januari pertama.

223 7 0
                                    

26 januari 2015, 05:15 pm.

aku merapatkan selimut yang membalut tubuhku. hawa dingin setelah hujan menggoda tubuh untuk tetap berada di bawah selimut,merangkai mimpi indah dalam tidur. aroma khas petrichor tercium jelas di kamarku terbawa oleh angin yang masuk lewat jendela terbuka dekat kasur.

suara alunan musik yang dinyanyikan oleh ed sheeran terdengar jelas di telingaku,terlalu nyata untuk mengabaikannya dan menganggapnya hanyalah bunga tidur semata. aku mengerjapkan mata beberapa kali sambil menguap,suara nyaring deringan ponselku di samping bantal masih tak mau berhenti. membuatku harus menggapainya dengan malas.

telfon dari dea.

aku menggeser ikon hijau di layar handphone dan segera mendekatkannya ke telinga.

"ha-"

"rain!!! oh my god,ini udah jam berapa? lo gue telfon dari tadi kenapa gak diangkat? baru bangun lo ya!"

aku mejauhkan ponsel dari telinga,melihat jam yang tertera di layar handphoneku. suara dea sukses membuatku sadar sepenuhnya,hari ini harusnya aku sedang di perpustakaan umum bersama dea.

"de,sorry gue ketiduran. gue berangkat sekarang." kataku langsung mematikan panggilan tanpa mendengar balasan dari dea terlebih dulu. dan dengan langkah tergesa memasuki kamar mandi untuk bersiap menyusul dea.

***

aku mengedarkan pandangan ke area perpustakaan mencari dea yang sudah menungguku. di hari libur seperti ini kapasitas pengunjung perpustakaan memang lebih ramai dibanding hari biasa, membuatku semakin sulit untuk menemukan sosok dea.

tarikan rambut dari belakang membuatku mengumpat kecil bersiap mencaci siapapun orang yang telah merusak ikatan rambutku yang sudah ku tata serapi mungkin. tetapi niat itu aku urungkan ketika melihat orang yang menarik rambutku adalah dea. gadis cantik itu tengah menatap kesal ke arahku membuat matanya yang bulat semakin melebar,serta bibirnya yang mungil mengerucut lucu.

"rain,gue kesel sama lo gara-gara lo gue harus nunggu lama sampe di godain sama cowok-cowok genit." kata dea terlihat kesal. dea memang memiliki paras yang sempurna,jauh dari kata biasa, wajar saja jika ia di goda oleh para laki-laki yang melihatnya. berbanding terbalik denganku yang serba biasa, berteman dengan dea adalah salah satu keajaiban bagiku karena sosok dea sangat jarang mau bergaul saat di sekolah sehingga tidak jarang orang-orang mengejeknya sombong.

"iyaa,maaf yaa..tadi gue ketiduran,ujannya mendukung banget buat gue tidur." 

"cih! ujan mulu lo jadiin alasan,mentang-mentang nama lo ada unsur ujannya." sungut dea masih tak terima. aku hanya tersenyum mendengarnya.

"yaaahh kursinya penuh rain,gimana nih?" tanya dea kebingungan.

"lo sih datengnya telat.." gerutu dea lagi,aku hanya mendengarkan gerutuannya yang tak kunjung henti,hingga suara seseorang menghentikan gerutuan dea.

kami berdua sama-sama menoleh bingung ke arah laki-laki itu.

"apa?" tanya dea ketus.

"eh? lo kayaknya butuh kursi ya? pake kursi gue aja,gue bisa berdiri kok." kata laki-laki itu menunjuk sebuah kursi kosong yang di apit oleh dua laki-laki lain yang kemungkinan adalah temannya karena saat ini mereka tengah melemparkan ejekan pelan pada laki-laki yang menemui kami.

"cuman satu?" tanya dea melihat kursi yang di tunjuk oleh laki-laki tadi.

"eh? iyaa soalnya temen gue yang lain pada gak mau pindah." katanya sambil menatapku tak enak.

"lo pake aja dulu de,gue bisa berdiri sambil nunggu kursi kosong. itung-itung buat nebus kesalahan gue karena udah telat." kataku sambil menyunggingkan senyum kecil untuk meyakinkan dea.

RAIN in januARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang