Chapter 1

13.9K 646 16
                                    

Pria itu tengah memejamkan matanya di depan dinding kaca ruangannya saat ini. Wajah polos, serta senyuman lugunya tidak sebanding dengan apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Sebuah rencana yang akan membuat dia mendapatkan segala yang ia inginkan selama ini.

Harta.

Kekuasaan.

Dan kemenangan, akan menjadi miliknya sebentar lagi.

Yah... Dia hanya tinggal menunggu saat-saat itu tiba untuk menikmati apa yang dinamakan dengan buah kesabaran.

"Memikirkan rencana nanti malam?" Tanya sebuah suara mengintrupsi euforianya menyambut apa yang akan dia miliki sebentar lagi. Memaksanya membuka mata dan mengalihkan fokus indah itu pada seorang wanita yang tengah duduk di atas sebuah sofa sambil tersenyum lembut ke arahnya.

Membalas senyuman itu, ia mendekati si wanita dan duduk di sofa yang berseberangan dengannya.

"Aku memikirkan bagaimana caranya untuk terlihat bahagia nanti malam." Kata pria itu yang langsung dibalas dengusan mengejek dari si wanita.

"Come on, Avram... Kau tidak sepolos itu." Kata si wanita yang langsung menyandarkan bahunya ke badan sofa. Sambil melemparkan sebuah bantalan kecil ke arah wajah pria itu, dia kembali berkata. "Kau bahkan punya bakat hebat dalam ber-akting" Ejek wanita itu lagi sontak membuat pria itu tertawa dengan keras.

"Yah! Kau benar!" Ujarnya di sela tawanya yang berderai. "Dan sayangnya,  kakekku tidak tahu akan sifatku yang satu ini," sambungnya lagi kali ini membuat si wanita mencebikkan bibirnya.

"Itu karena wajahmu yang sangat mendukung untuk menjadi pria yang manis, Avram."

"Dan aku tidak salah karena memiliki wajah seperti ini kan, Jenny?" Godanya lagi memajukan wajah sejenak dan mengedipkan sebelah matanya kepada wanita itu.

Hampir saja Jenny terpesona akan tatapan dan senyuman maut pria itu terhadapnya, kalau saja dia tidak sadar akan posisinya dan pria tersebut.

"Jangan perlihatkan wajah seperti itu, jika kau masih menginginkan aku bekerja disini, oke!" Ancam Jenny yang memang selalu berhasil membuat Avram melenguh kesal.

"Andai kau belum menjadi milik si possesive bodoh, Faris, aku pasti akan merekrutmu menjadi istriku." Kata Avram terdengar asal hingga membuat kedua mata Jenny melebar.

"Kau pikir aku ini apa?! Dasar gila!" Maki Jenny memberengut hingga Avram pun kembali tertawa. Memaku pandangan Jenny hanya tertuju ke arahnya.

Gadis bernama Jenny itu adalah sahabat Avram. Mereka sudah bersama sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat itu, hanya Avram yang mau berteman dengan Jenny. Meski Jenny harus menelan semua sikap angkuh Avram terhadapnya dulu, Jenny tidak bisa memungkiri kalau hanya Avramlah yang bersedia membantunya ketika semua orang menjauhinya.

"Kuharap kau tidak sedang jatuh cinta padaku, Jenny" tegur Avram tiba-tiba yang langsung dibalas cepat oleh Jenny.

"Memangnya kenapa? Bukankah itu lebih baik? Bukannya kau bilang ingin aku menjadi istrimu, hm?"

"Tidak, setelah beberapa detik yang lalu kau menolakku, sayang..."

Mendengar jawaban dan tatapan sinis Avram itu, membuat Jenny seketika tertawa lepas. Dia menggeleng dan menepuk pipi pria itu pelan, sebelum membereskan semua barang-barangnya yang tadinya berserakan di atas meja, dan bersiap meninggalkan ruangan tersebut.

"Apa aku harus memastikan Rafka tidak tahu akan perjodohanmu malam ini?" Tanya Jenny ketika ia baru saja menyentuh gagang pintu ruangan itu.

"Tentu saja! Pastikan si brengsek itu tidak tahu kalau malam nanti, Kakek akan menjodohkanku dengan seseorang" Sahut Avram tersenyum licik membayangkan kalau sebentar lagi, perseteruannya dengan Rafka akan membuahkan kemenangan untuknya.

"Baiklah... Semoga beruntung," ucap Jenny kemudian benar-benar meninggalkan Avram seorang diri di ruangannya. Menikmati dengan puas bayangan-bayangan harta yang akan dia miliki jika nanti dia mendapatkan seorang istri.

Lupakan soal cinta. Aku tidak butuh! Begitu warisan itu jatuh ke tanganku, maka kebahagiaan, juga pasti akan datang menghampiriku. Pikirnya sebelum akhirnya beranjak meninggalkan kantor. Dia ingin mempersiapkan diri. Tampil begitu sempurna, untuk memperoleh kesempurnaan pula.

***


*bersambung*

N.B : berhubung pemeran utamanya udah ganti nama dan potong kambing, –ceile... – jadi maafkan daku, kalau masih ada nama yang lama terselip di salah satu bagian part ya... Mungkin gak terbaca sama aku, atau gimana2... Haha harap maklum, yes... 👍


Tengkyuuu ~_~

Medan, 16 Februari 2018

07 Mei 2018

Weddings Are (not) Big Business (Tersedia di PlayStore!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang