16. Tanpa dia

12.1K 1K 143
                                    

An/ baper-bapernya udahan dulu ya wkwk. Siapin aja dulu hatinya *ea :v

🙇

Tanpanya, aku hampa.
Dengannya, aku tersiksa
-(Namakamu) Dhea Ramadhanya-

***

Berkali-kali (Namakamu) mengetukkan kepalanya pada stir mobil. Ia menghentikkan mobilnya di tikungan belakang komplek. Karena takut jika harus menyetir dalam keadaan seperti ini.

Seluruh jarinya mati rasa. Begitu pula bibirnya yang tak sanggup berkata-kata. Hanya isakan yang terus keluar. Namun, seberapa banyak air mata yang keluar, seberapa sakit yang ia rasakan, tetap saja. Tidak ada kata benci untuk Iqbaal. Bahkan setelah ia mencoba, tetap saja.

Tangannya meraba perutnya yang nantinya akan membesar. ''Maaf, Nak.''

***

Pagi harinya, (Namakamu) terbangun. Ia masih di dalam mobil. Matanya membengkak besar, hingga membuatnya sulit membuka mata. Sial, umpat (Namakamu) kesal.

Dengan klabakan, (Namakamu) mencari ponselnya di dashboard. Banyak sekali pesan yang masuk. Begitu juga telepon. Namun ada satu yang menarik perhatiannya.

OdyWoody : kemana kamu? (5)

Tumben sekali Teh Ody mengirimnya Line.

OdyWoody : rumah berantakan, Ale kacau, kamu nggak ada
OdyWoody : siapapun yang ngeliat Ale sekarang, nggak akan tega
OdyWoody : tapi kamu? Malah ninggalin dia
OdyWoody : nggak punya hati ya? Suami lagi terpuruk gini kamu malah pergi aja.
OdyWoody : kemana kamu?

Dengan keras (Namakamu) menggigit bibir bawahnya. Ia butuh Mama. Atau siapapun untuk diajak bicara.

''Ma, Papa ada dirumah nggak? Aku kerumah, ya. Ada sesuatu yang dede pengin omongin.''

Setelah memastikan kalau Papa tidak ada dirumah, (Namakamu) langsung melesat kerumah orangtuanya.

''Assalamualaikum, Mama!'' seru (Namakamu) ketika sampai di depan rumah yang mengukir banyak kenangan di hidupnya itu.

''Waalaikumsa-- lho, lho, kamu kenapa, sayang?'' tanya Mama cemas. Langsung di dekapnya putri kesayangannya itu. ''Kita masuk, ya.''

Untung saja Papa tidak ada dirumah. Kalau ada, bisa-bisa (Namakamu) akan diinterogasi macam narapidana. Dan Papa juga tidak akan segan menghampiri orang yang menyakiti dirinya. Menghampiri Iqbaal ... Tidak, itulah yang (Namakamu) hindari.

''Cerita sama Mama.''

Semua mengalir bagai air. (Namakamu) bercerita tanpa ada yang ditambahi atau lebih. Menunjukkan keterkejutannya Mama mendekap mulut, menahan tangis.

''Maaf, (Namakamu) bikin Mama sedih. Tapi (Namakamu) butuh seseorang buat diajak ngomong. Maaf, Ma.'' (Namakamu) kembali didekap Mama. Bedanya kali ini, Mama lah yang menangis.

''Mama yang minta maaf. Karena Mama ngerasa udah kasih kamu ke orang yang salah.'' dielusnya berkali-kali punggung (Namakamu). ''Maafin Mama.''

''Bukan salah Mama. Tapi mungkin emang ini sekadar ujian aja, Ma. Peringatan dari Tuhan kalo rumah tangga aku dan Iqbaal perlu diperbaikin.''

[2] Daddy Ale × IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang