"Liff, diam di tempatmu!" seru Brid dengan suara tertahan. Sebisa mungkin mereka berdua tidak membuat gerakan yang berlebihan, atau Yoremi Si Raksasa Jingga akan menemukan mereka dan menelannya bulat-bulat.
Saat dua purnama lalu, ibunya memberitahu bahwa Yoremi sudah sampai di kota mereka untuk menagih janji. Kota ini pernah hampir rata dengan tanah dan dengan bantuan Yoremi berhasil dibangun lagi. Tentu ada harga yang harus dibayar, bukan cuma-cuma.
Kemudian muncul perjanjian antara wali kota dengan Yoremi. Bahwa sepuluh tahun kemudian ia akan kembali untuk meminta semua anak yang berusia sepuluh tahun. Mereka akan dibawa ke negeri tempat Yoremi tinggal, menjadi pasukan perangnya.
Di tahun itu, wali kota dan warga berusaha keras supaya tidak ada kelahiran. Sayang, formula ciptaan Profesor Gangs tidak seluruhnya sempurna. Maka lahirlah Liff dan Brid. Hanya mereka anak yang berusia sepuluh tahun di kota ini dan Yoremi akan segera membawanya!
Di sinilah sekarang Liff dan Brid berada. Di dalam hutan pinus yang pucuk pohonnya tinggi menjulang. Mereka berusaha bersembunyi dari kejaran Yoremi. Profesor Gangs memberi bekal masing-masing tiga butir pil yang bisa digunakan untuk mengelabui Yoremi selama pengejaran.
Liff dan Brid baru saja menelan pil kedua, setelah mereka sadar bahwa Yoremi mampu melewati rintangan pertama.
Pil pertama yang mereka lempar berubah menjadi bukit kaca berpola bulu landak. Runcing dan sangat tajam. Tapi rupanya raksasa itu mampu melewatinya walaupun dengan susah payah dan meninggalkan beberapa robekan kecil di badan.
Pil kedua membuat mereka berubah menyerupai pohon pinus. Dengan bentuk seperti ini, mereka bisa secepat mungkin melewati hutan pinus tanpa diketahui Yoremi. Sayang, langkah mereka kalah cepat. Makhluk besar itu berhasil menyusul walaupun belum bisa melihat keberadaan mereka. Hanya saja, hidungnya yang besar sudah terlatih mengendus aroma mangsa. Maka Liff dan Brid hanya mematung, tak berani membuat gerakan sedikit pun.
"Bocah kecil, aku tahu kalian di sini!" serunya menggelegar.
"Ayolah ikut denganku, aku sudah lelah," lanjutnya, "tak ada yang akan menyakitimu!"
Liff dan Brid bergeming. Jantung mereka berdetak kencang. Takut. Sangat takut.
Bibir Brid tampak sedang merapal doa. Doa apa saja yang bisa ia ucapkan untuk membuat hatinya tenang dan bisa mengusir makhluk jingga tersebut.
Namun Liff justru terlihat kepayahan. Seekor kaki seribu merayap mendekati lehernya. Setengah mati ia menahan rasa geli campur takut kalau-kalau hewan itu menyakitinya.
"Brid!" panggilnya dengan suara tertahan. Brid hanya melirik saja, tak berani banyak bergerak.
"Hey ... Brid, tolong aku! Hey ...."
"Sttt ...." Brid memberi isyarat dengan memonyongkan bibir.
"Tapi Brid ...," Liff mulai membuat gerakan yang menyebalkan.
"Liff, stttt ... tenanglah!" perintah Brid, masih dengan suara tertahan.
"Tapi, ada kaki seribu!" bisik Liff.
Tiba-tiba Brid terlonjak. Spontan ia melihat ke arah Liff. Secara bersamaan mereka saling terkejut dan kompak berjerit, "Kaki Seribu?!"
Kaki seribu yang tak siap dengan gerakan Liff langsung menggelung dan terjatuh ke tanah. Dua anak yang sedang menjadi pohon pinus sontak berlari. Sekencang yang mereka bisa, menghindari kaki seribu sialan itu. Dan tentu saja Yoremi!
Si Jingga Yang Besar langsung tahu keberadaan mereka. Secepat yang ia bisa pula, mengejar keduanya. Langkah kakinya membuat bumi bergoncang, menghambat Liff dan Brid untuk berlari dalam rupa pohon sedangkan tanahnya bergerak ke kanan-kiri.
"Cepat Liff!"
"Iya Brid!" mereka bersahutan sambil terengah-engah. Sesekali menengok ke belakang, memastikan posisi Yoremi.
"Brid ... dia makin dekat! Jangan ... kasih kendor!" seru Liff memberi semangat.
"Kata Profesor ... di ... depan ada ... jurang. Waspada!" sahut Brid sambil terengah. Liff mengangguk.
"Kau, ikuti aba ... abaku Liff," kembali ia mengangguk.
"Supaya ...," Brid berusaha melanjutkan, "supaya bukan kita ... masuk jurang."
Tepat setelah Brid menyelesaikan kalimatnya, jurang besar dan dalam mengaga di depan mereka, "Liff, belok kanan!"
Segera Liff berbelok ke kanan dan Brid sebaliknya. Sedang Yoremi, karena sangat bersemangat mengejar mereka, hilang fokus. Dia tak sempat mengurangi kecepatan berlari dan saat tangannya sudah terayun hendak menangkap keduanya, hanya hampa yang didapat. Jurang besar pun menerima kehadirannya.
Yoremi terjatuh. Pekikannya sungguh merusak dunia. Tubuh besarnya melayang seperti kapas menuju dasar jurang. Dari mulutnya yang besar, ia berusaha mengucapkan mantera penyelamat.
"Brid! Lemparkan pil ketiga!" perintah Liff, "sebelum dia baca mantera!"
Secepat kilat, Liff dan Brid melemparkan pil ketiga, tepat masuk ke dalam mulut Yoremi.
"BLARRR!"
Suara ledakan disertai api yang membumbung tinggi, seketika menghanguskan Yoremi. Liff dan Brid saling berpandangan lega. Sayup-sayup terdengar sorak sorai warga dari arah kota. Mereka telah tahu kemenangan ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/136365472-288-k772294.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Hati
General FictionHave fun bareng teman-teman Basagita Community dalam #BasagitaMiniChallenge 1.0 Selamat menikmati sajian 8 cerita fiksi mini, jangan lupa voment yaaa... Kissss :*