"Hallooo...!!!"
Sekuat tenaga Rien berteriak, sekeras mungkin sambil sesekali menggedor pintu lift. Arloji di tangan kiri menunjukkan pukul 16.50. Artinya, kantor ini nyaris sepi. Biasanya hanya tim marketing yang masih akan sibuk sampai malam di lantai dua. Sedangkan Rien sekarang terjebak di dalam lift yang mendadak berhenti di lantai empat.
Gadis berjilbab merah jambu ini merutuki nasib buruknya. Setelah dua tahun bekerja di kantor ini sebagai sekretaris redaksi, baru ada kejadian lift mati. Sebenarnya Rien lebih suka lewat tangga saat naik atau turun di gedung tempatnya bekerja. Tetapi sore ini lift sudah sepi, tak ada antrian mengular di depannya. Maka ia putuskan untuk menggunakannya saja saat perlu ke lantai tujuh mengambil berkas yang tertinggal di ruang meeting.
Gadis itu kembali menggedor pintu lift sambil menyesali kebodohannya yang meninggalkan smartphone di laci meja.
"Toloong...!!!" serunya sambil terus menggedor. "Ada orang di sana? Saya terjebak!"
Dia sudah berusaha memencet panel emergency yang tertera di sebelah tombol angka, tetapi tombol itu tak menunjukkan reaksi apa pun. Juga mikrofon di sana, tak berguna sama sekali. Posisinya sekarang ada di lantai empat, tempat para bos berada. Mustahil ada yang akan menolongnya, karena kantor adalah formalitas belaka bagi para bos. Mereka tak pernah ada di tempatnya kecuali saat hendak rapat.
Rien hampir putus asa. Nyaris saja ia duduk pasrah di pojokan sambil berdoa hingga Tuhan menunjukkan pesona-Nya dengan mengutus seseorang untuk lewat dan membukakan pintu lift. Belum sempat hal itu dilakukan, sayup-sayup seperti ada orang di luar yang hendak menggunakan lift.
Kembali ia menggedor, "Halloo ... saya terjebak!" teriaknya.
Tapi tak ada jawaban. Rien tak putus asa begitu saja.
"Tolong saya!" ia gedor lagi dengan lebih keras. "Lift-nya mati, saya mau keluar. Ada orang di sana?!"
Tak disangka seseorang membalas dengan gedoran dari luar.
"Iya, iya ... tolong saya!" teriak Rien lagi. "Anda ... Anda dengar saya, kan? Tolong! Tolong buka!" pinta Rien bertubi-tubi.
"Kamu ... Ngapain di ... dalam?!" sayup-sayup terdengar suara seseorang. Tak begitu jelas, sepertinya suara laki-laki.
"Lift mati wooiii...! Tolong buka, ya ...," seru Rien tak sabar. Bagaimana mungkin orang itu bertanya begitu?
"Kenapa aku harus menolongmu?" ujar orang itu lagi.
Ya Tuhan, Rien rasanya ingin mengambil pintu ajaib Doraemon, segera keluar, dan mengacak-acak mulut orang itu.
"Kamu siapa?" tanya orang itu lagi.
"Tolong ... tak penting siapa saya. Keluarkan saya dari sini!" sergah Rien segera.
"Aku tak menolong orang yang tak kukenal." sahutnya lagi.
"Demi Allah, tolong saya," suaranya mulai khawatir. "Tolong ... saya akan beri ...."
"Apa imbalannya?" tukas orang itu segera.
Rien menarik napas dalam. Tega sekali orang ini, dalam keadaan begini masih juga meminta pamrih.
"Hey, kok diam?" suara dari luar lagi. Rien berpikir keras, apa yang akan diberikan untuk penolongnya?
Pintu digedor dari luar.
"Iya, iya ... bantu saya keluar dulu. Beritahu teknisi di lantai satu, lalu saya akan beritahu imbalannya." jawab Rien segera.
"Nggak! Sebutin dulu!"
Rien terdiam, mengembus napas kuat-kuat.
"Baik, saya mau ...,"
"Jadi istriku!" cepat, orang itu memotong.
Walaupun samar, Rien cukup jelas mendengarnya. Jadi ... istri? Orang sinting! Bertemu saja belum kok minta jadi istri.
"Buka dulu, tolong ...," pinta Rien sekali lagi.
"Nggak. Jawab dulu baru dibuka." katanya lagi.
"Tapi kan saya belum kenal Anda. Bagaimana mungkin saya menjawabnya?" Rien membela diri, "saya beritahu jawabannya setelah kita bertemu."
"Nggak. Jawab dulu baru dibuka." jawabnya dengan kalimat yang sama persis.
"Kalau kamu nggak jawab ya udah, tunggu saja di dalam sana sampai sekuriti menyadari ada lift yang rusak," ia memberi jeda, "mungkin besok baru beres. Bye!" katanya sambil menepuk pintu tiga kali.
Rien sangat ketakutan. Bagaimana mungkin pertolongan di depan mata akan dilewatkannya begitu saja? apalagi kalau benar tak ada yang menyadari lift mati? Dan dia bilang ... mungkin-besok-satpam-baru-menyadarinya?
Orang itu terus mendesak agar segera memberi jawaban atau ia akan berlalu. Rien tak punya pilihan. Sebaiknya memang dijawab sekarang supaya ia bisa segera keluar. Kalau pun kemudian ia adalah pria yang buruk rupa, ayah pasti bisa menyelamatkannya.
Dengan berat hati ia menjawab, "Iya ... aku ber ... bersedia. Tolong, cari bantuan dan buka ...,"
Sontak pintu lift terbuka, Pak Faisal berdiri di sana. Ada Ayu, Todi, Lena, Arif, Juan, Sinta, dan Pak Sigit – satpam. Senyum lebar bertengger di wajah Pak Faisal, bos muda pindahan dari kantor cabang tujuh bulan lalu.
"Aku antar kamu pulang, Arini. Kamu antar aku menemui ayahmu." kata bos handsome idola jomlo sekantor.
Rien masih kebingungan dengan yang terjadi. Tapi 'gerombolan Si Berat' di belakang Pak Faisal malah bertepuk tangan kegirangan. Terutama Ayu yang sangat heboh dengan ekspresi wajahnya, seolah meledek Rien.
"Pak ... Pak Fai ...," Rien gugup – tepatnya kaget – karena pria di balik pintu ternyata bosnya sendiri.
"Nggak ada Pak Faisal lagi. Kamu akan segera menikahiku, Pangeran penyelamatmu." Katanya nakal.
"Jadi ...." Rien masih kebingungan.
"Jadi, nggak ada lift rusak!" tukas Juan diiringi gelak semua yang ada di sana.
Pak Faisal – ow, Faisal – makin nakal memainkan sudut matanya membuat Rien jadi salah tingkah.
"Makasih ya semua," katanya sambil menyapukan pandangan ke arah anak buahnya.
"Sekarang, saya mohon bantuan kalian untuk mengawal permaisuri to be saya ini sampai ke rumahnya," sambil menunjuk pada Rien, "dan jadi saksi kalau ia akan bilang yes di depan ayahnya."
"Siap, Pak!" kompak Gerombolan Si Berat mengiyakan. Lena menarikku keluar lift, menggandeng, dan menguntit Si Bos dari belakang. Ke mana lagi, kalau bukan ke rumah Rien?
"Ciee ... calon Bu Bos," goda Ayu di telinga kiri, "your dream comes true, Mak!" tambah Lena di telinga kanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Hati
Genel KurguHave fun bareng teman-teman Basagita Community dalam #BasagitaMiniChallenge 1.0 Selamat menikmati sajian 8 cerita fiksi mini, jangan lupa voment yaaa... Kissss :*