Hidupku yang tenang berubah.

171 2 0
                                    


Part One

Price of Life

Di sebuah rumah kayu yang hangat, seorang wanita awal 30-an sedang memandang kosong keluar jendela. Memandangi tetesan hujan yang jatuh dari atap rumah atau dari ujung daun. Airnya jatuh ketanah atau sekedar mampir di bingkai jendela atau membuat jejak air di jendela.

Hujan sudah berhenti sejak 20 menit lalu tapi beberapa tetesnya masih saja turun dengan kecepatan yang melambat. Mungkin 30 detik pertetesnya.

Wanita itu merapatkan mantel wool yang membungkus tubuhnya. Mantel berwarna pudar dan tebal memang pilihan yang tepat selain tidak ada yang lebih tebal atau pudar warnanya. Wanita itu meringis menyadari kenyataaan tentang makna pudar, yang kalau dipikir agak mirip dengan kehidupannya yang kian memudar.

Yaa sudah 6 bulan lalu saat dokter mengatakan kalau dia mengalami penyakit serius dan dengan seenaknya mengatakan kalau umurnya tinggal menghitung hari. Tapi buktinya sampai hari ini dia berhasil bertahan hidup. 6 bulan keluar masuk rumah sakit menjalani kemo atau apalah itu.

Bahkan juga dia mencoba berbagai macam pengobatan herbal, entah itu dari daun-daun aneh atau bagian tubuh binatang yang harus dimakannya. Tapi itu semua sia-sia. Pemeriksaan terakhir tak menunjukan adanya kesembuhan atau sekedar pengurangan dari kadar penyakitnya.

Gemeretak suara kayu diperapiannya membuat suasana tidak begitu sunyi. Memberi sumbangan suara selain suara air yang jatuh ke kaleng bekas di teras. Suara konstan menjenuhkan. Namun suara telpon rumahnya meramaikan suasana dan membuatnya berjengit kaget. Memandang jengkel telpon putih yang berdiri diatas pad.

 Memandang jengkel telpon putih yang berdiri diatas pad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natalie

Aku melihat jam yang menunjukan pukul 6 sore, hari makin gelap. Lalu siapa yang meneleponnya dijam segini. Mungkinkah toko Asongan??. Dua hari lalu aku memang memesan beberapa kebutuhan rumah tangga, mulai dari makanan sampai sabun. Karena tempatnya yang jauh dari kota hanya ada satu toko asongan disini, jadi aku harus memesan beberapa hal yang memang tidak tersedia di toko itu untuk memenuhi kebutuhanku.

Tentu saja awalnya karena pemilik toko yang menawariku untuk memesan kepadanya dan biasanya barang yang dipesan akan dia beli di kota. Dan sekitar 2 sampai 3 hari barangnya tersedia di tokonya. Dan dia berjanji akan menelepon jika barangnya sampai.

" haloo..." kataku setelah bergeser di tempat tidurku menuju nakas yang ada disamping tempat tidurku. Namun aku menunggu lama tapi tak kunjung suara di seberang menyahut panggilanku. Aku mengernyitkan keningku sambil memijat pelipisku yang berdenyut.

" halooo apa ini dari toko asongan ?" kataku akhirnya malah menanyai penelepon itu. Tapi selanjutnya suara telpon ditutup membuatku memandang aneh telponku lalu menaruhnya lagi di tempatnya.

Price of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang