Bab 8

80 11 0
                                    

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan gerbang sekolah SMA Garuda. Shakira menarik nafas perlahan, dan tersenyum. "Makasih udah nganterin ya, Mas. Selama aku disana, jaga kesehatan Mas juga Ayah Ibu ya."

Ega mengangguk, "Iya, Sha. Kamu disana juga hati-hati ya, jaga kesehatan. Mau dibantuin nggak?" Shakira menggeleng, "Nggak usah, Mas. Nggak berat kok...." Ia membuka pintu dan keluar. Ega menghela nafas, kemudian mulai kembali menjalankan kendaraan roda empat itu.

Shakira berjalan memasuki gerbang dengan tas dipunggungnya dan sebuah koper ditangan kanannya serta satu tas di tangan kirinya. Beberapa siswa yang tidak mengetahui jika ia merupakan salah satu PMI terpilih  tampak memandang aneh ke arahnya. Tapi gadis itu hanya mencuekinya dan terus melangkah menuju ruang osis.

"SHAKIRA!"

Shakira menoleh. Mendapati Diana sedang berlari ke arahnya.

"Tumben berangkat pagi, Di?"

"Huh....hah.....Kkan....aku mau liat Tim Garuda, hah...berangkat," jawabnya dengan nafas terengah-engah. Shakira menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum, "Mbok ya narik nafas yang bener dulu. Biar bicaramu jelas.." sarannya.

Diana mulai mengatur nafasnya. Mengikuti saran dari Shakira. "Kamu disana berapa hari sih, Sha?" tanya Diana setelah nafasnya teratur.

"Emmhh....ya kira-kira satu bulan kalo tim bisa capai target final," jawab Shakira sambil mengangkat bahu. "Wow, enak ya. Nggak ikut pelajaran, tidur di hotel, bisa ketemu sama pemain-pemain nasional. Bisa deket sama Sam dan yang lainnya...., ah...andai aja aku. Tapi sayangnya aku nggak punya latar belakang PMI ataupun PMR" gumamnya  berandai-andai.

"Nggak selalu enak, Di. Kita bagian kesehatan juga pasti sering dilanda bingung ketika pemain penting cedera. Bagian psikologi pasti kesusahan ketika mental para pemain down karena tertinggal ataupun tekanan suporter tuan rumah. Bagian kepelatihan utama juga pasti sering kesusahan. Terutama ketika taktik tim sudah bisa dibaca musuh," jelas Shakira panjang lebar. Diana hanya mengangguk-angguk sok mengerti.

"KIRA!"

Shakira yang merasa namanya dipanggil menoleh. Mendapati Samuel melambaikan tangan dan berlari ke arahnya. Pemuda itu mengabaikan beberapa fansnya yang mulai menyapa dirinya dengan gaya centil.

Samuel sampai dihadapannya. Pemuda itu tersenyum lebar, "Ke ruang OSIS bareng yuk!" Ajaknya. Shakira mengangguk, "Ayo. Eh, perkenalin dulu, ini Diana.... temenku...." ia menoleh pada Diana yang terus menatap wajah Samuel. Pemuda itu ikut menoleh, "Halo. Samuel," ucapnya disertai senyum manis.

"Aku Diana...." Shakira tersenyum melihat bagaimana Diana tersenyum senang ketika bersalaman dengan Samuel.

"Ayo, Sha"

"Eh, iya. Aku duluan ya, Di..."

Diana mengangguk sambil tersenyum. Mungkin Shakira tak melihatnya. Tapi Samuel bisa melihat jika senyum itu senyum terpaksa. Entah kenapa, ia mempunyai feeling bahwa gadis ini sebenarnya membenci Shakira.

***

"Baik, jadi semuanya telah hadir?"

Sekar dan Keisha yang memegang catatan manggut-manggut. "Sudah, Pak. Dua puluh pemain ditambah dua belas orang ofisial dan jajaran pelatih telah lengkap."

Perjalanan mereka menuju bandara akan menggunakan bus yang disewa langsung oleh Pak Gubernur. Begitupun juga dengan pesawat yang akan mengantarkan mereka menuju Palembang juga disiapkan langsung oleh Pak Gubernur. Beliau berharap, tim Garuda bisa mencapai target maksimal di turnamen ini.

"Berdoa....mulai...." Aris memberi aba-aba. Semuanya menundukkan kepala. Berdoa memohon pada Tuhan agar perjalanan mereka selama ke Palembang serta saat turnamen berjalan lancar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang