Mathias Heinberg berada di samping istrinya malam itu. Ia menatap belahan jiwanya yang sudah berminggu-minggu terbaring di ranjang rumah sakit. Sehari yang lalu, ia mendengar kabar bahwa keadaan istrinya semakin memburuk dan tidak tertolong lagi. Begitu perih hatinya menerima kenyataan itu. Istri yang sangat dicintainya akan segera meninggalkannya. Kurang lebih satu bulan kata dokter.
Cepat atau lambat, direktur Base N-18 yang merupakan salah satu anggota Heredes Dei akan menyadari bahwa kepala Proyek Mortal Titans telah menyabotase penelitiannya sendiri. Dan saat itu terjadi, mereka akan menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebenarnya, Mathias ingin kabur ke luar negeri untuk menghindari Heredei. Namun mengingat kondisi istrinya yang tidak memungkinkan, rencana itu tidak bisa diwujudkan. Meninggalkan istrinya seorang diri bukanlah pilihan. Bagaimanapun juga, ia akan menemani istri terkasihnya itu hingga maut memisahkan mereka. Pikirnya entah siapa yang akan lebih dulu, ia atau istrinya.
Dengan secara sengaja membuat kesalahan dan memasukkan formula yang keliru, Mathias mencoba mengulur waktu. Semua data yang berkaitan dengan serum itu sudah ia hapus. Ia membuka tas kerjanya. Serum-serum itu, produk satu-satunya yang tersisa dari penelitiannya bertahun-tahun. Ia tidak ingin menyia-nyiakannya begitu saja. Ia ingin "karyanya" itu berguna bagi orang lain. Ia harus segera memutuskan apakah ia akan melakukannya. "Maafkan aku, Sayang," katanya pelan pada istrinya yang sedari tadi tidur.
Mathias memasukkan satu dosis serum itu ke dalam autoinjektor, menyuntikkannya ke tangan istrinya. Ia tersentak ketika istrinya tiba-tiba kejang dan monitor detak jantung menunjukkan detak jauh lebih cepat, seakan istrinya mendapat suntikan adrenalin. Baru saja ia akan memanggil dokter ketika istrinya kembali tenang dan detak jantungnya kembali normal. Ia mendesah lega. Hembusan napasnya terdengar nyaring. Ia membenarkan selimut dan posisi tidur istrinya, lalu mencium dahinya.
Belum sampai semenit, seorang perawat datang karena kondisi pasien yang sempat berubah signifikan. Tapi saat ia memeriksa, semuanya kembali normal. "Apa yang terjadi?"
"Entahlah," jawab Mathias berbohong seraya menggeleng-geleng kepala.
Itu adalah sebuah perjudian. Kemungkinan terbaik, serum itu mungkin bisa membuat kondisi istrinya membaik. Kemungkinan terburuk, kondisi istrinya semakin parah, bahkan berakibat kematian yang lebih cepat. Mathias sendiri tidak tahu apa efek yang akan dihasilkan. Pikirnya tidak ada salahnya mencoba. Sekali lagi, itu perjudian.
Percobaan pada primata dilaksanakan. Dalam sebuah ruangan berukuran 3x4 meter, seekor simpanse diikat di atas sebuah meja. Seorang pria bermasker dan bermantel putih panjang mendekat dengan suntikan di tangannya. Jarum suntik menembus kulit berbulu hitam lebat itu. Pria itu langsung keluar ruangan dan mengunci pintu. Tidak aman jika tetap berada di dalam. Ia bergabung bersama beberapa koleganya untuk menyaksikan lewat dinding kaca satu arah. Menunggu dan menunggu.
Beberapa menit berlalu. "Kelihatannya tidak ada reaksi apa-apa pada subjek," ujar Reesen heran. "Ini tidak mungkin."
"Kau tidak bisa mengharapkan serum ini akan bekerja pada percobaan pertama," kata Mathias walaupun ia tahu persis kenapa serumnya tidak bekerja.
"Aku tahu itu. Hanya saja, hasilnya jauh dari apa yang kuprediksi." Reesen memijat-mijat dahinya.
"Kita hanya perlu mengubah formulanya."
Percobaan pada kera besar dilakukan beberapa kali. Formula serum juga beberapa kali diubah. Efeknya berbeda-beda sampai ada subjek yang mati. Taktik ini memberi Mathias waktu lebih dari seminggu.
Mathias merasa dirinya seperti ilmuwan gila yang tidak peduli dengan subjeknya. Tapi ia menghibur dirinya dengan meyakini bahwa itu harus dilakukan untuk menyelamatkan banyak manusia. Selagi berpura-pura sibuk dan kecewa dengan hasil penelitian yang gagal, ia terus menyuntik istrinya dengan satu dosis serum TN setiap dua hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prime Protector 2: Herc
AksiGabrielle Garrison adalah gadis kuliahan dengan wajah kurang menarik, tapi memiliki kekuatan melebihi manusia biasa. Mencoba untuk hidup normal, ia menyembunyikan kekuatannya seperti yang disarankan ayahnya. Namun, dorongannya untuk menolong sesama...