24. Sini, aaa

12K 956 59
                                    

Keesokan harinya, Iqbaal dan Tabassum di rumah. Sementara (Namakamu) pergi ke toko karena ada pesanan yang menumpuk.

''Daddy!'' seru Tabassum saat Iqbaal memakaikan baju ke tubuhnya.

''Kenapa sayang?'' sahut Iqbaal lalu menyisir rambut anaknya.

''Mau Mommy.''

Iqbaal tersenyum. ''Mommy lagi kerja. Nanti kita jemput. Sekarang, Taba jalan-jalan sama Daddy mau?''

''Daddy ...'' rengut Tabassum. Bibir mungilnya sedikit maju. Dan matanya mulai berkaca-kaca.

Hap

Iqbaal menggendong Tabassum dan mengayun-ayunkannya. Biasanya hal ini akan membuat Tabassum diam. Namun kali itu tidak. Gadis kecil yang sedang kini dipeluk Iqbaal itu malah menangis.

''Nanti, sayang. Sama Daddy dulu aja ya.'' Iqbaal mengayunkan pelukannya. Ia berusaha agar Tabassum tenang.

Namun nihil. Tangisan itu masih terdengar. ''Mommy!''

''Iya, iya. Daddy mandi dulu. Taba tunggu ya,'' kata Iqbaal yang kemudian menurunkan Tabassum di dekat mainannya.

Ketika Iqbaal keluar dari kamar mandi, Tabassum tengah tertidur diatas sofa sambil memeluk boneka lebahnya. Dengan lembut Iqbaal mengangkat tubuh mungil itu ke dekapannya dan memangkunya. Karena ini saatnya untuk nonton TV.

***

Saat Iqbaal dan Tabassum sampai di toko, (Namakamu) tengah sibuk menguleni adonan kue pesanan. Karena pesanan itu juga, toko di tutup sementara. Jadi (Namakamu) dan Salsha bisa fokus mengerjakannya. Namun mereka tetap buka untuk evening coffee break, sekalian istirahat.

''Assalamualaikum.''

Sedetik setelah matanya menangkap (Namakamu), Tabassum berlari ke arah ibunya. ''Mommy!''

Terkejut karena merasa kakinya dipeluk, (Namakamu) menunduk. Ternyata putrinya. ''Eh kok ada Tata?''

''Kangen Mommy.''

''Kamu duduk dulu di situ ya.'' jari (Namakamu) menunjuk sebuah kursi santai dimana Iqbaal telah duduk. ''Mommy mau bikin kue.''

''Tata mau bantu!'' seru Tabassum seraya menarik-narik celana (Namakamu).

Perempuan itu tersenyum lalu menggendong anaknya. Ia mengambil mangkok plastik kecil dan menyendokkan sedikit adonan ke dalamnya. Tabassum di dudukkan di sebelah Iqbaal. Tak lupa ia memberi Tabassum sebotol sirup dan coklat yang sudah habis.

''Daddy, Tata bikin kue,'' pamer Tabassum kepada Iqbaal yang tengah memeriksa ponselnya.

''Iya.''

''Kue cokelat, Daddy. Suka kan?'' tanya Tabassum.

Iqbaal mengangguk singkat. Pesan dari relasinya itu tidak bisa diabaikan barang sedetik saja.

''Daddy!''

''Iya ...''

Mata Tabassum berkaca-kaca. Ia meletakkan mangkok itu di meja dan meringkuk. Tangisnya keluar tanpa suara.
''Loh, kok princess nya Daddy nangis?'' Iqbaal mengelus pipi merah Tabassum dengan lembut.

''Daddy jahat.''

Tubuh Tabassum langsung diangkat ke pangkuan Iqbaal. ''Maafin Daddy ya. Tadi lagi sibuk. Sekarang, Taba mau buat apa?''

Jari mungil Tabassum menunjuk mangkok tadi. Iqbaal pun meraihnya. ''Daddy bantuin ya.''

Kepala Tabassum mengangguk semangat. ''Tambah cokelat!''

[2] Daddy Ale × IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang