4. bermimpi tentang langit

210 34 4
                                    

[a/n] jangan lupa play lagu di mulmed yes, terimakasih!

4
Bermimpi Tentang Langit

saya pernah bermimpi tentang keajaiban—sedetik setelah saya bangun, saya sadar bahwa anda-lah keajaiban yang selama ini saya perjuangkan.

꧁꧂

Aku berbisik pelan kepada angin, satu-satunya alasannya adalah karena angin tidak bercahaya.

Tidak ada angin yang bercahaya, jadi aku tidak perlu repot memicingkan mataku untuk menghindari silau. Aku tidak membenci cahaya, tidak pula haus cahaya, namun aku hanya ingin teman malam selain bulan.

Hidup ini perih, ucapku pada angin, dan angin seakan tidak merespon.

Hanya desir tipis yang dapat kurasa, menggelayut dalam pikiranku rapat, hembusan kedua, aku memejamkan mataku, angin telah menjawab, dan akan selalu menjawab.

Aku merengkuh selimutku dan memeluknya dalam-dalam, mungkin terpaksa hari ini aku akan berbincang lagi bersama bulan. Katakanlah aku aneh, tapi 'berbincang bersama bulan' itu memang benar-benar ada di kamusku dan merupakan runitinasku selama 5 tahun ini.

Setelah Ayah meninggal, karena infeksi paru-paru basah, tiada lagi keluargaku yang mampu menampungku. Aku terpaksa digilir oleh kerabat-kerabat ayah, tinggal bersama mereka beberapa lama, lalu pindah ke keluarga selanjutnya.

Layaknya bianglala, hidupku terus berputar dan kembali lagi ke titik awal. Lagi dan lagi, dan akan selalu begitu hingga bianglala itu rusak.

     Temanku hanya malam, serta gemerlap bulan, kadang ada nona bintang ikut mampir sejenak. Sisanya aku kelabu, gelap, dan buram, menyisakan sisa tawa yang mungkin akan habis esok lusa.

꧁꧂

"Kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku dan Langit, berbarengan.

Aku menatap Langit bingung, "Kenapa?" aku duluan bertanya, "Nggak, saya cuma sangat yakin kalau saya dan anda pernah bertemu," jawabnya.

"Gue nggak pernah bertemu orang seperti lo, dan nggak pernah bertemu lo juga. Dan gue benar-benar yakin kalau gue memang belum pernah ketemu lo,"

"Tapi gue yakin kalau sepertinya gue pernah ketemu sama lo, dengan alasan, ya yang mungkin nggak masuk akal."

Langit hanya tertawa pelan, "Memang aneh, saya juga merasa begitu. Mungkin saya lupa, tapi saya punya alasan jelas kenapa saya benar-benar yakin," Aku mendongak kencang, "Kenapa? Karena lo bisa menyaksikan kematian, misalnya?" tanyaku bergurau, aku pura-pura bertawa setelahnya.

"Yes, i can see the death, can you?"

꧁꧂


Cewek semacam Raina memang patut masuk dalam kriteria pacar idaman 2018. Tubuhnya yang mungil, namun proposional serta sifatnya yang ceria positif membuat semua orang gemas.

Raina memanyunkan bibirnya serta sesekali melihat jam tangan, tubuhnya menyandar tembok dan beberapa anak rambut yang keluar dari kuncirannya berkibas sesuai arah angin.

Cantik, manis, batinku, menatap gadis hujan itu dari kejauhan.

Karang Angkasa, dengan langkah mantap menghampiri Raina yang sepertinya telah menunggunya dari tadi.

Dari Mata Kana [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang