(V) My Consciousness

83 54 26
                                    

Jangan kamu bertanya tentang perasaan ku, karena sampai sekarang aku belum juga mengerti tentang perasaanku sendiri, apakah hanya sekedar penasaran atau malah perasaan.

*
*
*
*
*
*
*
*

Hari senin ini gue lupa tidak mengenakan sepatu hitam, padahal hari senin seluruh siswa wajib mengenakan sepatu hitam. Gue pun memutuskan untuk pergi ke uks untuk tidak mengikuti upacara bendera yang sangat panas, belum lagi pembinanya saat amanat gak kebayang deh.

"Teeeeetttttt." bunyi bel masuk berbunyi, aku pun segera berpamitan kepada Nadya untuk mbolos ke uks.

"Nad, kalau di tanya gue kemana jawab aja pusing gitu oke." pinta Sania.

"Dasar loe San, malesan mau sampe kapan coba kayak gitu." Nadya menatap ku tajam.

"Sampai kapan ya kira-kira, hmm mungkin sampai upin-ipin udah kuliah deh." canda Sania.

"Gue ngasih tau loe malah gue yang gila San, ya udah sana gih." Nadya menyerah untuk menyeramahi Sania.

"Yoi, thanks." Sambil gue berjalan ke arah uks.

Ruang uks semakin dekat, setiap gue melewati lorong-lorong kelas pasti ada yang memanggil, kadang gue membalasnya dengan sapaan atau mungkin cuma membalas dengan senyuman.

Tapi hanya satu hal yang membuat gue terpaku, gue melewati kelas XI IPA 2, dari sini gue melihat sesosok Afra yang terlambat mengikuti upacara dia terlihat sangat tergesa-gesa.

Sempat dia melihat ku namun dia terlihat begitu dingin, tidak seperti biasanya saat latihan basket dia pun langsung berjalan melalui ku tanpa satu kata pun.

Cleo 'POV

"Shit, gue telat." keluh Cleo dalam hati.

Gue pun terus melihat jam tangan gue yang menunjukkan pukul 07.05 AM, untung tak ada yang ngeliat gue telat bisa mampus ntar. Males banget di hukum cuma karena telat.

Ku edarkan penglihatan ku, ada seseorang perempuan memasuki uks dan aku tau itu adalah Sania, ide yang bagus juga pura-pura ke uks, gue pun menaruh tas ke kelas lalu menuju uks.

Sesampainya di uks.

"Hai San, loe ngapain di sini?" Tanya Cleo.

"Agak pusing aja kok kak, lha kak Cleo kenapa, kok gak keliatan sakit?" Sania bertanya balik.

"Owh, gue tadi telat jangan bilang ya! Hehe" Cleo menjawab.

Tak sengaja aku melihat sepatu Sania yang tidak berwarna hitam, aku pun berfikir pasti Sania ke uks karena tidak memakai sepatu hitam hahaha.

"Dasar! Sepatu loe warna apa tu?" tanya ku sambil mengacak rambut Sania gemas.

"Hehe, tapi jangan ngacak-ngacak rambut gue juga" tawa Sania sambil merapikan rambut panjang nya.

❣️❣️❣️

Sania 'POV

Di uks gue ketemu kak Cleo yang ternyata juga sedang membolos upacara karena telat, sebenarnya gue senang bisa berbicara dengannya tapi entah mengapa hanya sekedar senang bukan nyaman,mungkin belum biasa aja sih.

"San loe pulang sekolah gak latihan basket kan makan yuk?" tawar Cleo.

"Kok tau kalau gak latihan?" Gue penasaran.

"Kan sekarang jatahnya Afra les di kelasnya yeee jangan pede!" setelah mengucapkan dia menjulur kan lidahnya.

"Hmm, gmna ya?" goda ku.

"Kebanyakan mikir gak bagus tau." jawab Cleo.

"Emang kenapa?"

"Keburu yang di pikirin ilang." jawabnya.

"Ih apaan sih gak dong deh?" tanya gue heran.

"Elah gitu aja di pikirin, kebanyakan mikir kamu hehe." Cleo pun terkekeh.

"Ih, ngeseli deh." gue menjawab gemas.

"Jadi mau gak?" tanya Cleo sekali lagi.

"Hmm... Oke boleh, pulang sekolah ya." sanggup Sania.

"Oke gue tunggu di parkiran nanti." jawab cleo.

Kita banyak bercerita tentang guru-guru di sini lah, atau tentang kegiatan lain. Bercerita dengan Cleo memang menyenangkan hal apa pun bisa kita obrolin.

Upacara pun berahkir gue, dan Cleo berjalan ke kelas masing-masing, senang bercampur penasaran menjadi satu di dalam diri ini. Kenapa Cleo harus mengajak ku? Kenapa nggak ajak yang lain, toh masih ada temen di geng nya.


Nadya menatap ku tajam karena aku bolos upacara, biasa sih dia seperti ingin menceramahi ku lagi, walaupun tadi aku sudah di ceramahi. Untuk saja guru Fisika sudah datang jadi dia nggak jadi menceramah hehe.

Pelajaran demi pelajaran berlalu, istirahat ini gue dan Nadya pergi ke kantin untuk sekedar mencari makanan. Langkah ku terus melaju sampai seketika seorang Afra menabrak ku entah karena sengaja atau tidak, nggak terlalu keras sih jadi nggak papa lah. Dia sempat melihat ku namun dia memilih untuk hanya melewati ku tanpa satu kata pun.

Dia terlalu dingin aku canggung untuk memberi salam ataupun sapaan pada Afra nanti gue malah malu sendiri kalau gue nyapa gak di gubris, dikira gue suka lagi entar hewww. Tapi mengapa gue mengharapkan sapaan Afra, mungkin kepikiran aja kali.

Tbc 💞💞💞

Sahabat Hijau ToscaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang