Cinta tak butuh omong kosong belaka. Cinta itu hanya butuh pembuktiah dan sebuah kejujuran.
🍁
Apa yang ingin dilakukan si pemuda pirang?
Langkah Sazune terhenti tepat di depan Reyna. Selisih jarak mereka tak lebih dari 50 cm.
Gadis 16 tahun itu tidur dalam posisi sedikit miring ke kanan. Nampaknya kelihatan nyaman sekali.Sazune bergerak agak membungkuk, mencondongkan diri mendekat ke arah Reyna. Kini posisinya hampir mirip orang sedang ruku'.
Entah karena kebluk, berbakat jadi kebo, atau saking nyamannya, Reyna tidak kunjung terjaga. Padahal, sekarang, posisi Sazune hanya 5 cm. Jarak yang sangat dekat untuk sekadar bisa merasakan deru napas hangat yang menerpa wajahnya.
Raut wajah Sazune masih seperti sebelumnya. Datar dan dingin. Sedatar triplek yang biasa kalian lihat. Sedingin es yang menumpuk menjadi gletser abadi di Antartika.
Tak ada perubahan.
Apa yang memang kalian pikirkan tentang raut wajah CEO muda itu?
Serigaian serigala kelaparan?
Atau senyuman bejat seorang pria hidung belang?
Oh kalian bermimpi! Dia terlalu suci untuk melakukan itu semua! Ya.. mungkin tidak bagi masa lalunya. Tapi, percayalah! Semua itu tak pernah dilakukan Sazune.
3 menit telah berlalu begitu saja tanpa kejadian berarti. Sazune masih diam sambil terus memandangi wajah Reyna. Namun itu tak berlaku dengan hatinya. Fisik pemuda itu memang diam, tapi hatinya sedari tadi terus bergejolak.
Ingin sekali Sazune mencium keningnya.
Berbisik lembut tentang kenangan indah masa lalu di telinganya.
Atau memainkan rambut hitam miliknya.
Sialnya, tanpa diduga maupun diminta. Sesuatu dalam jiwanya berbisik. Mengingatkan akan kenangan masa lalu yang tak sepenuhnya indah, atau bahkan sama sekali tidak terekam indah.
Dan ingatan sejarah itu mulai kembali tersulam. Mengalir cepat di hadapan manik birunya.
Sazune memejamkan mata. Mendesah sebelum memalingkan wajah sembari berdecih kesal. Lalu bangkit dengan cepat. Keluar terburu-terburu menuju balkon kamar. Mengabaikan suara pintu kaca balkon yang terbanting keras olehnya.
Angin malam dini hari kota Jakarta yang menusuk kulit menyambut Sazune kala ia mendaratkan kaki di lantai balkon. Sazune mencengkram erat besi pembatas balkon. Dia tidak peduli rasa dingin yang mulai menjalar di tangan.
Pikirannya kini sedang kacau.
Bukan. Ini bukan waktunya. Bersabarlah hingga saatnya tiba Sazune...
*
*
*
Kalian mungkin sedikit tak mengerti mengapa Sazune begitu frustasi saat masa lalu menyapanya.
Tapi... di saat waktunya tiba dan mengetahui ceritanya, kalian pasti akan mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream (Meskipun Kau Menjauh, Dia Akan Tetap Mendekapmu Dengan Erat...)
Romance(ROMANCE FANTASY) Jantung ini terasa ditusuk bertubi-tubi. Detakannya tak karuan memukul hebat dadaku. Seluruh syaraf tubuhku menegang. Sisa napasku tinggal tersisa beberapa detik lagi. Dan perlahan kegelapan mulai menyelimuti pandanganku. ketika ke...