PART 7

13 2 0
                                    

Malam ini adalah malam minggu. Aku, Vera, dan Rina pergi ke mall, lebih tepatnya ke toko buku. Sekalian main bareng, mumpung malming hehe.

Sebelum pulang, kita mengobrol dan bercanda di foodcourt.

"Main games yuk," ajak Vera.

"Game apa nih?" Balasku penasaran.

"Truth or dare," ucap Vera. "Gimana??" Lanjutnya.

"Ehmm, okee. Ayo," sahut Rina.

"Lo gimana Sya? Ayolah," pinta Vera.

"Okedehhh,"

Permainan dimulai dengan hompimpah. Siapa yang kalah akan memilih truth atau dare.

Babak pertama, Rina lah yang kalah. Ia kemudian memilih dare. Aku dan Vera sepakat untuk memberikan suatu tantangan kepada Rina.

"Oke. Setelah berdiskusi dengan rekan saya ini, kami memutuskan untuk memberikan anda sebuah tantangan, yaituu..." ucap Vera bak seorang hakim.

"Apaan?" Rina cemas. Aku pun terkekeh sendiri.

"Nyanyi yang keras di eskalator sambil nyapa orang-orang," jelas Vera.

"Jhahahaha.." aku tertawa sangat keras. Kulihat ekspresi Rina yang mulai pucat.

"Tenang, 1 eskalator aja kok," lanjut Vera.

"Gileee.. anjirr lu pada. Gue ga nyangka ternyata lo setega itu sama gue," ucap Rina sok memelas.

"Siapa suruh tadi milih dare," balasku sambil terkekeh.

"Iyaa, iyaa. Okee," raut muka Rina tampak sangat sebal.

Namun ternyata, ia langsung beranjak dari tempat duduk dan langsung menuju ke eskalator. Dia melaksanakan tantangannya. Sebelum mulai bernyanyi, ia melirik ke arahku dan Vera. Dia nampak sangat gugup dan malu pastinya.

Aku melihatnya berteriak-teriak dengan suara yang seperti kaset rusak. Orang-orang yang ada disekitarnya nampak heran, ada juga yang tertawa. Dan disini, aku dan Vera tertawa terbahak bahak sambil merekamnya.

Namun Rina terus bernyanyi dan menyapa orang-orang. Anak itu memang nekat dan tidak punya malu, hahaha.

"...dari mata, kau buat ku jatuh
Jatuh terus jatuh ke hatiii.. uyeee.."

"Selamat malam mas, semoga nanti mimpiin saya ya.."

"Heiii mbakk, jangan lupa bernafas!"

"Dari matamu, matamu kumulaii
Jatuh cintaaa.."

"Halloo kakek.. saranghae Kek,"

"Hallo Bapak.. doain saya jadi istrinya abang Jungkook ya pakk.."

Akhirnya anak itu tlah selesai melaksanakan tantangannya, ia kembali ke tempat duduk. Aku dan Vera belum berhenti tertawa.

"SUNGGUH KAWAN YANG KEJAM!" kesal Rina.

"GA NYANGKA GUE!?"

"KALIAN JAHADD!"

"AKU SEBELLL.." Rina masih terus mengoceh sendiri. Dan aku malah semakin terbahak-bahak.

"Aslii. Lucuu bangett, perut gue sampe sakit nihh, hahaha" ucap Vera yang masih terkekeh.

"Tolonggg... gue ga bisa brenti ketawa nihh.." kekeh ku.

"Ahh, udah udahh. Lanjut ajaa mainnya, kesel guee!" Keluh Rina.

"Wkwkwkk oke okee, lanjut yaa."

Babak kedua dimulai, dan kali ini yang kalah adalahh..

Aku..

Aduhhh! Akhirnya aku memilih truth. Aku ga mau kalau harus seperti Rina tadi, maluu.

"Truth aja deh," ucapku.

"Oke. Gue sama Rina mau ngasih lo satu pertanyaan,"

"Jawab jujur. Ga boleh bohong. Kalo bohong nanti dosa. Kalo dosa, nanti ga dapet pahala. Klo ga dapet pahala, brarti dosanya tambah banyak. Ntar kalo banyak dosa masuk neraka. Kalo masuk neraa..." celoteh Rina.

"Heehh sssttttt, diem!" Aku menutup mulut Rina agar tidak mengoceh terus.

"Jawab jujur ya Sya. Sebutin nama seseorang yang lo suka. Sekarang lo lagi suka sama siapa atau gak, sebelumnya elo suka sama siapa?" Ucap Vera.

DEGG!!

Aku harus jawab apa? Apa aku harus jawab jujur? Dan semua rahasiaku selama ini akan terbongkar? Aku bingung harus jawab apa. Dan aku masih diam.

"Ayo buruan jawab, gue penasaran nih" cloteh Rina.

"Iya. Selama gue temenan sama lo, elo ga pernah cerita tentang orang yang lo suka ke kita." Sahut Vera.

"Ehmmm..." aku masihh ragu.

"Belom ada," aku pun memilih untuk berbohong. Aku belum siap kalau harus jujur saat ini. Apalagi jujur tentang Arga, aku tidak enak dengan Vera. Aku takut dia marah padaku. Aku tak mau itu terjadi.

"Ga mungkin,"
"Elo bohong kan? Iya kan??" Tanya Rina.

"Jawab jujur Rasyaa," ucap Vera.

"Beneran gak adaa.." jawabku.

"GA MUNGKIN. JAWAB JUJUR SYA" ucap Rina lagi.

"Jujur ya?" Balasku.

"Iya lahh. HARUS!"

"Apa susahnya sih jujur sama kita. Kita kan juga sahabat lo, tenang aja kali. Sesama sahabat harus saling terbuka," sahut Vera.

Vera benar juga. Seharusnya aku tidak menutupi ini kepada sahabatku sendiri. Tapi, apakah masalah perasaan yang menjadi privasi juga harus diceritakan kepada orang lain? Aku bukanlah tipe orang yang terang-terangan menceritakan perasaanku kepada orang lain.

"Yaudahh. Gue jujur yaa," lanjutku.

"Sebenernyaa.. gue tuh suka samaa..

"Eehmm,"

"Gue suka.. gue suka saamm--"

Drttt ddrrtt..



INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang