Part 1

4K 325 8
                                    

Walaupun harus menunggu 1000 tahun lagi, perasaanku padamu tidak akan pernah berubah. Aku selalu mencintaimu, dahulu, sekarang, dan selamanya-Prachaya Ruangroj
.
.
.
.

18 Oktober 2018, Matahari belum menunjukkan sinarnya saat seorang pria berkulit tan terlihat sedang mengamati keadaan kota Bangkok yang sangat ramai, seperti tidak pernah mati.

"Selamat ulang tahun sayang," gumam Pria itu sambil tersenyum getir menatap langit yang mulai menunjukkan semburat cahaya matahari. Dengan gontai dia berjalan masuk ke kamar mandi, menyegarkan diri sebelum bersiap pergi ke tempat kerjanya.

.

.

.

.

"Singto!" teriak seorang pria bertubuh besar, saat pria berkulit tan itu sedang membuka pintu mobilnya.

"Ada apa P'New. Ingin menumpang?" tanya Singto, yang langsung dijawab dengan senyum lebar yang khas milik New. Singto langsung mempersilahkan New masuk ke dalam mobilnya kemudian mendudukkan diri dibalik kemudi.

"Mana P'Tay?"

"Entahlah, aku tidak peduli" jawab New Sambil memakan roti yang dia bawa. Singto hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sahabat sekaligus teman kerjanya itu.

"Apa kau bertengkar lagi dengan P'Tay?"

"Bukan aku yang memulai, dia saja yang terlalu keras kepala dan tidak mau mengalah"

"Bukankah kalian sama saja, sama-sama keras kepala- Aduh!" seru Singto karena New tiba-tiba memukul kepalanya.

"Jangan samakan aku dengan orang tua itu, kami berbeda!"

"Oke oke kalian berbeda, P' Tay Keras kepala dan kau orang yang kasar"

"SINGTO!" bentak New. Singto hanya tertawa mendengarnya. Sebenarnya dia tidak ada niat menghina Sahabatnya itu, tapi melihat New kesal adalah hiburan tersendiri untuknya, mengingat hanya New yang saat ini dia miliki dan dia percaya untuk menjaga rahasia besarnya. Sedetik kemudian mereka mulai fokus dengan kegiatan masing-masing, New dengan makanannya dan Singto fokus dengan jalan raya, membawa mereka ke sebuah café tempat mereka bekerja sebagai barista.

Tak lama setelah mereka sampai, tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri New dan memeluk manja New.

"Baby, kenapa kau tidak menungguku supaya kita bisa pergi berdua? Aku minta maaf, semalam aku tidak bisa mengontrol emosiku. Maafkan aku ya, ya ya"

"Tay, kau membuat Singto tidak nyaman, bisa kita bicarakan di dalam?" Ucap New sambil merenggangkan pelukan Tay.

"Tidak apa-apa P'New, kalian selesaikan saja urusan kalian, aku akan menyiapkan bahan-bahan di dalam," jawab Singto, meninggalkan sepasang kekasih itu. New hanya menatap Singto dari belakang. Dia tahu, Singto ini bukan manusia biasa. Karena sebenarnya, Singto telah hidup hampir 900 tahun karena kutukan dewa, dan membuatnya tidak bisa merasakan sakit ataupun tersakiti secara fisik, meskipun tidak ada yang tau sudah berapa banyak luka batin yang dia simpan selama itu. Awalnya New tidak percaya dan mengganggap Singto adalah penipu, tapi tahun lalu saat dia tidak sengaja melihat Singto terjatuh dari atap apartemennya dan berpikir kalau Singto telah meninggal, membuat New percaya kalau Singto benar-benar seorang manusia yg istimewa, atau mungkin manusia yang paling menderita karena harus melihat berbagai peristiwa menyakitkan yang terjadi di bumi ini.

.

.

.

.

"Sing, kami pulang duluan ya, kunci café kau saja yang bawa, aku ada kencan dengan kucing rakus itu"

"Siapa yang kau panggil rakus Tay?!" New memukul lengan Tay, tapi Tay hanya tersenyum.

"Oke Phi, aku tau besok kalian akan datang terlambat karena malam ini kalian akan melakukan 'itu' kan"

"Singto!" Bentak New dengan wajah merah padam, bukan karena marah tapi karena malu rencananya malam ini dengan mudah ditebak oleh Singto.

"Kau sendiri? Apa kau tidak bosan hidup sendirian tanpa pasangan? Apa kau tidak iri melihat kami?" Tanya Tay.

"Aku masih belum menemukan belahan hatiku Phi, dan aku sama sekali tidak iri melihat kalian, aku justru bahagia melihat kedekatan kalian" jawab Singto sambil tersenyum. New tahu, selama ini Singto hidup hanya untuk mencari belahan jiwanya, karena kutukan itu hanya bisa lepas saat dia bertemu belahan jiwanya, tetapi selama itu pula usahanya belum membuahkan hasil, meskipun Singto telah berkeliling dunia mencarinya dan melakukan berbagai macam pekerjaan hanya untuk bertemu dengan belahan jiwanya yang entah berada dimana.

"Kenapa kau menjadi puitis seperti ini. Sudahlah, ayo Baby kita pergi" ucap Tay sambil menarik tangan New, meninggalkan Singto sendirian di dalam café.

Jam menunjukkan pukul 10 malam saat Singto selesai membersihkan café sebelum menutup café itu. Setelah yakin semua barang aman, barulah dia menutup café itu dan pulang ke rumahnya. Tapi khusus hari ini, dia tidak langsung pulang, karena dia harus menuju ke sebuah tempat untuk merayakan ulang tahun 'seseorang'.

Langkahnya terhenti di sebuah taman yang cukup sepi, sambil membawa sebuah kotak kue dia mendudukkan dirinya di rerumputan didepan sebuah danau.

"Maaf aku terlambat, tapi ini hadiahmu tahun ini sayang. Semoga kau suka" kata Singto sambil menyalakan lilin yang ada di kue itu, kemudian menghanyutkannya ke dalam danau. Setitik air mata jatuh membasahi pipinya, teringat kejadian 900 tahun lalu saat dia kehilangan orang yang paling dia cintai tepat di hari ulang tahun orang tersebut. Singto menutup matanya, berharap keajaiban itu muncul malam ini, dibawah sinar bulan purnama sebagai saksinya bahwa dia sangat merindukan kekasihnya.
Tiba-tiba seorang remaja pria muncul dari danau itu tepat di hadapan Singto, membuat Singto terkejut dan hampir terjatuh.

"Ketemu!!" Teriak remaja itu sambil mengangkat sebuah kalung gerigi yang dia temukan di danau itu. Singto lagi-lagi terkejut saat dia mendengar suara remaja itu. Badannya bergetar hebat, seolah-olah sedang bertemu hantu danau. Remaja itu baru menyadari keberadaan Singto, dan berenang ke tepi untuk menghampirinya.

"Phi, apa phi tidak apa-apa? Maaf aku mengejutkanmu, aku mencari kalung ini karena tadi aku tidak sengaja menjatuhkannya" ucap remaja itu, tapi Singto masih menatapnya tidak percaya dan mencoba mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan.

"...wat.." gumam Singto berulang-ulang.

"Phi? Apa phi baik-baik saja?"

Sedetik kemudian Singto menarik remaja itu ke dalam pelukannya, tidak peduli bajunya basah.

"Perawat, kau kembali. Kau kembali," ucap Singto sambil mengeratkan pelukannya. Remaja itu merasa tak nyaman dan langsung melepaskan pelukan Singto. Singto menatap mata remaja itu penuh arti.

"Tuan Krist?! Anda dimana?" Teriak seseorang. Remaja itu langsung beranjak dari tempatnya sambil menatap Singto sekilas.

"Tuan Krist? Apa anda berenang di danau itu? Apa kata tuan kalau beliau melihat anda basah kuyup begini?"

"Tidak apa-apa paman Tae, biarkan saja orang tua itu melihatku seperti ini" jawab remaja itu kemudian pergi. Orang yang dipanggil Tae itu langsung mengikuti remaja itu menuju sebuah mobil yang diparkir tak jauh dari situ.

"Jadi namamu sekarang Krist. Akhirnya aku menemukanmu"

~Part 1 end~

[KristSingto AU] When We Meet At The Full Moon [End] [1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang