I'm Alive

11 2 1
                                        

"Kamu bisa, May."

Aku menatap lemah manik kecoklatan milik Moko, suamiku. Ingin kukatakan banyak hal, berkisah apa saja yang aku lalui setiap detik bersama lelaki terkasih. Tapi mulutku rapat terkunci, tak ada daya sama sekali untuk sekadar membalas dengan senyum favoritnya.

"Aku tahu kamu kuat, May," lanjutnya lagi. "Kita udah menunggunya begitu lama. Mereka ingin menjumpaimu." tangannya kuat menggenggamku.

Aku bisa merasakannya, ya ... kekuatan cinta yang selalu ia tularkan, tercipta dari genggaman ini. Aku masih bisa merasakannya, Ko. Sama. Masih sama seperti saat dulu pertama kali kamu melakukannya. Genggam aku terus, jangan pernah kamu lepaskan.

Tiba-tiba kurasakan aliran energi maha hebat dari jemari yang berpaut dengan jemarinya. Hangat, sangat menentramkan, juga – aku sangat berharap – menyembuhkanku.

Satu tangannya berpindah ke pipi, mengusap lembut dari kening hingga telunjuknya menyentuh pelan ujung hidungku, "Janji ya Sayang, kita sambut bersama. Kamu-pasti-bisa!" matanya mengerjap-ngerjap cemas.

Ada kekuatan maha besar pada tangan yang ia genggam. Tanpa sadar aku membalas genggaman itu membuat mata Moko makin berbinar.

"May ... iya Sayang, aku di sini," dibawa genggaman itu ke arah wajahnya, berhenti tepat di depan hidung bangirnya. Lalu Moko mencium lembut. Aku tersenyum, sayang lelaki kesayangan itu tak melihatnya karena ia tengah tenggelam dalam rasa – entahlah, mungkin – takut kehilanganku, luapan bahagia, atau – apa – aku sendiri tak tahu.

"Bapak ... Ibu sudah siap?" seseorang datang untuk segera membawaku.

Moko kembali menatapku, kali ini tanpa melepas genggamannya. Wajahnya mendekat, aku sangat tahu aroma apa yang akan segera menguar dalam jarak yang sebegitu dekat, walaupun saat ini hidungku buntu disumbat banyak benda penopang hidupku beberapa saat ke depan. Aroma favorit yang membuatku nyaman berlama dalam rengkuhannya.

Lelaki itu mencium keningku, "Berdoa, May, lantunkan dalam hatimu. Doaku bersamamu dari sini. Kita berjuang sama-sama ya."

Aku yang lemah hanya mampu mengantarkan beberapa tetes bening di sudut mata. Ia menyekanya. Merasakan kelembutan itu, lantunan doa menyesaki dadaku. Begitu pun dari bibirnya, dengan sangat pelan, Moko mulai melantunkan bait-bait shalawat favorit kami. Kalimat dalam syair yang melentingkan semangatku menjalani semua rangkaian melelahkan bahkan menyakitkan untuk mendapatkan buah hati kami.

Inilah saat tersulit dalam hidup kami, duduk berdua di koridor, melewati lorong demi lorong rumah sakit, atau berjalan hilir mudik dari ruangan satu ke lainnya. Sering kali waktu kami sedang duduk berdua di ruang tunggu, atau berjalan bergandengan menuju laboratorium, dalam diam hati kami melantunkannya. Memberi semangat untuk terus terbang meraih impian kami.

"Pak, doakan selalu dari sini, ya. Kami akan lakukan yang terbaik." Dokter Zita sudah menyambut kami di depan ruang operasi. Genggaman tangan Moko belum terlepas sama sekali.

Ia berpaling padaku, menatap dalam dan lebih dalam lagi. Aku sangat tahu kegelisahan yang terbaca dari sorot matanya. Tapi aku berusaha memberinya jawaban dengan sedikit sentakan pada genggaman itu. Aku baik-baik saja karena doamu tak layak diabaikan oleh Yang Maha Bijaksana.

Seandainya aku tak mengalami pre eklampsia disertai perdarahan sejak dua hari lalu, mungkin Moko akan lebih sabar menanti kehadiran dua buah hati kami saat usia kehamilanku tepat tiga puluh enam minggu. Sayang, kondisiku tak memungkinkan untuk menunggu lebih lama lagi, hingga dokter memohon keikhlasan Moko untuk membantu kelahiran anak petama kami dua minggu lebih awal. Dan benar saja, hanya dalam dua hari, kondisiku sangat drop hingga aku tergolek lemah seperti ini.

Melalui tangan para ahli, Tuhan titipkan buah hati kepada kami, tak lama lagi. Perlahan aku didorong ke dalam ruang operasi.

"Berdoa, May, berdoa. Lantunkan dalam hatimu," ujar Moko saat melepasku. "Aku tunggu kalian bertiga di sini." lalu lepas genggaman itu, berganti dengan kesenyapan dalam ruangan dingin ini.

***

When you call on me

When I hear you breath

I get wings to fly

I feel that I'm alive

When you look at me

I can touch the sky

I know that I'm alive

When you bless the day

I just drift away

All my worries day

I'm glad that I'm alive

(I'm Alive – Celine Dion)

(I'm Alive – Celine Dion)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyanyian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang