Aku masih diam mematung didepannya sambil memegang ice cream coffee yang baru beberapa menit tadi ku pesan.
Tiba-tiba dia mengatungkan salah satu tangannya didepanku--mengisyaratkan untuk tanganku agar di gandeng olehnya.
Aku terkejut sambil mengajukan salah satu tanganku. Akhirnya, aku dan dia bergandengan tangan untuk beberapa saat. Baru beberapa langkah mengitari sekeliling area permaninan mulut ku gatal untuk tidak berbicara.
“Mau nyebrang ini?” tanyaku menggoda sambil mata ku mengarah ke tangannya.
“Oh jadi gak boleh?” tanyanya sambil melepaskan tanganku.
“Hehehe gak apa-apa kok, nihh” jawabku sambil mengajukan lagi tanganku yang beberapa detik tadi ia lepaskan.
Dia tidak menggubris kata-kata ku, kemudian berjalan menuju area permainan mobil balap, aku hanya bisa bergumam sebal sambil mengikuti dibelakangnya.
Dia berdiri tepat dibelakang anak yang sedang asik bermain itu. Matanya jeli melihat setiap gerakan anak tersebut saat memainkannya--sambil menyantap ice cream.
Karena terlalu serius memerhatikan anak yang sedang bermain, ice cream yang berada ditangannya itupun mulai meleleh. Sontak ia terkejut dan langsung membersihkan tangannya yang terkena lelehan ice cream dengan tisu--sayangnya karena terlalu banyak lelehan, tisu miliknyapun sudah kotor disetiap sisinya.“Aduh, mangkannya jangan liatin anak main mulu” ocehku sebal. Aku pun langsung memberikan tisu milikku kepadanya.
“Hehehe makasih” katanya sambil tertawa. Aku pun membantunya mebersihkan lelehan ice cream yang mengotori tangannya itu.
“Yah tumpah kena bajumu” beberapa tetes lelehan ice cream miliknya itupun turut mengotori bajuku.
“Yauda gak apa-apa, buat kenang-kenangan” sahutku.
“Sa ae, maaf loh yaa”
“Iyaa gak apa-apa, gak usah alay gitu” candaku.
Akhirnya, setelah beberapa menit ice cream milikku dan miliknya sudah habis.
“Aku mau mobil-mobilan dulu ya” pamitnya. Aku pun hanya mengangguk mengiyakannya sambil berdiri melihatnya mulai memasukan kartu permainan pada mesin yang ada didepannya itu.
Lima belas menit sudah berlalu.
Kaki ku rasanya pegal sedari tadi berdiri dibelakangnya menunggu ia selesai bermain. Ini sudah ke-empat kalinya ia menggesekkan kartunya ke mesin permainan itu.
“Sekali lagi ya, hehe” katanya sambil menunjukkan jari telunjuknya padaku. Aku hanya bisa mengangguk-angguk. Entah sudah berapa puluh ribu yang ia buang hanya demi bermain mobil-mobilan itu. Orang kaya mah bebas. Batinku. Tapi ku akui, dia selalu menang dalam permainan itu.
Akhirnya dia pun selesai dengan permainan mobil-mobilannya itu. Dia menghampiriku yang sedang asik memerhatikan boneka-boneka yang ada di dalam mesin capit.
“Hei!” sapanya.
“Udah mainnya?” tanyaku setengah sebal.
“Hehehe udah, maaf ya”
“Hmm” sahutku tanpa melihat wajahnya.
“Ya udah ayo pulang”
“Ha? Pulang? Sekarang?” sontak aku kaget mendengar perkataanya itu. Aku pun melihat jam di ponsel ku, masih setengah jam aku ada di Mall ini dan sekarang dia mengajakku pulang.
“Iya lah, emang mau nginep disini? Enggak kan?”
“Ya kan aku belum ada satu jam disini” kata ku sebal.
“Terus mau ngapain coba? Aku juga uda capek” katanya sambil membungkukkan badan--mengisyaratkan badannya yang kelelahan.
“Ya udah deh” aku pun menuruti perkataanya itu.
“Yah ngambek, gitu aja ngambek” katanya sambil mengejekku. “Yah udah sini ikut aku” tambahnya sambil menggandeng tanganku.
***
Jangan lupa beri suara ya :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Kau Milik Ku
Teen FictionRisca Ayu Salsabilla. Gadis berusia 18 tahun yang diam-diam terpesona saat pertama kali melihat laki-laki dengan postur tubuh tinggi berjalan didepan kelasnya. Laki-laki yang dikabarkan adalah salah satu ketua kelas yang rupawan di antara ketua kela...