangun dan mandi!" omelannya sangat menyakiti telingaku
"ini masih sangat pagi Chi, aku akan sarapan jam 8" jawabku malas
"dasar bocah bodoh! Hari ini kau mulai sekolah! Aku baru mengatakannya kemarin dan kau sudah lupa?!" jelasnya panjang lebar
"ahh.. hari ini? masuknya jam tujuh kan? Aku akan siap-siap setengah tujuh nanti"
"cepat pergi mandi!" kali ini dia benar-benar menjambak rambutku dan menyeretku ke kamar mandi, aku hanya pasrah di belakangnya.

Dia adalah Chi, malaikat tua renta ku. Dia yang menyelamatkan ku di ruang bawah tanah 2 tahun lalu. Dia tak memiliki nama, orang sekitarnya hanya memanggilnya nenek dan aku memanggilnya Chi, entahlah aku hanya menyukai nama itu. Dia merawatku dan mengangkatku menjadi anaknya. Meskipun dia sangat keras kepala dan terkadang sangat menjengkelkan tapi dia tetaplah malaikatku. Bahkan sekarang dia mendaftarkanku di sebuah sekolah menengah atas, membelikan ku beberapa buku tulis, pena, tas, seragam dan sepatu baru.

"Chi, aku selesai sarapan! Aku berangkat dulu!" teriak ku sembari keluar dari rumahnya dan menuju sekolah yang Chi maksud. Aku melihat bangunan besar berwarna putih dan abu-abu itu. Namun pagarnya sudah dikunci, bahkan ini masih jam 06:55 kenapa sudah dikunci? Aku memutuskan untuk memanjat pagar besi hitam itu. Namun seorang pria tinggi besar ternyata sudah mengawasi ku. Wajah nya sangat menjengkelkan, matanya besar, ditambah dengan alis dan kumis tebalnya.
"siapa namamu?!" bentaknya
"Eren Custodia"
"apa kau murid baru?!"
"anda bisa melihatnya dari seragam ku bukan, terlihat sangat baru" jawabku malas
"dimana sopan santun mu ha?! Kau murid baru disini! Bahkan kau sudah berani memanjat pagar!" ocehnya panjang lebar. Aku hanya melihatnya dengan malas.
"aku tidak tahu aturan itu, biarkan saja aku masuk, aku minta maaf" ucapku datar
"kau benar-benar tidak tahu sopan santun anak muda! Ikut ke kantorku!"
"Ini hari pertama ku, tak bisakah kau melepasku? Aku sudah minta maaf!"
"ikut aku Eren Custodia!"
"aku sudah minta maaf! Aku benar-benar tidak tahu aturan tersebut! Selamat pagi!" ucap ku cepat dan segera berjalan meninggalkan monster itu. Aku tak peduli dia meneriaki namaku disana. Aku sudah minta maaf, urusanku selesai.

I'm (not) InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang