Chapter Ten

824 69 31
                                    


Chapter X


Malam ini udaranya terasa sangat dingin dengan hembusan angin yang cukup kencang. Eren terlihat duduk di salah satu halte di pusat kota. Ia hanya diam memandangi jalanan yang cukup sibuk dengan lalu lalang kendaraan tanpa henti. Terlihat juga ia membawa buku pribadinya yang berwarna coklat dengan motif seperti kulit batang kayu yang sudah tua. Beberapa saat kemudian seorang wanita duduk tidak jauh dari tempat Eren. Menyadari wanita yang sedang ia tunggu telah duduk disampingnya, Eren terlihat menyeringai kecil dan tetap diam diposisinya. Sekitar 10 menit lamanya hinga sebuah suara terdengar memanggil nama Eren.
"Eren??"
"Selamat malam Mrs. Zoey"
"Apa yang kau lakukan disini? "
"Hanya ingin mencari angin malam saja Mrs. Zoey, bagaimana dengan anda?"
"Oh, aku dari rumah sakit, menjenguk temanku"
"Pakaian anda cukup formal juga untuk menjenguk seorang teman, selera berpakaian yang unik Mrs. Zoey"
"Oh, benarkah? Haha aku pikir ini pakaian yang normal"
"Ya, hanya saja anda terkesan seperti pulang kerja"
"Hahaha, tentu tidak, aku tidak punya pekerjaan ganda Eren"
"Aku tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa anda punya pekerjaan ganda Mrs. Zoey"
"Hm, bukankah udara dingin seperti ini sangat cocok untuk secangkir teh panas? Apa kau tidak keberatan jika aku mengundangmu untuk sekedar minum teh atau coklat panas? Kau sangat pendiam dikelas Eren, ini pertama kalinya aku bercakap-cakap denganmu"
"Tentu saja Mrs. Zoey, suatu kehormatan untukku"
"Baiklah, kau tidak sibuk kan malam ini? Bagaimana jika aku mengundangmu malam ini?"
"Oh baiklah, kebetulan aku sama sekali tidak sibuk malam ini"
"Baguslah kalau begitu, ah itu dia bus nya sudah datang".

Eren dan Zoey menaiki sebuah bus yang telah tiba dihalte tempat mereka duduk. Sekitar 10 menit perjalanan, Zoey mengajak Eren turun pada halte di depan sebuah perumahan yang sederhana namun memiliki lingkungan yang nyaman. Zoey mangajak Eren untuk berjalan memasuki perumahan tersebut untuk segera menuju rumahnya.
"Apa anda tertarik dengan buku ku Mrs. Zoey?" ucap Eren tiba-tiba
"Hm? Apa maksud—"
"Ah tidak Mrs. Zoey, lupakan"
"Ada sesuatu yang ingin kau katakan Eren?
"Tidak, aku minta maaf telah memotong ucapan anda"

Eren hanya tersenyum tipis melihat tingkah Zoey. Tak lama kemudian Zoey memasuki sebuah rumah kecil berlantai dua yang cukup sederhana namun terlihat sangat terawat.
"Masuklah Eren, anggap saja rumahmu sendiri" ucapnya dengan ramah.
Eren memperhatikan isi rumah Zoey dan cukup terkesan dengan tatanan rumah yang rapi dan nyaman. Eren melihat sebuah ruangan kecil yang terbuka dibawah tangga, dengan lampu kuning yang sangat remang dan terlihat tumpukan kertas berserakan didalamnya. Eren mendekati ruangan tersebut namun dengan cepat Zoey datang dan menutup ruangan tersebut. Eren memperhatikan Zoey dengan tatapan tajamnya.
"Duduklah Eren, aku akan membawakanmu coklat panas dan beberapa kue" ucapnya dengan ramah lalu kembali ke dapurnya. Tak lama kemudian Zoey keluar dari dapurnya dengan membawa dua cangkir coklat panas dan beberap kue. Eren yang masih berdiri ditempatnya kemudian menghampiri Zoey yang duduk di sofa merahnya.
"Minumlah Eren" ucap Zoey dengan senyuman ramahnya. Ia mendekap cangkirnya dan meminumnya. Mata Eren masih tidak bisa berhenti menatap Zoey yang sedang sibuk meminum coklat panasnya.

