Bagian 22-24

1 0 0
                                    

Restoran Pheltin agak sunyi malam itu. Suara televisi yang biasanya tersamarkan suara orang bicara terdengar jelas. Para pelayan menggunakan waktu mereka untuk membersihkan lantai, meja, dan kursi yang sebenarnya sudah cukup bersih.

Gabby sedang mengepel salah satu meja ketika Richard mendorong pintu. Ia menoleh. "Hei, apa kabar?"

"Baik." Richard memilih meja yang sedang dibersihkan Gabby. Ia langsung duduk. "Bagaimana denganmu? Ada aksi beberapa hari ini?"

"Syukurlah tidak," jawab Gabby seraya menggeleng kepala. "Tidak ada aksi, hanya drama. Kau tidak marah padaku, kan? Tentang tawaran itu?"

"Tidak tidak," ujar Richard dengan kedua tangan diangkat. "Aku mengerti. Malah aku yang kelewatan."

"Tidak usah dipikirkan. Oh ya, kau mau pesan apa?" Gabby mengeluarkan buku kecil dan pensil dari saku kemejanya.

"Aku sedang mood untuk makan cheeseburger dan kentang goreng dan..." Richard mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke meja, "soda besar."

Gabby menuliskan pesanan pelanggannya. "Aku penasaran kenapa kau tidak makan di restoran bintang 5 saja."

"Aku tidak punya seseorang untuk diajak."

"Aku akan segera kembali dengan makananmu," ucap Gabby diiringi senyuman. Setelah masuk ke bagian dapur, ia memberikan kertas pesanan itu kepada juru masak. Gabby terkejut mendengar seseorang membanting pintu kantor manajer. Itu adalah Jimmy. Sebelum pergi melalui pintu belakang, Jimmy menatap marah pada Gabby. Apa dia tahu aku yang mengadukannya? Bahkan Jimmy sempat menunjuknya seperti mengancam. Gabby bergegas masuk ke kantor Jalem tanpa mengetuk pintu.

"Oh, Gabby. Kau membuatku terkejut," reaksi Jalem.

"Apa yang terjadi?"

"Aku baru saja memecatnya. Kau benar. Memang dia yang mencuri uang di mesin kasir. Jangan khawatir, aku tidak memberitahunya tentang kesaksianmu."

Sekarang setelah Jimmy benar-benar dipecat, Gabby jadi tidak enak hati dan agak kasihan. Ia pikir sekarang Jimmy pasti membencinya. Dan ia tidak begitu suka jika ada orang yang membencinya. "Well, terima kasih," katanya ragu.

"Agak sunyi malam ini, ya?"

"Ya." Gabby berdiri di situ sesaat "Aku akan keluar," ujarnya.

"Aku juga ingin keluar. Aku sedang bosan di dalam." Jalem berdiri dari kursi putarnya.

Gabby menuju meja membawa makanan dan minuman yang dipesan oleh Richard. "Ini pesananmu."

Satu berita di tv menarik perhatian orang-orang dalam restoran itu. Seorang pelanggan meminta volume tv dikeraskan agar dapat mendengar lebih jelas.

"...polisi setempat telah memastikan bahwa pimpinan kelompok teroris FPUA, Emutu Nggokani, telah tewas di sebuah kamar hotel yang merupakan markas FPUA..."

"Baguslah orang kejam itu mati," komentar seorang pelanggan, membuatnya jadi pusat perhatian sesaat. Semua di tempat itu setuju dengan sentimen yang ia tunjukkan.

Seorang pengunjung restoran yang lebih tua menunjukkan wajah lega mendengar berita itu. "Syukurlah," gumamnya lirih.

"Menurut sumber yang merupakan eks anggota FPUA sendiri, mereka melakukan pemberontakan. Baku tembak terjadi antara sesama anggota FPUA hingga menewaskan petinggi FPUA dan mengakhiri pemberontakan itu. Kubu pemberontak itu sendiri dulu adalah warga beberapa desa di Kenya yang dipaksa untuk bergabung oleh Emutu Nggokani dan kroni-kroninya. Walaupun begiu, polisi tetap menahan semua anggota FPUA yang selamat untuk menentukan apakah mereka korban atau bukan," lanjut reporter melaporkan dari studio.

Prime Protector 2: HercTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang