Musim penghujan adalah satu musim paling ditunggu bagi sebagian orang. Tidak semua, tetapi sebagian. Orang bilang, setiap hujan yang datang bisa membuat seseorang kembali mengenang masa lalu. Entah itu fakta atau hanya opini sekilas saja.
Hujan adalah rahmat bagi seluruh alam. Salah satu keistimewaan yang dimilikinya, ialah Allah menjadikan waktu turunnya sebagai salah satu waktu terbaik untuk memanjatkan do'a.
Adalah Fauzan, lelaki dengan perawakan tinggi, kurus. Entah sejak kapan tepatnya ia tidak menyukai hujan. Setiap turun hujan, yang dilakukannya hanya menutup telinga dengan earphone lalu memutarkan musik sepuasnya. Jangankan untuk berlama-lama menatap tetesan airnya, suaranya pun sangat tidak ia sukai.
Hingga pada suatu hari, di sebuah lapangan sekolah saat ia tengah berteduh tepat di seberangnya, ia melihat seorang perempuan yang tengah bermain-main dengan air hujan. Ia dengan beberapa anak kecil di sekelilingnya tengah tertawa sambil berlari kesana kemari.
Arah pandangnya tidak sengaja menangkap sosok perempuan itu dari balik gerbang. Lantas ia memalingkan wajah dari pemandangan yang merusak mood-nya itu."Perempuan aneh, badan boleh kelihatan dewasa, tapi kelakuan engga ada bedanya sama anak kecil." celetuknya dalam hati.
Begitulah Fauzan, lelaki anti hujan yang terkadang juga tidak menyukai orang-orang yang bermain hujan.
Tetiba matanya menangkap sebuah motor matic melaju masuk ke dalam area sekolah. Melihat dari postur tubuh yang tertutup oleh jas hujan, pikirannya menggali ingatan, siapa sosok yang kini tengah menyita perhatiannya. Matanya tidak berhenti menatap ke arah pengendara itu.
Sang pengendara memarkirkan matic-nya di tepian lapangan. Lantas berjalan ke arah perempuan yang tengah bermain bersama anak kecil di sekelilingnya. Keduanya seperti terlibat percakapan dan keduanya saling tertawa dan menyiprat-nyipratkan air hujan.
Penglihatan Fauzan masih belum terlepas dari pemandangan yang ada di seberangnya. Samar-samar ia melihat seorang yang sudah begitu lama menghilang dari kehidupannya. Tetapi hatinya seperti meragukan apa yang kini tengah ia lihat. Dan itu membuat pikirannya sedikit berkecamuk, lantas memalingkan wajahnya dari pemandangan itu.
"Tidak mungkin dia." bisiknya dalam hati.
Ia kembali menyibukkan dirinya dengan menutup mata dan menikmati alunan musik dari lagu yang berputar dari earphone yang terpasang di kedua telinganya.----
"Ayo Dek, nanti kamu masuk angin kalau kelamaan hujan-hujanan. Bisa-bisa Mas juga yang repot." Kata seseorang yang menyebut dirinya dengan sebutan Mas.
"Sebentar lagi Mas. Tanggung. Masih seru main airnya." Perempuan itu nyengir kuda sambil terus berlarian dikejar oleh anak-anak kecil.
"Udah sore Dek. Sambil jalan pulang aja main hujannya, yuk? Mas masih harus beresin kerjaan yang belum selesai." Masnya meraih tangan itu lalu menariknya menuju motor yang tengah terparkir. Dengan berat hati, perempuan itu berhenti bermain dan pasrah ditarik menuju pulang.
Keduanya melaju menuju keluar gerbang. Begitu keluar dari gerbang, dengan tidak sengaja matanya menangkap sosok yang tengah berteduh di depan sebuah ruko yang sudah tutup. Dengan ragu-ragu ia mencoba mengingat sosok yang tengah menyandarkan kepala sambil menutup mata itu. Rasa penasaran menyelimuti pikirannya seketika. Kedalaman pikirannya seperti mencari-cari memori tentang orang yang barusan dilihatnya.
"Apa iya dia juga tinggal di kota ini?" serunya dalam hati.
"Kenapa Mas? Sepertinya Mas melamun yaa?" tanya perempuan di belakangnya sesaat setelah tiba-tiba motor yang ditumpanginya berhenti mendadak.
"Kayanya Mas lihat temen lama Mas. Tapi Mas samar-samar ingatnya. Habisnya udah lama banget kita pisah."
"Yang mana Mas orangnya?" tanya perempuan itu seraya mengedarkan pandangannya mencari sosok yang dimaksud Mas.
"Tadi yang lagi neduh di ruko yang depan gerbang sekolahmu. Engga lihat?"
"Hmmmm, aku lihat sih sekilas."
"Mas mau putar balik yaa? Mas penasaran banget." sahut Mas lantas memutarbalikkan arah motornya menuju ruko di seberang sekolah.---
"Hujan ini kapan berhentinya sih?! Udah hampir dua jam masih lumayan juga." Gerutunya dalam hati. Gerak-geriknya sudah menandakan kegelisahan karena hujan yang belum kunjung mereda. Sambil sesekali melirik ke arah tangan kirinya yang terpasang jam tangan berwarna hitam.
"Kalau tau bakal hujan kaya gini, mending tadi engga usah keluar kantor dulu. Aarrrggghhhh!!!" umpatnya dalam hati.
Sebuah motor matic berhenti tepat di hadapannya. Untuk menyembunyikan rasa terkejutnya terhadap apa yang ia lihat, Fauzan pura-pura tidak melihat kedatangan dua orang yang turun dari motor matic itu. Ia menyibukkan dirinya dengan handphone, sambil terus bertanya-tanya tentang rasa penasaran yang semakin berputar di kepalanya. Siapa ya lelaki ini?
Lelaki itu melepas helmnya, setelah beberapa detik memastikan bahwa sosok yang kini berada tepat di sebelahnya adalah betul orang yang dikenalnya. Dengan ragu-ragu ia mendekati lelaki itu yang sedari tadi sibuk dengan handphone dan earphone-nya.
"Fauzan?" Sapanya.
Fauzan semakin tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya dari apa yang ia dengar. Fauzanpun menoleh dengan ragu-ragu.
"Ya?""Betul anda Fauzan?" tanyanya memastikan lagi.
"Ya, saya Fauzan." balas Fauzan singkat.
"Fauzan Firdaus?"
"Bagaimana anda tahu nama lengkap saya?" Fauzan masih ingin memastikan orang yang kini di hadapannya.
"Ma syaa Allah. Saya Argha. Argha Maulana Ahmad. Masih ingat?" jawabnya dengan mantap penuh percaya diri.Fauzan masih tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Ia ingin berhambur memeluk lelaki itu. Namun terlebih dahulu lelaki itu yang memeluknya dengan erat. Aura kebahagiaan jelas terpancar dari lelaki yang mengaku bernama Argha itu. Dalam hati Fauzan terasa seperti ada kegetiran yang merambat hingga ujung kepalanya. Matanya memanas hingga air mata itu tidak dapat terbendung lagi.
Bersambung...
Kota Hujan, 29 Januari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Hujan
General FictionJika cinta sudah melekat, bagaimana hati dapat berhenti menulis harap? Semesta tidak akan merestui nuranimu terluka tersebab cinta. Cinta yang salah. Bagaimana jika mimpi yang kau punya terus mendesakmu melakukan hal gila, hingga kau tak sanggup me...