TUJUH

210 20 2
                                    

Setelah Leta rapih dengan seragam sekolah nya,ia langsung pamit kepada orang tua nya agar segera pergi kesekolah. Tanpa sarapan,padahal tadi sudah di tegur oleh Papa nya agar saapan dulu. Ya nama nya juga Leta sekali tidak ya tetep tidak.

Leta sudah berada di area sekolah setelah lima belas menit menempuh perjalanan dari rumah nya ke sekolah,ia segera menuju ke kelas nya yang berada di lantai tiga. Setalah sampai di kelas ternyata masih sepi hanya ada beberapa murid saja yang sedang mamainkan ponsel nya.Segera Leta menuju tempat duduk nya,untuk mengatur deru napas nya, yang tidak teratur setelah menaiki tiga lantai.

Murid dikit demi sedikit berdatangan,seketika kelas IX IPA1 menjadi ramai yang tadi nya hening. Di tambah datang nya Irfan bersama Athar kemana Akbar? Kok tidak bareng para curut nya?

Entahlah.mungkin Akbar telat.

Bel masuk sudah berbunyi,tapi Akbar belum juga datang apa iya Akbar tidak masuk? Entah kenapa Leta merasa khawatir ketika Akbar belum datang. Apa ia Tanya saja pada Irfan atau Athar? Tapi Leta malu kalo disangka ada apa-apa, padahal tidak. Leta harus apa?

Disaat Leta sibuk dengan pemikiran nya, tiba-tiba Leta mendengar pembicangan nya Irfan dan Athar.

"Si Akbar nggak bilang-bilang kalo mau pergi,tadi dia chat gue," Irfan yang serasa tidak terima kalo Akbar tidak mengajak nya.

"Emang,dia kemana sih?" Athar yang merasa penasaran dengan isi pesan Akbar yang di kirim ke Irfan.

Irfan yang sedang mencatat materi di depan, Irfan langsung menoleh kearah samping nya,"kata nya sih males,tumbenan bangetkan? Apa lagi nggak ajak gue."

Leta yang sedari tadi mendengarkan perbincangan Irfan dan Athar,sepontan ia langsung menghadap ke belakang.melihat Leta menghadap nya Irfan mentap nya dengan bingung apa lagi melihat ekspresi Leta.

"kenapa Ta? Kalo nyariin Akbar dia nggak masuk,kata nya males."kata Irfan.

Leta terbelalak mendengar ucapan Irfan."eh? siapa juga yang nyarii, Akbar. orang gue Cuma mau pinjem tip–X," alibi Leta.

Irfan dan Athar terkekeh melihat tingkah Leta yang salah tingkah gitu."jujur aja kali, kalo nyariin Akbar mah, atau... mau gue Chat Akbar kalo lo kangen gitu?" melihat muka Leta yang mendadakan merah merona, Athar tambah gencar untuk menggoda Leta.

"Apaan si,Thar? Nggak jelas lo!" Leta langsung membalikan badan nya ke depan,merasa kesal kepada Athar.

****

"Ta,bareng gue yuk kekantin nya. Kan nggak ada Akbar tuh anggap aja gue dia,oke?"di saat Leta sedang memainkan ponsel nya,tiba-tiba Irfan menghampiri meja nya bersama Athar.

"Males."

Bukan Irfan nama nya kalau tidak usaha.

"Ayolah Ta, lo ngga kasian sama gue nih? Yang pengen istirahat bareng lo?" Irfan memasang muka memohon nya, Athar yang melihat nya terkekeh geli melihat tinggkah laku sahabat nya yang satu ini.

Leta mendongakkan kepala nya untuk melihat wajah Irfan. Leta memutar bola mata nya dengan jegah,lantas Leta langsung meninggakan Irfan dan Athar.

Ngomong-ngomong Nia kemana? Hari ini dia tidak masuk tanpa keterangan, tidak ada kabar sama sekali chat atau telpon kepada Leta saja tidak ada.

Ah,mungkin Nia ada keperluan mendadak sehingga tidak sempat memberi kabar.

Leta sudah sampai kantin dan di ikuti Irfan dan Athar dari belakang.

Dan mereka memesan makanan nya,setelah itu mereka melahap nya tanpa ada obrolan sedikitpun. Sibuk dengan makanan nya sendiri-sendiri, akhir nya Athar membuka obrolan nya yang sedari tadi hanya sibuk sama makan nya sesekali ia memperhatikan Leta yang ada di hadapan nya.

Tanpa KepastianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang