Airmata adalah kata

51 3 0
                                    


Part Four

Price of Life

Natalie membuka matanya, matanya terasa berkabut. Dan sesak didadanya membuktikan bahwa dia benar-benar merasakan peristiwa pertemuannya dengan ibunya yang sudah lama meninggal.

" Natalie!"seru suara khas yang ia kenal pemiliknya. Wajah ayahnya langsung berada di depan wajahnya memandangnya terharu.

Natalie membuka mulutnya namun suaranya terhalang selang yang masuk kekerongkongannya. Dia bersusah payah untuk berkata-kata. Hingga beberapa suster datang untuk mengecek keadaannya. Namun pandangan matanya kembali memburam dan kembali berubah gelap.

---

Natalie

Aku hanya ingin mengatakan kalau aku ingin sembuh. Namun rasanya seperti jarum-jarum menusuk kerongkonganku.

Dan baru kali ini aku merasa takjub dengan benakku.

---

Saat aku terbangun, langit diluar nampak gelap, aku pun kembali memejamkan mataku. Bermenit-menit kulalui tapi aku tak bisa tertidur. Kuputuskan untuk menatap ruang rawatku. Dan kulihat Ayah dan Maria tertidur di sofa seadanya. Aku khawatir mereka akan mengalami encok saat bangun nanti.

Hehh sejak kapan tepatnya aku mengkhawatirkan keadaan mereka. Pintu pun terbuka dan aku melihat Dave. Segera aku memejamkan mataku kembali. Aku sedang tak ingin berinteraksi dengannya. Kupasang mode pura-pura tidurku.

Langkah kakinya mendekati tempat tidurku lalu terdengar suara kursi yang digeser mendekatiku.

" goodnight Sunshine.." ucapnya serak. Dan kurasakan kulit di tanganku merasakan sesuatu seperti rambut. Lalu kubuka mataku dan melihat Dave tertidur di dekat tanganku sambil duduk di kursi.

Astaga apa sebenarnya yang dia pikirkan dengan tidur dengan posisi seperti itu. Dia bisa...

Tidak.. apa yang baru kupikirkan. Apa aku mengkhawatirkan kesehatannya...khawatir dia sakit?!.

Tanganku pun terulur menyentuh rambut hitamnya, yang ternyata terasa sangat lembut. Dan aku pun berusaha tertidur kembali.

---

Dave

aku terbangun dengan pegal di sekitar punggungku. Aku baru sadar aku tertidur di kursi ini semalaman. Dan mataku terbelalak saat melihat tangan kurus Natalie ada diatas wajahku. Apa semalam dia terbangun?. Ah tidak mungkin...

Natalie masih setia tertidur, nafasnya terlihat berat dilihat dari dadanya yang naik turun dengan tak normal. Aku melamuni sosoknya. Menjadi dirinya pastilah sangat berat.

Mungkinkah aku harus meninggalkannya... dia nampak tak nyaman saat aku berada disisinya. Kehadiranku pasti mengganggunya.

Saat aku menoleh menatapnya. Natalie sudah terbangun dan memandangiku. Ada apa dengan tatapannya itu. Apa dia membenciku. Tapi dia hanya memandangku kosong.

" kau memandangi wajah tampanku.." selorohku. Dia seakan tersadar dari lamunannya. Lalu memalingkan wajahnya kearah jendela yang masih tertutup. Wajahnya terlihat kesal saat melihat jendela tertutup itu. Aku pun bangkit dan membuka gorden hingga cahaya matahari masuk.

" sepertinya awan-awan itu begitu tampan hingga menarik perhatianmu."

Dia menoleh memandangiku sesaat lalu kembali memandangi awan.

" Dave... " ucapnya tanpa menoleh kepadaku yang kini duduk disamping ranjangnya.

" David Benjamin Langton " Lanjutnya.

Price of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang