2

146 5 8
                                    

Sial!!!

Kini, aku sudah ada diparkiran motor Mall yang aku tuju. Namun sayangnya, parkiran sedang ramai-ramainya. Entah mengapa aku pun tidak tahu.

Hampir memakan 7menit untuk memarkirkan motor ku. Dan tak terhitung sudah berapa kali ponsel ku berbunyi.

Ketika aku sudah memarkirkan motor ku, aku berjalan sendirian ke dalam Mall itu—menuju arena bermain di Lantai 3.

Aku mengecek ponselku sambil menaiki escalator beberapa kali.

   Jerapah : iya aku tunggu
   Jerapah : kau sudah dimana?
   Jerapah : lama

Aku tersenyum membaca pesannya itu. Ah, andaikan dia jadi milikku.

Tidak sadar ternyata aku sudah sampai di lantai 3 Mall ini. Banyak orang ramai lalu lalang—dan yang ku benci saat ke Mall adalah pasangan muda mudi yang tidak malu bergandengan tangan kesana kemari. Jelas saja aku tidak suka, Karena aku jomblo.

Aku pun sampai ditempat permainan mall ini. Mencoba mencari-cari sosoknya dalam keramaian. Dan……boom! Ketemu.

Aku melihatnya berjalan sambil mengetik pada ponselnya tersebut—sesekali dia juga melihat sekitar. Aku pun berinisiatif memberikan kejutan. Dia pun berjalan turun dengan escalator. Aku tidak ingin ke tinggalan, aku pun berlari tanpa mengeluarkan suara sambil agak mengendap-endap—entah orang akan menganggap ku gila, aku tak peduli.

Kini, aku berada satu tangga dibelakangnya. Kemudian aku turun tepat di anak tangga escalator tempat ia berdiri.
“Ehemmm” aku berdeham. Namun, dengan dengan santainya dia hanya memandang ku, kemudian turun dan berjalan mendahuluiku—seperti seolah-olah meninggalkan aku.

“Jadi, ditinggal nih aku?” tanya ku kesal.
Dia hanya tertawa kecil. Ah, sungguh jangan tertawa seperti itu. Aku semakin mudah jatuh hati padamu. Ku mohon.
Lalu dia melambaikan tangannyam kea rah ku—memberiku isyarat untuk mendekatinya. Tanpa berlama-lama lagi aku menghampirinya.

“Kau tau darimana aku turun?” tanyanya dengan menatapku curiga.

“Bukannya aku sudah pernah bilang, kalau aku selalu tau tentang mu?” jawabku dengan percaya diri. Dia hanya tertawa kecil, seolah menganggap omonganku adalah lelucon belaka.

Kini kita sudah berada di lantai dua, kaki ku rasanya mulai pegal karena sejak tadi tak henti berjalan. Kaki panjang miliknya itu rasanya tidak punya rasa pegal sedikitpun, aku selalu saja tertinggal dibelakangnya.

“Jangan cepat-cepat dong” kata ku sebal.

“Ya kamu yang lama” protesnya sambil berhenti menunggu ku mendekatinya.

Aku menatapnya kesal. Ingin aku mengigit atau mencakar-cakarnya sekali saja.

“Ayoo beli ice cream” katanya tiba-tiba.

Sial! Aku tidak bisa menolak tawarannya itu. Ice cream adalah salah satu hal yang selalu membuat ku jatuh cinta, sama seperti aku jatuh cinta pada dirinya.
Aku pun hanya mengangguk dan berjalan mengikutinya.

Ice cream-nya di lantai berapa ya?” tanyanya sambil tertawa.

***

“Aku gatau cara pesennya ini, gimana?”

“Yaa itu ke kasirnya pesen terus bayar lah” sahutku sambil menunjuk beberapa orang yang sedang mengantri.

“Ah aku gabisa, kamu aja yaa yang pesen” katanya sambil memasang wajah memelas.

“Dasar ngerepotin” sahutku kesal sambil mengambil posisi mengantri. Dia hanya tertawa sambil menunjukkan ke dua ibu jarinya ke arah ku.

“Kamu mau rasa apa?” tanyaku.

“Rasa....apaaa....yaaaa...” matanya tidak henti menatap satu-satu ice cream gelato dihadapannya itu. “Cheese” sahutnya.

Cheese satu, coffee satu” kata ku memesan pada salah satu pegawainya.
Tidak beberapa lama pegawai tersebut memberikan ice cream itu pada ku.

“Niih..” kata ku sambil memberikan ice cream cheese pesanannya.

“Makasih yaa” katanya sambil tertawa seolah-olah aku adalah seorang ibu yang telah berhasil membelikan ice cream kesukaan anaknya.

Aku hanya mengangguk-angguk saja sambil mengambil dua lembar tisu didekat kasir--yang memang ditujukan untuk pembeli.

Disudut kedai, aku melihatnya sedang asik berdiri sendiri dengan ice cream yang baru beberapa detik aku berikan padanya, beberapa tetes ice cream menggantung ditepi bibirnya. Ah, bahkan ice cream sentuh bibir mu pun aku cemburu. Batinku. Sesegera aku menghampirinya.

“Nihh...” sahutku saat dia hendak membersihkan mulutnya dengan tangan.

“Makasih yaa”

“Hmm” sahutku sambil memakan ice cream coffee ku.

Dia-pun berjalan ke area permainan di mall itu lagi, aku hanya mengikuti dibelakangnya. Baru beberapa langkah, dia tiba-tiba berhenti--hanya menyisahkan satu langkah saja didepanku. Aku yang sedang asik menikmati ice cream ku pun terkejut melihatnya berhenti sambil menatap ke arah ku. Jantungku tiba-tiba berdebar kencang dan nafas ku terasa sesak tak karuan saat dia menatapku seperti itu.

***

Tunggu kelanjutannya yaa :)

Andai Kau Milik KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang