p r o l o g

326 52 10
                                    

[a/n] jangan lupa play lagu di mulmed ya :)

꧁꧂

surat untuk karang

Jakarta, dini hari, serta ditemani dekapan embun yang telah saya kumpulkan.

Permisi,
Namamu Karang, betul bukan?

Karang, hari ini burung-burung menangis. Cukup keras sampai saya sukar tidur, saya nggak tau penyebabnya tapi pasti berhubungan dengan kamu.

Namamu Karang, betul bukan?

Saya mulai yakin, itu pasti karena kamu. Karena hari ini kamu hilang Karang, kamu hilang.

Kamu hilang seakan di telan awan, eksistensimu nihil, di lingkungan, maupun di hati saya, menyisakan rasa hampa yang cukup dalam.

Karang, saya mau ngomong, saya benci susu, lebih benci kalau rasanya coklat, dan kau tau itu.

Karang, saya nggak tau mau bahas apa disini, karena yang saya mau cuma satu,

Saya mau kamu

Untuk sekarang, untuk nanti, untuk selamanya.

Saya pun juga Karang, hendak protes kepada semesta, kenapa harus kamu walaupun ada yang lain?

Saya pun juga, Karang, tidak pernah tau, karena yang saya tau cuma satu, saya cuma mau kamu.

Dan sepertinya, kamu nggak sanggup untuk membalas permintaan saya, sampai kau menghilang bersama hujan.

Karang, saya mulai ngilu, saya nggak pandai berkata-kata, dan kau tau itu.

Nulis cerpen tugas bahasa indonesia saja, saya sudah kejang, apalagi nulis hal serumit ini, saya nggak tau.

Tapi surat ini, semua ini, untuk kamu, Karang sang bocah sastra, pencinta hujan, dan pecandu ketinggian yang selalu bersahabat bersama angin.

Oh ya,

Saya suka warna merah, dan kau tau itu.

꧁꧂

Dari Mata Kana [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang