Senyum ceria sang mentari telah digantikan senyum teduh sang rembulan. Shakira belum berniat tidur, tapi tubuhnya ia rebahkan ke kasur. Gadis itu menghela nafas, diliriknya jam weker di nakas.
20.30.
"Aduh, aku laper lagi..." ringisnya. Shakira akui, porsi makannya memang tak seperti gadis-gadis lainnya. Disaat gadis lain benar-benar menjaga porsi makan agar tak berdampak pada naiknya berat badan, ia lebih memilih makan sesuai seleranya.
Gadis itu beranjak kemudian keluar dari kamarnya. Shakira menuruni tangga, bergerak menuju dapur untuk menghangatkan sup ayam yang masih tersisa.
"Eh, Non Shakira mau kemana?" Kiki, pelayan yang paling dekat dengan Shakira menghampiri Nona nya itu. Shakira menoleh dan tersenyum,
"Aku laper lagi, Bi. Mau menghangatkan sup ayam tadi" Jawab Shakira.
"Biar Bibi aja, Non. Nanti Bibi anterin ke kamarnya Nona Shakira" Shakira menggeleng, "Udah, nggak papa, Bi. Biar Shakira sendiri aja." Ucapnya.
Wanita lima puluh empat tahun dihadapannya hanya bisa mengangguk pasrah. Nona nya ini sangat keras kepala dibalik sifat sopan dan kalemnya. "Yaudah, Bibi permisi ya Non." Shakira mengangguk.
Gadis itu memasuki dapur. Shakira mengernyitkan dahinya ketika melihat ada sesosok pemuda duduk di bangku . Dia bukan gadis penakut, Shakira dengan tenang berjalan ke tombol lampu kemudian memencetnya.
Sosok pemuda yang ternyata sedang makan itu tersentak kaget kemudian menoleh. Begitupun Shakira yang menatapnya.
"Mas Ega?"
Ega Rizky Permana, pemuda dua puluh satu tahun yang merupakan sepupunya itu hanya nyengir. Shakira mendekat, ikut duduk di bangku sebelah Ega. Mendapati semangkuk penuh sup ayam dan nasi ada di meja.
"Apa kabar, Sha?"
"Baik, Mas. Kamu sampe sini kapan? Kok aku nggak tahu"
Ega menyendok makanannya, "Tadi, sekitar jam lima. Tapi katanya Bulik Audi kamu masih dirumah temen, eh waktu kamu pulang, aku malah keluar. "
Shakira hanya ber-oh ria. Gadis itu beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kompor. Ia mengangkat panci berisi sup ayam dan meletakkannya ke atas kompor yang apinya sudah menyala.
Bukan apa-apa dia tak menggunakan microwave, dia hanya tak suka menggunakan benda itu.
"Kamu tadi belum makan, Sha?" Tanya Ega melihat Shakira menghangatkan sup.
Shakira menoleh kemudian menggeleng, "Tadi udah makan. Tapi sekarang laper lagi he...he.." Cengirnya. Ega menggeleng-gelengkan kepalanya heran, "Kamu nggak takut gemuk, Sha?"
"Enggak. Lagian orang-orang latin banyak yang makan malem masih pada seksi-seksi tuh. Banyak yang jadi Ratu Kecantikan malahan" jawabnya cuek.
"Tapi kalo takdirnya Shakira gendut, ya gendut aja. Yang penting aku nggak harus tersiksa dengan diet atau apalah itu..." lanjutnya sambil mengambil nasi.
Dwi netra milik Ega mengerjab takjub ketika melihat porsi makan Shakira. Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Anak ini kalo makan porsinya bisa dua kali porsi makananku. Tapi kenapa body nya masih ramping-ramping aja ya?. Gumamnya dalam hati sambil terus menyendok makanan yang ada di hadapannya dan memasukkannya ke mulut.
^^^
"Aduh, pake mogok segala" gerutu Sagara yang turun dari motornya. Kendaraan roda dua yang dinaikinya ini tiba-tiba berhenti didepan sebuah rumah.
"Mana aku nggak mudeng soal motor"
Wuss...
Angin berhembus melewati tubuh Sagara. Pemuda itu mengusap tengkuknya, ia bergidik kemudian menyapukan pandangannya ke sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
FanfictionDiantara para pesepakbola most wanted sekolah. Ada yang dingin lagi ketus. Ada yang buaya darat tapi ramah. Ada yang pinter Ada yang cerewet. Ada yang kalem lagi manis Ada yang jahil nggak ketulungan Tapi ada juga, ketua kelas plus pengurus inti osi...