(X) What Should I Do?

45 22 4
                                    

Ternyata cinta bukan hanya sekedar lelucon belaka, dia sangat nyata kemanapun kita, sejauh mana kita pergi, sekuat apapun kita melawannya kita tetap akan kalah.
🎑
🎑
🎑
🎑
🎑
🎑
🎑

Sania 'POV

Jam kosong pelajaran ini membuat gue sangat bosan, tak seperti biasanya jamkos adalah hal terindah, gue berniat ke kantin untuk menyusul Nadya. Koridor sekolah sangat sepi, langkah demi langkah gue jalani, namun tak sengaja gue melihat sosok Afra.

Entah mengapa bibir gue spontan memanggil namanya.

"Fra!" panggil Sania.

Afra hanya diam terpatung tanpa menoleh.

"Fra loe ngapain sih selalu menghindar, gue ada salah apa sama loe?"

"Bukan nya loe sendiri ya yang cuek." ketus Afra.

"Hey gue cewek, harus ya cewek yang sapa dulu?"

"Terus kalau cewek kenapa, lagian loe juga dah sama Cleo, latihan sama Cleo aja!"

"Gue gak ada apa-apa sama Cleo, gue juga minta maaf soal ucapan gue kemarin."

Tanpa menjawab Afra meneruska jalanya, gue hanya terdiam sambil berkaca-kaca. Kenapa gue harus kenal Afra, sebelum gue kenal Afra hidup gue biasa aja, harusnya jika Afra pergi hidup gue biasa aja seperti saat dia belum datang dalam kehidupan gue.

Dari belakang Nadya memanggil, gue sangat nggak mau liat gue nangis dengan cepat gue menghapus air mata, dan sesegera tersenyum kepada Nadya.

"Ke mana aja sih loe?" tanya Nadya.

"Habis ke toilet, ayo ke kantin." ajak Sania.

"Udah dari tadi gue tunggu  kali!"

"Sorry,  cantik loe ilang Nad" Goda gue.

Mupung kantin masih sepi, gue dan temen sekelas gue bisa sangat leluasa. Di meja gue bersama rombongan cewek-cewek kuping gue agak risih karena yang di omongin cuma cowok boring banget, Afra, Cleo, Nando, Boby, ya yang hits itulah.

❣️❣️❣️

Afra 'POV

Gue hanya tersenyum tanpa arti, daripada gue nangis di depan Sania lebih baik gue mendahului pergi. Ternyata Cleo tidak ada apa-apa dengan Sania kata itu membuat gue sedikit bingung, biasanya Cleo jarang banget deket sama cewek, mungkin dia suka dengan Sania.

Koridor sekolah sangat sepi, gue berjalan dengan terburu-buru menuju kelas tapi tiba-tiba gue menabrak seseorang.

"Sorry, gue nggak sengaja?" sambil membabangunkan seorang wanita.

"Oh iya gapapa kak." jawab Nadya.

"Bener loe gapapa?"

"Its, ok"

Wanita itu ternya Nadya sahabat Sania dan rekan basket Cleo, dia berlari menuju arah Sania tadi. Ah biarin aja gue kebanyakan mikir kayak cewek, mungkin gue whatsapp aja tinggal dua hari lagi penentuan.

Walaupun gue udah gak minat jadi kapten, tapi sekiranya gue menghargai prosesnya, tidak mungkin satu bulan akan rusak karena dua hari. Gue harap hari ini pulang lebih cepet karena banyak jam kosong, membuat gue tidak tau apa yang gue lakukan kecuali ngegame.

"Fra, kemarin loe kok gak dateng pas latihan?" tanya Cleo.

"Gapapa ada urusan." jawab Afra.

"Owh, nanti ikut nongkrong lagi nggak?"

"Nanti liat-liat deh."

Udah lama gue nggak nonton rasanya pengen aja nonton, masak gue nonton sendiri gak banget, apalagi sama geng gue yang ada nggak jadi nonton malah cuma belanja.

Pernah tiga bulan lalu gue sama mereka ke mall niatnya cuma mau beli sepatu sama nonton, tapi gak sempet nonton malah beli yang gak jelas, tapi gue juga beli sih hehe.

"Teeeeetttttt" bunyi bel tanda pulang sekolah. Seluruh siswa berteriak "yes"  begitu juga gue. Gue udah WA Sania pulang sekolah langsung aja kan biasanya dia juga bawa jersey dari rumah jadi nggak masalah.

❣️❣️❣️

Di lapangan dengan masih mengenakan seragam putih abu-abu yang gue keluarkan, gue mulai dribble bola, fitrow, dan sesekali shooting. Sampai Sania tiba dengan jersey biru dongkernya dan rambut kuncir kuda nya.

"Fra, gue minta maaf." kata Sania.

"Udah gak usah bahas, males gue!"

"Ih, maafin kan, gue gak enak nih?"

"Iyalah loe gal enak, bakso yang enak." jawab gue nyleneh.

"Fra, loe jangan bercanda dong" rengek Sania.

"Iya, iya bawel banget!"

"hehe" cengir Sania.

Hari ini semua kembali seperti dulu, tawa Sania terpancar, dia bisa tertawa lepas karena gue, itu udah cukup. Gue pengen memberanikan diri untuk mengajak Sania makan setelah latihan.

Gue sih gak pinter basa-basi, tapi kalau di tolak gimana? Malu fong gue, nanti di kira gue suka, jadi bingung gue. Perasaan gue campur aduk antara malu, gengsi, bahagia semua menjadi satu, tapi gue laki-laki bukan pengecut yang cuma bisa ngandelin gengsi.

Toh kalau Sania nolak gue juga udah siap, siap makan sendiri maksudnya, tapi kalau dia mau makan kemana ya, kok gue jadi ribet apa gue tanya peta aja ya?

"Eh San loe laper nggak?" sambil merapikan tas.

"Hmm, lumayan sih." tanggap Sania dengan muka polos.

"Makan yuk, gue juga  laper mau gak?" tawar Afra.

"Dimana?"

"Di oreo cafe gimana?" ajak Afra.

"Yoi." sanggup Sania.


Tbc 💞💞💞

Sahabat Hijau ToscaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang