Kantin saat ini sangat ramai bukan main, seperti sebuah tokoh yang memberikan diskon 100% kepada semua pakaiannya, bagaimana tidak kalau Arina mentraktir seluruh sekolah tanpa terkecuali sedikitpun mungkin guru guru juga ia traktir, banyak yang tidak percaya dengannya mungkin kalian juga tidak akan percaya karena dia masih bisa dibilang siswa baru di sekolah Harapan jika bisa dihitung dia baru satu bulan lebih tapi dia sudah mentraktir satu sekolah seperti orang yang terbiasa di sekolah itu.
"Rin, hari ini lo ulang tahun yah?." Tanya Mita yang sudah menjadi teman Arin dari hari pertama Arin masuk disekolah Harapan.
"atau orang tua lo kasih uang kelebihan yah?" Sambung Nada yang duduk disamping Arin dengan wajah penasarannya.
Arin hanya tersenyum lebar saat mereka berdua bertanya, dan ia menggerakkan tangannya ke mulut mengisyaratkan untuk mereka berdua tetap makan.
"kalian makan yang banyak aja, mungkin aku hanya akan mentraktir kalian hari ini aja." Arin mengambil jus jeruk yang barusan di bawa sama salah satu siswa yang berada di kantin.
Tanpa basa basi lagi mereka berdua menyantap makanan yang sudah disiapkan didepan mereka, ada beberapa siswa yang sudah menyantap makanan gratis itu mereka mengucapkan 'terima kasih' lalu pergi ke kelas masing-masing. Kini Arin membayar makanan yang hampir dipesan oleh satu sekolah. Arin sedikit kaget saat melihat semua total makanan itu, mungkin penjual hari ini akan cepat pulang pikir Arin karena melihat harga dan cemilan-cemilan yang sudah banyak menghilang dari tempatnya.
"Rin nanti malam nongkrong yuk." Kini mereka bertiga sudah berjalan di koridor sekolah
"dimana?" tanya Arin yang masing Asing dengan daerah tempat tinggalnya.
Arin kini memasuki kelas dengan muka datarnya, seperti biasa salah satu siswa perempuan terus menatapnya setiap masuk kelas seperti dia akan menerkam Arin.
" lo jangan cari muka dengan uang lo." Akhirnya kata-kata keluar dari mulut gadis yang dari tadi menatap Arin.
Arin tidak menggubris perkataan gadis tadi, ia tersenyum sinis lalu duduk di kursi yang tidak jauh dari gadis itu
satu jam lagi waktu pulang sekolah pelajaran terakhirnya juga tidak menyenangkan, Arin yang sudah tidak sabaran untuk pulang sengaja ingin ke toilet untuk mengulur waktu disana, Arin berjalan ke toilet dengan langkah bak model. Dia sudah bosan di toilet itu kini ia ingin kembali ke kelas, di ujung koridor terlihat seseorang pria yang bersandar dengan tangan yang disilang seperti menunggu seseorang Arin yang jalan di depan pria itu ditahan dengan menggunakan badan bugarnya Arin menatap tajam pria yang menghadangnya tidak kalah pria itu juga mentapnya lebih tajam, beberapa detik mereka hanya bertatap-tatap, lambaian tangan Arin di depan muka pria itu membuat pria itu sadar.
"ada apa?" Arin bertanya setelah bertatapan cukup lama.
"apa motif lo sekolah disini?." Tanya pria itu mengintrogasi
"apa lagi kalau bukan belajar." Jawab Arin
"gue ngga bodoh, mana mungkin siswa baru mau nraktir satu sekolah yang hampir memakan uang yang banyak."
"lo pikir gue mau keluarin uang gue demi mereka." Ucap Arin lalu pergi ke kelasnya yang hanya lima langkah dari tempat mereka berdiri.
Pria itu terdiam saat mendengar kata-kata Arin barusan, gaya bicara Arin yang biasa sopan jika berbicara dengan siswa lainnya berubah drastis seperti bad girl-bad girl yang ada di sekolah itu.
TRIIING~~~
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, koridor di penuhi dengan siswa-siswa yang baru keluar dari kelas masing-masing.
"Rin tadi lo ketemu Roni di koridor?" Nada dan Arin menuruni tangga yang masih ramai dengan penghuni-penghuni di sekolah ini.
"Roni?. Ah, aku hanya bepapasan dengannya, memangnya ada apa?."
"Ah, ngga papa kok, maaf Rin tapi gue harus cabut duluan pacar gue udah nunggu." Nada menggelengkan kepalanya lalu menunujuk kearah motor saat mereka sudah sampai di dekat parkiran motor.
'Traktir, Teman,ck kalian fikir aku ikhlas' gumam Arin yang melihat Nada berlarian ke motor pacarnya.
Roni memperhatikan Arin dari jauh, dia sangat penasaran dengan gadis itu menurutnya Arin mempunyai dua kepribadian yang sangat berbeda dia terlihat polos di depan guru dan siswa yang lainnya di sisi lainnya dia terlihat seperti ular berbisa, Roni menyadarinya saat Naila memberitahu bahwa ia di berikan senyuman sinisnya, gadis yang menatap Arin di kelas tadi namanya Naila dia terkenal sebagai bad girl.
***
Roni bersama rombongannya memasuki café yang terkenal di daerah ini, sebenarnya café ini hanya di perbolehkan oleh Sembilan belas tahun keatas tapi tidak ada yang tahu bagaimana Roni dan rombongannya bisa masuk ke café ini padahal umur mereka belum sampai Sembilan belas tahun, di café ini banyak yang memakai pakaian tak senonoh café ini juga sangat tertutup jadi orang dari luar tidak akan tahu apa yang ada di dalam café ini di dalam café mereka punya tempat khusus dimana mereka tidak akan melihat tante-tante ataupun wanita murahan yang berlalu lalang di hadapan mereka.
"kalian tahu kagak, kitakan udah kesini setiap minggu tapi gue terus mikir kenapa ini dinamakan café padahal di menu mereka kebanyakan alcohol." Dio mengambil gelas yang berisi kopi. Beberapa dari mereka hanya tertawa kecil menanggapi Dio.
"gue nyari udara sebentar." Ucap Roni dengan botol alcohol di tangannya.
"hati-hati, lo harus jaga mata lo dari zina." Teriak Fadly saat Roni sudah tidak terlihat lagi.
Baru beberapa langkah dari tempat duduknya mata Roni terhenti pada satu titik dia melihat seorang gadis yang tidak asing baginya, gadis itu sedang memegang botol alcohol persis seperti yang dipegang Roni. 'Arin' gumam Roni saat gadis yang ia lihat juga melihat ke arahnya, Roni terlihat sangat kaget sampai-sampai alcoholnya hampir tumpah, tapi Arin terlihat sangat santai dia malah melanjutkan minum lalu menghilang dari hadapan Roni.
"ah, sial!" ucap Arin saat keluar dari café itu.
Roni membeku kedua kalinya karena Arin, semua temannya keluar dari tempat khusus mereka dan mengajak Roni ketempat yang lain. Dio yang membawa mobil berhenti di salah satu tempat yang ramai dikunjungi anak-anak SMA.
"Ron, lo kagak turun." Dio menepuk paha Roni yang duduk di sampingnya, semua teman-teman yang lainnya sudah berkeliaran entah kemana tapi Roni masih blank di dalam mobil.
Ia mengangguk lalu berjalan ke kerumunan orang yang sedang berlalu lalang.
"Dio yang lain mana." Roni berputar-putar mencari teman-temannya.
"kayaknya Fadly ketemu pacarnya deh, mungkin Boy, Kai, ama Raid ikut maklum lah jomblo selalu ngikut."
"haha, lo bisa aja, padahal lo juga jomblo." Tawa singkat Roni memperlihatkan lesung pipinya yang tidak terlalu dalam yang bisa membuat kaum hawa terbang
"makanya itu, gue mau cari fadly."
"ngga mungkin." gumam Roni setelah tertawa singkat.
"ada apa?"
"butuh berapa menit kita kesini." tanyanya dengan serius
"lo ngomong apa sih." Dio yang tidak mengerti memperhatikan mata Roni yang terus melihat kedepan.
"Arina." ucap Dio yang melihat Arina sedang berada di sebrang jalan mereka berdiri.
"ini ngga bisa dipercaya." Roni mengulang kata-katanya
butuh setengah jam untuk sampai kesini, tapi Arina sudah berada disini dengan style yang berbeda, siapa sebenarnya dia?
numpang promot IG: @syfalifyni.j
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Me
Teen FictionNamanya Arina gadis yang memiliki mata tajam, tapi jika ia tersenyum dia bisa membuat orang yang melihatnya tersenyum. Dia memiliki penyakit yang cukup parah, banyak yang menjauhinya karena penyakitnya. Sudah beberapa kali Arina pindah sekolah tapi...