"Ada yang ingin kau katakan Eren?"
"Anda tertarik akan kasus pembunuhan dan orang hilang Mrs. Zoey?"
"Kasus pembunuhan?"
"Apa anda bekerja pada kepolisian?"
"Aku pikir aku sudah mengatakannya padamu kalau aku tidak memiliki perkerjaan ganda Eren"
"Mata anda begitu pandai melirik dan anda bisa merasakan seseorang akan memasuki ruangan terpenting anda, dan juga kertas-kertas diruangan itu—"
"Haha tentu saja tidak Eren, aku hanya seorang guru biasa"
"Oh, begitukah? Dua hari pertamaku disekolah itu, aku mendengar anda berpamitan pada kepala sekolah karena penugasan anda selesai dan satu minggu kemudian anda kembali mengajar seolah anda hanya izin mengajar selama satu minggu dikarenakan sakit. Anda ditugaskan untuk keluar masuk disekolah itu Mrs. Zoey?"
"Itu urusan pribadi Eren, kenapa kita tidak membicarakan hal-hal yang ringan saja? Dan kau melupakan coklat panasmu"
"Entahlah Mrs. Zoey, aroma coklat panas milikku berbeda dengan aroma coklat panasmu, mungkin hidungku sedang bermasalah"
"Apa maksudmu Eren?"
"Lupakan Mrs. Zoey"
"Minumlah Eren sebelum dingin"
"Maaf sebelumnya Mrs. Zoey, aku baru teringat bahwa aku punya sebuah janji, aku pamit pulang Mrs. Zoey, terima kasih atas coklat panasnya"
"Kau tidak ingin mencicipinya sedikit Eren? Aku sudah membuatkannya untukmu"
"Maaf Mrs. Zoey, aku terburu-buru, selamat malam Mrs. Zoey"
Dengan senyuman ramahnya Eren meninggalkan Zoey yang masih tak tergerak dari sofanya.
"Ah, Mrs. Zoey, jika anda memasukkan sesuatu kedalamnya sebaiknya anda pastikan untuk membuangnya di wastafel, jangan sampai ada yang meminumnya" ucap Eren dari pintu sebelum menutupnya.

Tangan tersebut mulai gemetaran dan mulai mengepal kuat. Dengan cepat Zoey meraih telepon rumah miliknya dengan nafas yang memburu Zoey memutar beberapa digit angka.
"Pergilah ke rumah ku sekarang juga, aku mohon Sean!" dengan cepat Zoey menutup telepon tersebut. Nafasnya semakin memburu ketika ia mengingat wajah Eren yang sangat mengerikan baginya. Wajahnya terlihat semakin cemas menunggu kedatangan pria yang ia panggil Sean. Tak lama kemudian pintu tersebut terbuka, seorang pria tinggi berkacamata berumur sekitar 25 tahun tersebut terlihat sedang mengatur nafasnya.
"Kau baik-baik saja Zoey?" tanyanya disela nafasnya yang masih terengah, namun ia tak mendapatkan jawaban apapun dari mulut Zoey. Sean mendekati Zoey yang hanya terdiam disofanya.
"Zoey, apa yang terjadi? Apa dia menyakitimu?"
"Sudah lama ia menyakitiku Sean"
"Katakan apa yang terjadi"
"Bisakah kau bayangkan Sean? Bagaimana rasanya bercakap-cakap secara langsung dengan pembunuh ayahmu?"
"Zoey, haruskah aku mengatakannya lagi? Belum ada bukti yang kuat untuk memanggilnya pembunuh ayahmu, ingat itu"
"Dia pembunuhnya Sean! Aku bisa merasakannya!"
"Zoey Christopher! Sekali lagi aku katakan belum ada bukti untuk memanggil anak itu pembunuh"
"Ayahku adalah teman dekat Sam, pengusaha senjata api yang paling ditakuti dikota ini, ayahku tewas dirumah Sam, namun tidak ada bukti bahwa Sam pembunuhnya dan aku dengar bahwa Eren adalah adik dari Greta mendiang istri Sam! Bahkan sekarang Sam juga menghilang dan mungkin saja anak itu yang membunuhnya juga!"
"Mrs. Zoey, kasus ayahmu sudah ditutup! Sam sendiri yang bersaksi bahwa ayahmu bunuh diri"
"Aku yakin ayahku dibunuh Sean!"
"Cukup Zoey! Kasus ayahmu sudah resmi ditutup dan kau meminta bantuan ku untuk membuka kembali kasus ayahmu tanpa izin resmi dari kepolisian dengan menuduh seorang anak ingusan sebagai pembunuhnya?!"
"Sean..."
"Mengapa harus Eren yang kau tuduh? Kenapa kau tidak melirik Sam? Bahkan kasus kematian Greta belum ditutup hingga sekarang, dan apa kau lupa berapa kali bajingan itu membunuh orang-orang tak berdosa dan berapa kali ia mampu lolos dari penjara? Kau selalu saja menolak menemaniku untuk memburu Sam setiap kali dia kabur dari penjara. Kenapa kau tak melirik Sam, Zoey?"
"Sam adalah teman dekat ayahku Sean, Sam banyak membantu ayahku dalam kesulitan dimasa ibuku terbunuh ditempat ia bekerja Sean..."
"Kenapa kau mengungkitnya lagi? Apa ini dirimu yang sebenarnya? Bersedih lalu berceloteh tentang aibmu sendiri? Zoey, jangan membuatku menyesal telah mempercayaimu selama 2 tahun ini, aku mempercayaimu karena kemampuanmu, bukan karena masalah pribadimu, kalau kau tak punya kemampuan yang bagus seharusnya kau sudah dipenjara karena selalu berusaha melindungi Sam dan ayahmu".

Zoey hanya terdiam mendengar peringatan Sean, lebih tepatnya terdengar seperti ancaman untuknya. Sean memperhatikan 2 cangkir coklat dimeja.
"Coklat utuh itu..."
"Ya, seharusnya dia meminumnya, aku mencampurkan Sodium Amytal dan berharap dia akan menceritakan semuanya, tapi dia mengetahuinya"
"Dia tahu coklat tersebut tercampur dengan Amytal?"
"Aku tak tahu pasti, hanya saja dia bilang aroma coklat miliknya berbeda dengan coklat yang kuminum, dan dia bilang untuk membuangnya ke wastafel"
"Anak yang menarik"
"Menarik? Bagiku dia anak yang aneh"
"Kau iri akan kekuatan insting anak itu Zoey?".


-


Gadis tersebut bernafas lega ketika melihat jam dinding di restoran menunjukkan pukul 10 malam. Dengan segera ia berjalan meninggalkan restoran tersebut. Tepat didepan restoran tersebut ia melihat seorang yang dikenalnya diseberang jalan. Dengan senyuman yang mengembang ia menyeberangi jalanan yang masih saja ramai dengan kendaraan. Ia mengeyitkan dahinya ketika mendengar percakapan orang tersebut dengan telepon genggamnya. Tak lama kemudian orang tersebut berbalik arah kepadanya. Gadis tersebut hanya meringis kecil lalu melambaikan tangannya dengan cepat
"Hai Eren hehe" ucapnya sambil terus melambaikan tangannya
"Apa yang kau lakukan disini Anne?" tanya Eren dengan datar
"Hanya jalan-jalan untuk mencari angin malam"
"Ada apa dengan tanganmu?" Eren memperhatikan luka dilengan Joanne
"Ah, ini..."
"Lukanya terlihat baru, seperti terkena minyak panas"
"Um, ya... aku bekerja di restoran tersebut" jawab Joanne sambil menunjuk restoran tempatnya bekerja diseberang jalan.
"Kau kokinya? Kau pandai memasak?"
"Sepertinya kau pandai makan Eren"
"Kau juga seorang peramal?"
"Hahaha terserah kau saja, umm kau terlihat sibuk dengan bisnismu Eren"
"Sekarang tidak"
"Baiklah, aku pulang dulu, selamat malam Eren"
"Joanne"
"Ya?"
"Kembalilah ke kelas mulai besok"
"Baiklah"
"Joanne"
"Ya Eren?"
"Apa kau mudah membenci seseorang?"
"Apa maksudmu?"
"Seseorang yang menyakitimu saat ini mungkin saja sedang berusaha memberikan yang terbaik untukmu"
"Hm?"
"Pulanglah, Selamat malam Joanne".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm (not) InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang