Satu

22 5 8
                                    

Sudah lama dia tidak melihat wajah itu. Indi berharap saat melihatnya lagi, wajah itu berseri seperti dulu setibanya dia dari inggris. Tapi nyatanya, Indi melihat wajah yg pucat dan dingin, terbujur di dalam peti. Indi menangis sejadi- jadinya di tempat itu. David berdiri di sampingnya lalu mengelus bahu Indi, berusaha menenangkan.

David pun sama terpukulnya atas kepergian saudara kembarnya. Terlebih ibu David, sangat histeris melihat anaknya sudah pergi selamanya. Beberapa kali dia jatuh pingsan, dan saat berjalan harus ada yg menjaganya takut ibu David pingsan lagi.

Gemericik hujan mengiringi kepergian Daniel. Indi hanya duduk diam di bangku kayu putih di depan rumah orang tua Daniel dan David. Ia tak kuasa ikut ke pemakaman, kakinya lemas. Tak kuasa untuk berjalan.

Melamun, masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Suara langkah kaki seseorang mendekatinya. David datang untuk menghibur teman kecilnya. Dia duduk di samping nya, suara lirih keluar dari mulut Indi, "Apa yang terjadi ? Bagaimana kejadiannya ?" David terdiam sejenak, tidak tega melihat gadis di sampingnya. Kemudian dia menjelaskan,

"saat itu, dia baru datang dari inggris, dia ingin segera melihat mu. Daniel melajukan mobilnya dengan kencang. Lalu sebuah truk datang dari arah kiri, sama cepat lajunya. Dan akhirnya menabrak mobil Daniel sampai terlempar jauh," jelas David.

Indi terdiam, bibirnya mengatup. Beberapa saat, hanya keheningan yang terjadi.
Sampai Indi mengatakan sesuatu, "Vid, tolong bangunkan saya dari mimpi buruk ini." Suaranya terdengar bergetar, David melihat mata Indi berair dan mengalir membelah pipinya.
Tangan David hendak menyentuh pipi Indi untuk menghapus air mata nya, namun berhenti saat Indi menghapusnya terlebih dulu,

lalu berkata, " tolong tinggalkan saya sendiri, maaf Vid."

"Baiklah jika itu yang kamu mau. Saya pamit ya, Ndi." Laki-laki tinggi itu beranjak dari tempat duduknya.

Saat berbalik, Azka berjalan menuju mereka. David berjalan meninggalkan Indi, lalu berkata pada Azka untuk menghibur Indi dan Azka mengerti itu. Azka duduk di sampingnya, tangannya menyentuh lembut bahu Indi. Gadis itupun menoleh, tangisnya semakin menjadi. Tangan kanannya menutupi mulut, berusaha meredam suara tangisnya. Azka mendekat, membiarkan Indi bersandar di bahunya.

Sepertinya, Azka dan Indi tidak mengetahui kalau David masih memerhatikan mereka.
David yang sejak dari tadi melihat mereka dari jauh, hatinya teriris. Dia memejamkan mata, berusaha mengatur nafas. David tidak tega melihat Indi yang kacau seperti ini.
Dalam hatinya berkata, 'andai kamu tau, Indi.' Lalu dia pergi dengan perasaan yang tidak karuan.

Dibalik BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang