Bagian 1-3

19 0 2
                                    


Tahun 1997...

Sepasang mata mengamati seekor tikus putih yang sedang menikmati keju dalam kandangnya, atau lebih tepatnya penjara, penjara yang terbuat dari kaca. Beberapa saat lamanya ia memperhatikan pengerat kecil itu. Pria yang berpakaian seperti profesor itu kemudian memasang tutup kandang yang di tengahnya terdapat lubang kecil. Ke lubang kecil itu kemudian dimasukkan selang. Begitu salah satu tombol yang ada di panel yang terhubung dengan selang itu ditekan, gas putih menghembus keluar dari ujung selang, memenuhi kandang kaca transparan berbentuk kubus itu. Saat asap putih menghilang, tikus itu tergeletak, namun masih bernafas.

Dr. Mathias Heinberg, pria bermantel putih panjang itu, memindahkan kandang tikus itu ke dalam kandang kaca yang lebih besar. Kandang yang lebih besar itu menggunakan kaca tahan peluru, kandang yang lebih kuat. Ia mengganti selang gas tadi dengan selang lain. Tidak lama setelah tikus itu mulai berdiri, gas kembali berhembus memenuhi wadah itu, kali ini warnanya biru muda. Gas biru bergumul menghalangi pandangan. Selama hampir satu menit, barulah isi kandang kembali terlihat.

Profesor berambut tebal berwarna coklat itu menunggu dengan harap. Mata hijaunya hanya berjarak beberapa inci dari kaca kandang. Jari tangan kanannya mengetuk-ngetuk meja seakan menjadi alarm yang berusaha membangunkan tikus yang hidup tapi tak berdiri itu. Tikus itu akhirnya bangkit. Hidungnya terangkat, mengendus-endus. Dr. Heinberg menunggu tikus itu melakukan sesuatu, tapi binatang itu hanya berdiri di tempat. Ia sudah punya rencana untuk itu. Ia menarik meja tv yang beroda dan memindahkan ke bagian samping kandang sehingga mata hitam kecil itu bisa melihat. Kemudian dinyalakannya tv, layar biru. Remote VCR ia tekan. Video dimulai. Dalam video itu, seekor kucing menerkam kamera diikuti suara meong yang keras. Si tikus bereaksi dengan berlari menjauh dari layar. Kepala binatang itu membentur kaca kandang hingga pecah. Mata Dr. Heinberg membelalak, mulutnya menganga, lalu diikuti seringai. "Berhasil. Aku berhasil."

Lelaki itu memindah posisi tv, kemudian melakukan hal yang sama. Kini sisi lain dari kandang kaca bagian dalam ikut pecah. Tikus itu menjadi lebih kuat sehingga kaca cukup tebal yang biasa menahannya sekarang bisa dipecahkan. Namun, ia tetap tidak bisa memecahkan kaca tahan peluru pada bagian luar. Material itu masih terlalu kuat untuknya.

Di Base N-18, pemerintah memulai Proyek Mortal Titans (manusia titan). Proyek ini bertujuan menghasilkan pasukan khusus dengan kekuatan fisik melebihi manusia rata-rata, atau manusia super. Ilmuwan yang memimpin proyek ini adalah Dr. Mathias Heinberg, seorang profesor ternama di bidang biokimia. Tahun lalu ia dikontrak pemerintah. Semua risetnya dalam pengembangan serum penguat didanai. Tapi sebagai gantinya, ia tidak diizinkan mempublikasikan perkembangan atau hasil riset tersebut.

Proyek Mortal Titans adalah proyek rahasia. Penelitiannya hanya dilakukan di fasilitas Base N-18. Saat itu Dr. Heinberg telah berhasil menyempurnakan serumnya. Serum itu ia namakan serum TN, singkatan dari 'titan'.

Dua hari lagi, serum itu akan diujicobakan pada primata. Dan apabila berhasil, akan dilanjutkan pada manusia. Dr. Heinberg belum mengetahui siapa yang akan menjadi sukarelawan dan berapa banyak. Bukan tugasnya untuk memilih kandidat. Tentunya mereka dipilih dengan sangat cermat dan penuh pertimbangan. Kekuatan yang didapat dari serum itu bisa menyelamatkan atau memperbudak umat manusia. Ia percayakan itu pada pemerintah.

Siang itu, seorang pria kulit hitam berkemeja putih berjas hitam baru saja keluar dari kantor Direktur Base N-18. Pria itu berpapasan dengan Dr. Heinberg, namun raut wajahnya yang datar tidak berubah sedikit pun. Profesor itu tidak tahu apakah pria misterius yang baru hari itu ia lihat menoleh padanya atau tidak. Mata pria itu tertutup kacamata hitam.

Dr. Heinberg berniat masuk ke ruangan direktur membawa sebuah map berisi beberapa dokumen. Ia mengetuk beberapa kali. Tidak ada yang menjawab. Karena tidak sabaran, diputarnya kenop pintu itu. Kemudian, ia masuk setelah membuka pintu. Tidak ada orang di ruangan itu. Ia melangkah dan berhenti di depan meja kerja. Ia baru saja akan berteriak memanggil ketika kedua matanya terpaku pada sebuah map di atas meja. Pada map itu, ia bisa melihat dengan jelas sebuah logo, logo yang asing namun pernah ia dengar. Di bawah lambang pada logo itu tertulis dengan huruf kecil 'Heredes Dei'. Dahinya berkerut. "Heredes Dei?" katanya lirih. "Apakah ini asli?" Yang ia ketahui, perkumpulan Heredes Dei tidak lebih dari sebatas imajinasi para penganut teori konspirasi, sebuah mitos. Dr. Heinberg berpikir sejenak. Karena penasaran, ia buka berkas itu. Ia begitu terkejut melihat isinya. Suara guyuran air dari dalam toilet mengalihkan fokusnya. Ternyata sang direktur berada di toilet saat ia masuk. Ia harus segera memutuskan tindakan selanjutnya. Pada akhirnya, ia membawa dokumen itu tanpa izin. Ia keluar ruangan dan berjalan meninggalkan kantor sambil menahan gugup.

Prime Protector 2: HercTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang