Berhenti

4 0 0
                                    

Satu kata yang terucap dalam diri
Tapi selalu tak pernah terjadi
Tanyapun sekarang sudah tak berarti
Jika hanya sia-sialah yang dinanti
Ingin rasanya mengungkap rasa ini
Namun, teringat percuma di hati
Untuk itu akupun tau, ku harus sadar diri
Dan perlahan-lahan berhenti
Berhenti dari rasa yang tak kunjung ternanti

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Entah sudah berapa kali aku bilang pada hati ini, kalau kamu tidak menginginkan aku, dan aku sadar itu.
Namun, hati ini terus saja membantah..
Dia terus saja berharap, suatu saat akan ada harapan bagi dirinya.

"Dia itu tidak mencintaimu, dia itu mencintai orang lain! Tak bisa kah kau sadar akan posisimu!" bentakku pada hati

Hah.. Seperti biasa, sifatnya terlalu lembut, ia tak bisa dikasari sedikit saja. Baru saja dibentak seperti itu, air mata ini sudah mengalir sebagai tanda protes sang hati.

Aku mengusap air mata yang mengalir sambil berkata pada hati "aku tau kau sakit jika harus pergi menjauh. Tapi, bukankah nantinya akan lebih sakit ketika kamu terus mendekat tapi tak dianggap?"

Mungkin saat itulah hatiku harus lebih patuh kepadaku.

Kamu memang datang, datang kepadaku. Tapi, hanya sebagai tempat singgah.

Disaat itu kamu sedang kesepian dan hanya ada aku yang menemanimu, hingga akupun selalu dijadikan tempat ternyaman untuk persinggahanmu, singgah sebelum akhirnya kamu akan kembali pada kesayanganmu yang tak kunjung datang itu.

Dirinya membuatmu pilu dan kamu menyakitiku tanpa pengetahuanmu.
Kamu terlalu mencintainya sampai tak melihat betapa aku mencintaimu.
Lucunya, berulang kali kamu sakiti hatiku, berulang kali juga hatiku kembali jatuh padamu. Layaknya hujan tak pernah lelah jatuh ke bumi, seperti itu juga hatiku yang selalu saja jatuh kepadamu, sakit di rajam pilu.

Tapi, disinilah aku.. Selalu siap sedia, menemani sendumu

DIARI SENDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang