Part 8

1.4K 179 10
                                    

Yang membuatku bahagia? Bisa menjadi bagian dari hidupmu, dan dicintai oleh orang sepertimu-Perawat Sangpotirat
.
.
.

Angin malam menerpa tubuh Krist dan Singto, yang saat ini sedang duduk di tepi danau. Singto mengamati tangan Krist dengan seksama. Dari tadi Krist sama sekali tak ingin melepaskan genggaman tangannya, mungkin kalau Krist melepaskannya sekarang akan meninggalkan bekas kemerahan di tangan Singto.

"Kau yakin kau sudah mengingat semuanya?" Tanya Singto hati-hati.
"Sepertinya begitu, semua ingatan ini bercampur di kepalaku..." Ucap Krist sambil menyenderkan kepalanya di bahu Singto. Kepalanya masih terasa berat setelah mengingat semua hal yang terjadi padanya di masa lalu.

"Oh iya phi. Bagaimana kau bisa selamat setelah tertusuk seperti itu?" Tanya Krist.

"Entah. Setelah melihatmu terjatuh dari jurang itu yang ku ingat aku pingsan, dan saat sadar aku terbangun di kamarku, seolah tak terjadi apapun, lukaku juga mendadak sembuh. Dan sejak saat itu aku terkurung kutukan ini, yang membuatku terus hidup sampai hari ini tanpa bisa merasakan sakit fisik apapun" jawab Singto sambil memegang perutnya. Sampai sekarang juga dia masih penasaran mengapa waktu itu lukanya bisa hilang tak berbekas.

"Mungkin karena permintaanku waktu itu..."
"Permintaan?" Ucap Krist sambil menegakkan badannya.

"Iya, saat kau terjatuh aku meminta pada dewa, sekali saja aku ingin menyelamatkanmu, sekali saja aku ingin bersamamu, sekali saja aku ingin mendengar jawabanmu, sekali saja aku ingin melihatmu bahagia..." Ucap Singto, tanpa sadar air matanya terjatuh.

"Ssssttt, jangan menangis. Sekarang aku disini, tak ada yang harus phi takutkan" ucap Krist sambil memegang pipi Singto, menghapus air mata Singto yang tak mau berhenti. Singto memegang tangan Krist di pipinya, kemudian mendekatkan wajahnya, hingga bibir mereka bertemu. Dengan lembut Singto mencium bibir Krist, sesekali menghisap bibir bawah Krist. Krist pun melakukan hal yang sama dengan bibir atas Singto, menyesap seluruh kemanisan yang ada di bibir pasangannya itu, tak peduli air mata Singto membasahi pipinya.
Setelah puas, Singto melepas tautan bibir mereka, kemudian menyentuh dahinya dengan dahi Krist.

"Terimakasih sudah kembali. Aku sangat bersyukur kau kembali.." ucap Singto.

"Harusnya yang berterimakasih itu aku. Phi sudah menungguku selama ini, pasti rasanya sakit-"

"Perawat Sangpotirat!" Teriak seseorang dari kejauhan. Refleks Krist dan Singto menjauh, menoleh ke arah sumber suara. Krist terkejut, bagaimana ayahnya tau dia ada disini.

"Ayo pulang. Anak kurang ajar, beraninya kau kabur dariku" ucap ayah Krist sambil menarik kasar tangan Krist. Tapi dengan cepat Krist menepis tangan ayahnya.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Krist. Ayahnya tampak sangat marah melihat anaknya kini tak mau menurut dengannya.

"Kau ingin melawanku? Dasar anak sialan" ucap ayah Krist. Sebelum tamparan kembali mendarat di pipi Krist, Singto dengan sigap menahan tangan ayah Krist.

"Apa seorang ayah pantas melakukan ini pada anaknya?" Ucap Singto dingin, tapi ayah Krist sama sekali tak merasa terintimidasi.

"Siapa kau? Aku ayahnya, aku yang lebih tau tentang anakku"
"Apa seorang ayah pantas disebut ayah, saat dia dengan tega memukuli anak satu-satunya? Dan berkencan dengan wanita muda, melupakan istrinya yang sudah meninggal?" Tanya Krist.

"Bagaimana kau tau kalau aku berkencan dengan seorang gadis?" Tanya ayah Krist sambil mencengkram kerah baju Krist. Tapi Krist sama sekali tak memancarkan ketakutan, justru menantang ayahnya dengan menatap dingin ayahnya.

[KristSingto AU] When We Meet At The Full Moon [End] [1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang