Spin-off 4| Relationsick 2.0

4.1K 275 105
                                    

"Apa dia cantik?"

"Ibu! Sejak kapan ada di sini?" Jihoon tersentak kaget begitu mendengar suara ibunya yang tiba-tiba muncul dari arah punggungnya.

Sementara Jisoo terkekeh dengan lirikan usil melihat Jihoon yang gelagapan menyembunyikan ponselnya ke dalam kantung seragamnya bagai orang yang kedapatan mencuri. Padahal percuma disembunyikan pun Jisoo sedari tadi sudah mencuri pandang diam-diam pada layar ponsel Jihoon.

"Habisnya ibu panggil dari tadi kau malah sibuk tersenyum dengan ponsel."

"Kapan aku melakukannya?" elak Jihoon sembari mengikuti langkah ibunya ke ruang makan untuk sarapan, seakan baru saja tak terjadi apapun.

"Namanya siapa?" ungkit Jisoo yang masih tak mau membiarkan Jihoon lepas begitu saja.

"Apanya?" balas Jihoon yang pura-pura tak mengerti pertanyaan ibunya.

"Anak ibu sudah dewasa ya. Sekarang punya teman wanita tapi tidak mau berbagi cerita pada ibu." Jisoo mengacak gemas rambut Jihoon di tengah-tengah kesibukan tangannya yang aktif bergerak menyusun sarapan di atas meja makan.

"Itu hanya temanku di sekolah." Jihoon menjawab dengan helaan napas pasrah menerima rambutnya yang telah tertata rapi untuk siap ke sekolah harus berantakan lagi berkat tangan usil ibunya.

"Oh hanya teman?" goda Jisoo lagi yang sempat membaca sebagian ketika mengintip ponsel Jihoon. "Bukan hanya teman juga tidak apa-apa."

"Ibuu," rajuk Jihoon dengan wajah cemberut karena ibunya yang tak henti untuk menggodanya. Padahal ia benar-benar hanya saling mengirim pesan dengan seorang temannya di sekolah. Yah, walaupun itu benar seorang teman wanita yang dekat dengannya, tapi tetap saja ia malu membahas hal seperti itu dengan ibunya.

Rajukan manja Jihoon pada ibunya seketika berhenti ketika melihat ayahnya yang juga telah terlihat rapi untuk berangkat kerja bergabung bersama mereka di meja makan. Bukannya takut, hanya saja semakin dewasa perasaan hormat Jihoon pada ayahnya juga semakin besar hingga ia merasa tak pantas bertingkah manja ataupun bercanda terlalu bebas di depan ayahnya. Semakin dewasa ia semakin mengerti bagaimana etika dan batasan-batasan bersikap pada orang dewasa yang seharusnya ia terapkan di usianya yang tak lagi bisa disebut anak kecil.

Sejak kecil Jihoon sadar ia tak pernah dimanjakan oleh ayahnya walaupun ia adalah anak tunggal di keluarga Park yang terkenal kaya raya itu. Kasih sayang dari ayahnya diterimanya dengan cara yang berbeda, ayahnya membesarkannya melalui ketegasan, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan cerdas. Kemudahan tak selalu didapatkannya walau ayahnya bisa saja memberikannya apapun dengan uang. Jihoon tak pernah dididik untuk mengandalkan kekayaan ataupun kekuasaan orangtuanya. Ia diajarkan bekerja keras dahulu untuk mencapai apapun yang diinginkannya. Kini Jihoon mulai mengerti mengapa ayahnya bersikap sedemikian keras padanya karena mentalnya harus dipersiapkan sejak dini untuk menghadapi suatu hal yang besar di masa depan. Tak bisa menghindar ataupun menolak, seakan takdirnya telah digariskan berada di sana sejak ia lahir sebagai keturunan keluarga Park.

Sebagai penerus kursi tahta kerajaan bisnis yang telah dibangun turun temurun oleh keluarganya, siapa yang tak memimpikan berada di posisi Jihoon sekarang? Namun apakah Jihoon juga berpikir demikian? Jauh dalam hatinya, jawaban Jihoon mungkin saja adalah tidak.

🍑🐰🍑🐰

Jihoon melirik jam tangannya sekilas, masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum bel pulang yang akan membebaskannya dari penjara bernama kelas ini. Jihoon kembali fokus pada buku di hadapannya dan tak menampakan gelagat dirinya yang menantikan jam pulang sejak tadi. Tak seperti Lucas, teman sebangku Jihoon dan Mark yang duduk di depan Jihoon, sejak tadi mereka berdua sudah tak fokus belajar, terus mengeluh dengan saling berbisik-bisik, gelisah tak tahan lagi berlari menghambur keluar ruangan. Menjadi anak kelas 3 memang berat, jam pelajaran mereka ditambah menjadi lebih panjang dari pada kelas di bawah tingkat mereka.

RELATIONSICK ❝JINYOUNG JISOO❞ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang