12| Where are You?

3.4K 432 36
                                    

Jisoo terduduk tegak sembari memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Jika bisa dibandingkan ia terlihat jauh lebih cantik dari seorang putri hari ini. Gaunnya putih gadingnya sangat indah berpadu dengan riasan naturalnya.

Namun raut wajah Jisoo berbanding terbalik dengan keanggunan gaunnya ataupun kecantikan riasannya. Hari yang seharusnya dihiasi oleh senyuman bahagia oleh calon mempelai tak nampak setitikpun terlihat dari wajah Jisoo. Hanya ketidaknyamanan yang ditampakan olehnya, seakan sesuatu siap meledak dari dalam dirinya. Ia terus menggigit bibir bawahnya sampai lipstiknya sedikit memudar, jemarinya tak henti beradu gelisah di atas pangkuannya.

"Tenang saja, dia akan segera datang." Jennie yang sedang menemani Jisoo di ruangannya berusaha menenangkan Jisoo yang semakin gelisah.

Pintu ruangan terbuka, serentak Jisoo dan Jennie menoleh ke sana. Berharap seorang datang dan membawa kabar baik.

Tuan dan Nyonya Kim memasuki ruangan, membuat ekspresi Jisoo bertambah muram. Mereka menghampiri Jisoo yang bahkan tak beranjak sedikitpun dari kursinya untuk menyambut kedatangan kedua orangtuanya.

Tuan Kim tersenyum tipis memaklumi kelakuan anak perempuannya itu yang jelas-jelas membencinya. Tuan Kim memegang bahu Jisoo dari belakang. Ia hanya bisa melihat pantulan wajah Jisoo dari cermin.

Tuan Kim tak berkata apapun pada Jisoo, ia hanya terlihat terharu karena sebentar lagi akan melepas anaknya yang telah dewasa pada pria yang akan menjadi pasangan hidup Jisoo. Entah mungkin perasaan Jisoo sudah terlanjur mengeras untuk ayahnya sampai kesedihan Tuan Kim sama sekali tak berpengaruh padanya.

"Sejak kapan rambutmu dihitamkan?" tanya Tuan Kim pada Jisoo. Sejak beberapa hari yang lalu mereka tidak bertemu karena Tuan Kim yang sibuk. Ia baru menyadari perubahan rambut Jisoo hari ini.

"Dua hari yang lalu."

"Kau terlihat-" Tuan Kim menggantungkan kalimatnya seakan menyiratkan sesuatu hal tiba-tiba muncul dalam pikirannya setelah melihat rambut Jisoo. Namun cepat-cepat Tuan Park menggeleng pelan, tak ingin dikuasai perasaannya sendiri.

"Rambut hitam tidak cocok untukmu." Tuan Park berucap dingin. Ia melepaskan pegangannya pada bahu Jisoo. Ada raut wajah aneh dari Tuan Kim tapi ia tak ingin Jisoo menyadarinya. Tuan Kim langsung memutar badan dan pergi keluar dari ruangan. Nyonya Kim juga turut mengikuti langkah suaminya tanpa berucap sepatah katapun untuk sekadar menenangkan Jisoo yang gelisah menanti calon suaminya.

Jisoo memejamkan matanya dan berusaha mengatur napas serta emosinya kembali. Jika tak begitu sedikit lagi tangis Jisoo bisa meledak seketika. Mungkin kabar tentang Jinyoung membuat perasaan Jisoo jadi lebih sensitif hingga ucapan ayahnya kali ini terasa sangat menyakitkan untuknya.

Kedua kalinya pintu kamar Jisoo kembali terbuka. Kini seorang pria berambut kuning keemasan muncul di balik pintu.

"Ada apa, Yugyeom?" tanya Jennie mewakili Jisoo. Raut wajah Yugyeom yang tak mengenakan tentu akan memancing pertanyaan namun Jennie tahu Jisoo tak akan pernah bertanya duluan pada adiknya.

"Kak Jinyoung belum juga ketemu," lapor Yugyeom penuh kekecewaan. Ia tak tega melihat kakaknya harus mengalami ini di hari pernikahannya.

"Tapi mereka masih mencari, semua keluarganya sedang berusaha. Kak Jinyoung pasti akan datang sebentar lagi. Tunggu sedikit lagi," lanjut Yugyeom, walaupun ia tahu Jisoo selalu mengabaikannya tapi Jisoo selalu mendengar semua ucapannya. Ia tetap ingin menenangkan kakaknya walau tak berpengaruh banyak.

"Aku akan kembali lagi jika sudah ada kabar."

Jennie mengangguk dan membiarkan Yugyeom menghilang di balik pintu. Jennie beralih kembali pada Jisoo. Ia mendekatinya dan memeluk Jisoo dari belakang.

RELATIONSICK ❝JINYOUNG JISOO❞ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang