Bunyi jarum jam terdengar lebih keras daripada hari hari sebelumnya, ruangan itu dipenuhi aura dingin, mata mereka saling bertatap, mereka semua seperti tidak memiliki mulut.
"Pak." Suara Arin memecahkan suasana ruangan BK itu.
Pak Mario mengambil kertas dan pulpen ia mulai menulis sesuatu diatasi kertas putih itu.
"Kok saya bisa ikut kesini juga yah." Sambungnya sedikit gugup
Tambah basa basi Pak Mario mengangkat tangannya dan menunjuk papan yang tepat dibelakang mereka, serentak mereka bertiga berbalik mengikuti arah tangannya.
'aturan nomor 6 dilarang keluar dari kelas tanpa seizin guru' batinnya sambil membaca tulisan besar yang bertenggar di papan.
"Kan saya sudah meminta izin sama ketua kelas pak." Ucapnya sedikit tidak terima.
"Karena kamu ngelanggar aturan 10 keatas kamu akan dapat hukuman yang berat." Pak Mario benar benar tidak memperhatikan Arin dan tetap melanjutkan menulis.
"Sekarang Ridwan, Safa berjemur lah di lapangan sampai saya menyuruh kalian berhenti." Perintahnya.
Safa dan Ridwan langsung mengikuti perkataan pak Mario mereka berjalan keluar dari kelas mereka dihukum akibat membuat teman sekelas mereka menangis.
"Bagaimana dengan saya." Terasa dikucilkan Arin mendekati Pak Mario yang hendak akan keluar dari kelas.
"Ikutlah bersama mereka."
"Tapi kan pak..." Belum selesai bicara pak Mario sudah meninggalkan Arin sendirian di ruangan itu
Langkah kaki Arin sudah terdengar berbunyi di tangga sekolah, perasaanya benar benar hancur dia hanya niat untuk ke toilet tapi dia harus kena hukuman berjemur di lapangan sekolah.
"Lo sih, kan niatnya tadi cuman main main doang." Bahu Ridwan menyenggol lengan Safa dengan sedikit keras.
Arin yang mendengar suara Ridwan sudah tersadar bahwa ia sudah sampai di lapangan sekolah, matahari tidak mendukungnya semua pancarannya mengarah kearah lapangan sekolah.
"Kan Lo yang mulai." Safa sedikit risih akibat ucapan Ridwan yang blak blakan
"Apa!, Gue ngga salah denger." Mereka berdua saling bertatapan.
'Ya Tuhan, tolong hamba yang suci dari dosa ini.' Arin memegang dadanya saat melihat ia disambut dengan perkelahian adu mulut
Pliiiit!!!
Suara peluit dari gedung memberhentikan mereka berdua. Pak Mario lagi lagi muncul, Arin sangat tidak suka dengan guru yang sedikit rese itu.
"Apa yang kalian lakukan sekarang, saya tidak menyuruh kalian adu mulut. Berjemurlah sampai waktu pulang." Teriak pak Mario sembari berjalan
"Bapak pikir kami orang bule apa." Ketus Ridwan sedikit kesal akibat hukuman pak Mario.
"Sekarang lanjutkan!."
"PAK!, anda punya hati tidak." Refleks Arin ketakutan mendengar suara Ridwan yang lebih keras dari pak guru.
"Pulanglah!." Tidak kalah menakutkan suara pak Mario juga membuat Arin merinding.
"Dasar tua." Ridwan tidak berhenti memancing emosi pak Mario, ia mengepal tangannya dengan sangat kuat.
"Kamu mau pukul saya." Tangan pak Mario membersihkan kera baju Ridwan. Arin sangat takut ia sering mendengar di sosmed dan berita bahwa sudah banyak murid yang mengajak gurunya berkelahi hingga membuat gurunya masuk rumah sakit dan ada yang meninggal.
PAKKK!!!
Ridwan memukul pak Mario tepat di pipinya hingga membuat darah muncul di ujung mulut pak Mario. Reflek mendengar suara pukulan itu Safa dan Arin mundur satu langkah, Safa tidak berpikir panjang lagi ia berlari ke ruang guru untuk mencari bantuan.
Tangan Arin mencengkram rambutnya dan mengeluarkan air mata beberapakali, di waktu yang bersamaan pak Mario tidak sengaja memukul Arin yang membuat Arin jatuh dengan sangat keras. Semua siswa dan guru yang lain menyaksikan perkelahian itu melalui jendela kelas masing-masing, seorang pria berlari di koridor ia menuju lapangan dimana terjadi perkelahian antar guru, tiba ditempat itu tanpa beristirahat sedikit pun ia menendang pak Mario yang membuat pak Mario terjatuh.
"Rino." Gumam Ridwan
"Guru Anj*ng Lo." Teriak Roni kepada pak Mariosuasana di lapangan hijau itu menjadi-jadi, Ridwan yang juga yang ikut memukul pak mario tadi sedikit terkejut akibat tendangan Roni yang sangat keras dan membuat Pak Mario terjatuh dengan sangat keras.
"APA-APAAAN INI!!!" kepala sekolah memasuki lapangan dengan suara yang sangat lantang
"Roni kamu pikir memukul guru itu sikap yang baik." tentu saja orang yang pertama akan ditemui kepala sekolah adalah Roni, akibat ia membuat perkelahian itu menjadi-jadi.
"lalu menurut bapak memukul siswa yang tidak bersalah juga itu sikap yang baik." akibat keras kepalanya Roni berani menjawab pertanyaan kepala sekolah
"kamu ngga lihat pak Mario itu ngga sengaja memukul Arin."
"apa ngga sengaja?, bapak pikir saya bodoh." Roni mengulang perkataan kepala sekolah.
guru-guru yang tidak ingin berdebat dengan Roni, mereka sekarang membawa Roni keruang kepala sekolah, sedangkan Arin yang sempat lemah sudah dituntut oleh Safa untuk berjalan ke UKS.
semua guru menjadi sedikit takut akibat ulah Ridwan dan Roni yang sudah memukul Pak Mario guru BK disekolah itu, selama beberapa menit tidak ada satupun guru yang mengajar mereka semua bergosip diruang guru.
"kan Bu saya bilang juga apa, Roni itu ngga sepenuhnya berubah." ucap salah satu guru yang sedang bergosip
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Me
Teen FictionNamanya Arina gadis yang memiliki mata tajam, tapi jika ia tersenyum dia bisa membuat orang yang melihatnya tersenyum. Dia memiliki penyakit yang cukup parah, banyak yang menjauhinya karena penyakitnya. Sudah beberapa kali Arina pindah sekolah tapi...