18| Forced Hug

3.8K 429 31
                                    

Jisoo sedang menyantap makan malamnya sendirian saat Rose memasuki ruang makan dengan matanya yang sembab. Jisoo hanya sedikit melirik gerak-gerik adik dari Jinyoung tersebut dari ekor matanya. Rose berjalan terseok-seok untuk membuka pintu kulkas dan mengambil minuman di dalamnya.

Baru beberapa jam yang lalu terjadi keributan besar antara Jinyoung dan Rose. Penyebabnya karena Rose baru saja pulang saat malam hari sejak keluar besama temannya pagi tadi. Jinyoung marah besar karena Rose sama sekali tak memberi kabar akan terlambat pulang dan juga Jinyoung menuduh Rose berbohong tentang temannya yang bersamanya.

Setelah menyaksikan keributan tadi Jisoo jadi berpikir berkali-kali untuk memancing amarah Jinyoung. Jinyoung yang sedang marah sungguh sangat menakutkan dan jelas saja siapa yang tak akan menangis didominasi amarah dari Jinyoung. Rose bahkan tak bisa membalas sedikitpun ucapan Jinyoung dan hanya bisa menangis.

Jisoo sontak sadar dari lamunannya saat mendengar gelas yang terbanting ke lantai dan pecah. Ia menoleh pada Rose yang bersandar pada badan kulkas sambil memegangi kepalanya. Otomatis Jisoo segera menghampiri Rose untuk memeriksa keadaannya.

"Kau pusing?" Jisoo berusaha memegangi Rose yang nampak sulit menjaga keimbangannya. Namun nyatanya Rose masih cukup sadar dan memiliki kekuatan untuk menepis tangan Jisoo dengan kasar.

"Jangan sentuh aku," tolak Rose sembari segera berjongkok memaksakan diri untuk mengumpulkan pecahan gelas yang berhamburan.

"Tinggalkan saja biar aku yang bersihkan." Jisoo ikut-ikutan berjongkok untuk menahan Rose yang mulai memucat.

Rose mengangkat wajahnya untuk menatap tajam pada Jisoo.

"Jangan berakting baik padaku. Pergi saja sana!" usir Rose dingin, bahkan melebihi sinisnya nada ucapan Jinyoung yang biasanya juga ditujukan untuk Jisoo.

Jisoo menghentikan gerakannya dan terdiam memandangi Rose tanpa berusaha membantunya lagi. Ia kembali berdiri agak menjauh dan hanya mengawasi Rose untuk berjaga karena Rose bisa saja tumbang kapan saja. Walaupun menjadi seorang dokter karena keterpaksaan, namun setelah bertahun menjalani profesinya tersebut membuat Jisoo juga memiliki naluri seorang dokter. Ia tak bisa membiarkan begitu saja seseorang yang tampak sakit.

"Bunyi apa barusan?" tanya Jinyoung yang mungkin terpancing datang oleh bunyi gelas yang pecah.

Bertepatan dengan Jinyoung yang muncul ke dapur, tangan Rose terkena pecahan gelas dan mulai mengeluarkan banyak darah. Rose terperangah melihat darahnya sendiri yang membanjiri tangannya. Kepalanya yang pusing semakin berputar hingga kesadarannya benar-benar terenggut.

Jinyoung segera berseru menghampiri Rose dan menghardik Jisoo yang sudah lebih dulu menangkap Rose yang hampir saja jatuh tersungkur di atas pecahan gelasnya.

Jinyoung melirik tajam pada Jisoo sebelum mengangkat Rose dalam gendongannya. Tak peduli pada reaksi Jinyoung, Jisoo tetap mengekori Jinyoung yang membawa Rose ke kamar.

"Rose akan sadar dalam beberapa menit, dia pingsan karena dehidrasi dan kepalanya mungkin saja pusing setelah menangis selama berjam-jam." Jisoo membuka suara untuk menengahi Jinyoung yang tampak panik untuk menyadarkan Rose.

Jinyoung menoleh pada Jisoo yang berlutut tepat di sisi ranjang Rose. Jisoo sedang berusaha membersihkan luka di tangan Rose dengan gerakan tangannya yang tenang dan telaten.

"Dan kau membiarkannya membersihkan pecahan gelas?"

Salah paham. Jisoo baru saja ingin menjelaskan keadaan sebenarnya namun kembali dipotong oleh Jinyoung.

"Aku tahu pernikahan kita hanya permainan untukmu tapi aku tak menyangka kau akan seegois ini. Dan berhentilah berbicara seperti seorang dokter jika kau memang tak berguna."

RELATIONSICK ❝JINYOUNG JISOO❞ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang