Part 4

39 9 6
                                    

Malam ini sangat dingin. Hujan turun sejak sore tadi. Aku, Bunda, dan Kak Anin sedang menonton tv bersama. Sedangkan Ayah sedang di ruang kerjanya.

"Bun, Rasya boleh ikut lomba pramuka?" ucapku.

"Lomba pramuka apa? Gausah ikut," jawab Bunda ketus.

Aku mengerucutkan bibir.
"Knpa Bunda? Ayolah Bunn, sekali ini ajaa, Rasya pengen ikut, pliss Bunn" Aku memohon kepada Bunda dengan rupa memelas.

"Gak. Nanti kamu kecapean, belajar kamu juga ntar keganggu,Dek" jawab Bunda cuek.

"Enggak bakalan kok Bunn,pliss yah Bunn," paksa ku lagi.

"Enggak,dek." Untuk sekian kalinya Bunda tidak mengijinkanku. Aku berdecak kesal, sedikit kecewa.

"Ehm Bun, kalo Rasya gak ikut lombanya boleh gak?" Celetukku.

"Maksudnya?" Balas Bunda.

"Aku ikut kegiatannya itu, tapi bagian dokumentasi, jadi nggak bakal kecapekan Bun," jelasku.

"Yah Bun Yah? Plisss?" Ucapku memelas.

"Hmmm," jawab Bunda pasrah. Dan akhirnya Bunda mengizinkanku, yeayyy finally.

"Makasihhh Bundaaa," aku memeluk erat tubuh Bunda saking senengnya.

"Dek, ikut kakak yuk?" Suara kak Anin membuatku melepaskan pelukanku.

"Kemana?" Aku mengangkat sebelah alis.

"Ada lah, ayukk. Ganti baju sono," perintah kak Anin.

"Eh? Sekarang?"

"Kagaa,besok subuhh. Sekarang lah dekk,ih yaampun"

Aku pun hanya meringis kemudian bergegas ke kamar.

•••
"Kita mau kemana sih kak?" Aku melirik ke arah kak Anin yang sedang fokus menyetir.

"Lha maunya kemana nih?" Balas kak Anin.

"Lohh, ditanya kok malah balik nanya sihh," ucapku kesal.

"Udah lah ikut aja, ntar juga tau kok," Kak Anin melirik kearahku sambil terkekeh.

"Iya deh iya," jawabku sambil melipat tangan di dada.

•••
"Dek, tolong bantuin milih dong, jangan diem aja," suruh Kak Anin yang sedang memilih-milih baju.

"Males ah kak, udah pewe duduk disini," Aku sedang sibuk memainkan ponsel sembari duduk di bangku yang ada di salah satu sudut mall. Kak Anin mengajak ku pergi ke mall sejak 1 jam yang lalu. Katanya, pingin beli kado buat temennya. Tapi kenyataannya dia malah antusias buat beli baju.

"Dasar! Sini bentar," seru Kak Anin lagi. Tapi kali ini tak ada respon dariku, aku masih sibuk dengan ponselku.

"Deekk, ini baguss lohh kamu mau gak? Kakak beliin sekalian," ucapan kak Anin sukses membuatku terkejut.

"Whatsss?? Serius? Tumben banget nih," seru ku antusias.

Aku pun langsung menghampiri kak Anin dengan penuh semangat sambil cengar cengir sendiri.

"Kak yang ini ya?" Aku mengambil salah satu baju dan menunjukkan ke kak Anin.

"Iya terserah kamu. Tapi satu ajaa, kaga usah banyak-banyak," balas kak Anin cuek masih memilih-milih baju.

"Okedahh. Makasihhh qaqa aqohh yang paling cantekk,"

"Tapi kalo dilihat dari lubang sedotan," ucapku sambil terkekeh dan berhasil mendapatkan tatapan tajam dari kak Anin.

"Dek, mau aku kasih tau nggak?" Kak Anin menatapku tajam dan membuatku mengernyitkan kening.

"Apaan?"

"ALAY  lu," ejek kak Anin memasang muka datar kemudian mengalihkan pandangannya.

•••
"Ehh Syaa, Rasyaaa, hot ini mahh," celoteh Rina yang menghampiriku dengan napas yang tidak teratur. Rina mengambil posisi duduk di sebelahku sambil memegang dadanya dan mengatur napasnya. Aku menatap Rina heran dan mengangkat sebelah alis.

"Wetetett, lo kenapa ngos-ngosan gini?"

"Bentar Sya bentar.." ucap Rina yang masih mengatur napasnya supaya kembali normal.

"Ada berita apaan?" tanyaku penasaran.

"Ada anak baru di kelas kita!" Rina terlihat sangat antusias dan hebohh.

"OH" jawabku singkat sambil mengalihkan pandangan kembali ke novel yang ada dimeja.

"Dan gue berharapp semoga anak barunya itu cowok ganteng, putih, tinggi, kaya abang Jungkook. Oh my God, amin Ya Allah, Aminn" celoteh Rina lagi yang tak ku hiraukan. Aku masih sibuk menatap lembar novelku. Sesekali aku meliriknya, ia nampak sedang melamun sambil menatap langit-langit kelas, tau sendiri lah lagi ngapain, berhayal.

"Rasyaa!" Rina berhasil membuatku terkejut.

"Apaan sih?" Jawabku malas.

"Respon gue kek, jangan kacang," ucap Rina yang nampak kesal. Bibirnya mengerucut sempurna.

"Emang lo belom tau anak barunya cowok atau cewek?" Tanyaku.

"Belom sih. Gue cuma denger, kalo ada anak baru di kelas kita," jelas Rina. "Tapi gue berharap dia cowok Syaa," lanjutnya heboh.

"Idihh, ni bocah, mau modus kan lu," jawabku sedikit jijik.

"Ya kan itung-itung nambah spesies cogan di sekolah ini. Jadi bakal ada penyemangat buat sekolah dan gak bosenn" jelas Rina panjang lebar.

"KONYOL!" Balasku singkat kemudian kembali menatap novel.

"Emang dasarnya lo tuh cewek dingin ya Sya. Anti sama yang namanya cowok dan jatuh cinta!" Celoteh Rinaa.
"Ya Allah berilah hidayah kepada teman hamba yang satu ini Ya Allah. Bukalah pintu hatinya dan berilah dia petunjuk Ya Allah," Rina mengangkat telapak tangangannya seperti sedang berdoa. Aku menatap Rina sambil mengernyitkan dahi.

"Ini bocah makanannya apaan sih? Aneh bener," gumamku dalam hati.

"Amiinn," lanjutnya yang kemudian menatapku.

"Kata siapa gue anti sama yang namanya cowok sama jatuh cinta?" Jawabku.

"Ehh?" Rina nampak bingung.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang