A Sacrifice

2.4K 100 0
                                    

Tik! Tik! Hujan turun dengan deras, aku masih menonton rintik-rintik hujan yang ada diluar. Aku ingin sekali merasa bebas seperti teman-temanku, bahkan aku juga harus membatasi waktuku yang lain untuk beristirahat. Semua itu karena aku mengidap penyakit jantung sejak umur 10 tahun. Jadi, waktu bermain, berkumpul, dan jalan-jalan semua itu harus dibatasi

"Haechanie Oppa, Kau sedang apa?"

Seseorang bersuara kearahku dan aku mengenali suara tersebut. Aku menoleh dan tersenyum padanya. Ya, itu adalah Lee Minyoung, adik perempuanku. Minyoung menghampiriku yang sedang terduduk dikursi depan jendela.

"Kau sedang apa Haechanie?"

Haechanie adalah sebutanku. Kadang dia memanggilku seperti seumurannya. Minyoung memanggil 'Haechanie' saat dia malas menggunakan kata 'Oppa'

"Aku sedang melihat rintik-rintik hujan, kangen rasanya kumpul bareng dengan Mark Hyung, Jeno, Renjun, Jaemin, Chenle, dan Jisung..."
"Tapi, kau harus banyak istirahatkan?"
"Istirahat tidak akan membuatku sembuh 100%"
"Ehm... Terus apa yang membuat Haechanie sembuh?"
"Yang buat aku sembuh adalah..."
"Hmm...?"
"Minyoungie ada bersama Haechanie..."
"Aish... Haechanie"

Minyoung terkekeh melihatku. Aku bersyukur Minyoung bisa bebas dari penyakit. Tapi, aku telah merepotkannya sehingga dia mengorbankan segalanya hanya untukku. Tapi Minyoung tetap memakai waktunya dengan baik walaupun terpotong banyak dan mimik wajahnya dan perkataannya tidak memperlihatkan perasaan tidak ikhlas. Tetapi, dia malah membuatku semangat dan terhibur dari penyakit.

"Minyoungie~"
"Nde Haechanie?"
"Gomawo nde, mianhae telah membuatmu repot"
"Gwenchana, kau tidak membuatku repot kok..."

Minyoung tersenyum kepadaku dan pergi meninggalkanku yang sedang terdiam dikamar. Minyoung tidak pernah menunjukkan kemarahannya dan kekesalannya padaku, tapi dia sabar merawatku. Aku memikirkan kenapa Minyoung berupaya mendonorkan jantungnya dengan jantungku.

"Haechanie, ayo makan..."
"Nde, aku akan turun..."

Aku mengacir dari kamarku ke ruang makan. Aku hanya tinggal berdua dengan Minyoung. Appa dan Eomma meninggal akibat kecelakaan pesawat. Aku langusng mencari pekerjaan yang mudah dan mempunyai penghasilan yang cukup untuk kita berdua. Akhirnya, aku tergabungkan oleh boyband ber subunit yaitu NCT. Disanalah aku mulai bekerja sebagai artis. Penghasilanku mulai mencukupi kebutuhan. Tapi, aku sungguh bodoh. Aku tau, aku tidak boleh berlebihan. Jantungku mulai menjadi kambuh kembali. Minyoung sudah menjadi semakin panil, cemas, dan khawatir. Minyoung hampir saja mendonorkan jantungnya demiku. Aku langsung mencegahnya agar tidak mendonorkan jantungnya demiku.

"Ya Minyoung! Kita makan apa?"
"Kita makan daging Hanwoo Haechanie..."
"Bolehkah aku membantumu?"
"Ani, Haechanie seharusnya menjaga kondisi..."
"Arraseo..."

Minyoung langsung mengacir kedapur untuk mengambil daging Hanwoo. Aku hanya berdiri kemudian duduk dikursi makan. Aku tau Minyoung tak ingin membuatku kewalahan dan kecapekan. Minyoung kembali membawa daging Hanwoo, aku hanya tersenyum padanya.

"Minyoung chagiya, kau tidak boleh capek juga..."
Arraseo, Haechanie juga tidak boleh capek sekali..."
"Tapi..."
"Haechanie kalau jantungmu kambuh lagi bagaimana? Haechanie tega meninggalkan Minyoung sendiri?" ucapnya dengan nada sedih
"Ani, aku tak bermaksud seperti itu..."
"Minyoung melarang Haechanie melakukan aktivitas yang berlebihan, karena minyoung masih menyayangi Haechanie..."

Aku terdiam karena perkataan Minyoung membuatku membeku seketika. Aku sadar, aku terlalu memaksakan diriku ini dan menganggap seakan diriku ini baik-baik saja. Aku bagaikan kakak yang bodoh bagi Minyoung. Perkataan Minyoung membuatku tercengang dan menyesal. Aku menundukkan kepalaku dan air mataku mengucur deras secara langsung. Aku hanya bisa menangis dan menyiksa diriku. Minyoung yang sedang menyiapkan makanan tidak sengaja mendengarkan isakan tangisku. Minyoung langsung berlari kearahku dan memelukku.

"Haechanie, jangan menangis..."
"Minyoung..."
"Jika Haechanie tidak mau tersiksa, maka aku rela menukarkan jantung sehatku dengan jantung sakitmu itu, aku tak ingin Haechanie menangis dan meratapi penderitaannya setiap hari"

Aku hanya terdiam dan menundukkan kepala. Aku melirih Minyoung yang masih memelukku dengan erat. Aku membalas pelukannya dan mengelus rambutnya yang halus nan Wangi. Kenapa kau rela menukarkan jantung normalmu demiku?

"Tapi Haechanie tidak mau melihatmu menderita..."
"Gwenchana, ini semua demi Haechanie yang ingin merasa bebas dan biarkan aku yang mengalami penderitaanmu..."
"Haechanie tidak mau kamu menderita..."
"Aku menderita demi Oppa yang aku sayangi..."

Degg. Aku hanya terdiam dan menangis terisak-isak. Minyoung terdiam dan masih memelukku. Aku melepaskan pelukannya dan membantunya berdiri.

"Hei, kenapa kau menampakkan wajah seperti itu chagi?"
"A... Aku tak ingin Haechanie menderita..."

Aku melihat melihat Minyoung mengeluarkan air mata sambil menundukkan kepalanya. Aku tak sanggup berkata apapun. Aku hanya melihat Minyoung yang menangis.

"Minyoung sudah, jangan menangis..." sahutku kalem "kita harus mensyukuri segala sesuatu yang kita alami sekarang..."

Aku mengelus rambut panjang Minyoung dan mendongakkan kepalanya kearahku. Aku mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. Aku tau, mungkin Minyoung berusaha menyelamatkan nyawaku dan rela menukarkan jantungnya. Aku ingin mencegah Minyoung untuk menukarkan jantungnya padaku.

"Sudahlah, kita jalani hidup ini bersama-sama..."

Aku janji, aku akan bertahan demi Minyoung adikku yang aku sayangi. Terimakasih atas semua pengorbanan, perkataan, dan senyumanmu membuatku sadar dan terhibur. Gomawoyo Minyoung

My Dear Young Sister [COMPLETE√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang