Part Ten
Price of Life
Natalie
Aku tau aku terjaga, tapi aku masih malas membuka mata. Apalagi dengan bantal yang nyaman dan guling yang nyaman. Aku menyerukan wajahku ke guling yang kudekap. Tapi tak selembut biasanya malah aku mencium bau yang tak biasa. Setauku pewangi pakaian dan spraiku tidak berbau kayu dan bercampur mint seperti ini. Setauku wanginya Lavender.
" Pagi Sweetheart, sudah selesai membauiku." Suara itu membuatku membuka mataku seketika. Aku berada di ceruk leher seseorang, setauku aku hidup sendiri. Perlahan kudongakan wajahku pada suara familiar itu. Dan melihat wajah Dave hanya beberapa inchi dariku. Pria itu tersenyum dengan rambut berantakan dan jambang tipis yang ingin kusentuh. Dia seksi.
Tapi seolah realita melemparku seperti petir.
"Apa yang kaulakukan di tempat tidurku?!!" kataku menyalak begitu saja sambil menjahkan diri.
"oh jangan berlaga kau lupa yang terjadi semalam." Katanya memutar bola matanya jengah.
" Tidak... a-aku..." aku melihat keadaanku aku memakai piyama. Dave dengan kemeja yang kancingya terbuka. Kami berpakaian lengkap. Ah ya tidak terjadi apa-apa. Kami terlalu lelah dan tertidur.
"ini masih jam 9 pagi. Kau mau tidur lagi. Atau sarapan." Tanyanya.
Aku memilih kembali berbaring disampingnya. " aku sudah ijin tidak masuk hari ini." Kataku. Dave menarik pinggangku dan tubuhku menghadapnya. Kami berbaring miring berhadapan.
"kalau begitu bagaimana kalau kita menghabiskan waktu berdua." Katanya dengan senyum jahil.
"uhm" mendadak aku gugup tapi Dave terlihat kalem dengan senyumannya itu. Dan tak disangka Dave mengecup keningku dan membuatku terkejut menatapnya.
" kau manis saat pipimu memerah, Sweetcheeks" kata-katanya membuat kesehatan jantungku patut di pertanyakan. Apa aku harus kedokter.
Otomatis aku menutupi kedua pipiku darinya dan malah membuatnya tertawa. Tawa yang menyenangkan untuk didengar dan dilihat. Aku dengan keberanian dewa, menghambur memeluknya. Membuatnya terkejut juga. Aku menyerukan wajahku didadanya dan berdetak.
" Natalie..." Dave balas memelukku dan mengusap lembut puncak kepalaku lalu mengecupnya. Aku ingin waktu berhenti disini. Aku tak ingin kemali kemasa lalu, aku hanya ingin melihat masa depan yang lebih baik.
" aku mencintaimu Dave..." ucapku tulus dari hatiku. Aku tak perlu lagi berkata-kata kasar lagi padanya. Aku menyesali hari dimana aku terus kasar dan sarkastik padanya.
" aku mencintaimu juga, sayang" ucapnya mencium keningku lagi. Aku merasa hangat dalam dadaku. Dave selalu ada untukku. Giliran aku yang seharusnya ada untuknya.
---
Kami memutuskan beraktifitas setelah setengah jam lebih berpelukan, aku merasa seperti teletubies. Aku mandi dengan air hangat, lalu memakai dress putih selutut tanpa lengan berbahan lembut dan mengikat tinggi rambut panjangku yang bergelombang yang di cat pirang.
Dave sedang mengaduk teh untukku dan kopi untuknya, dia masih memakai pakaian semalam. Aku ingin dia berganti pakaian, Tapi aku tak punya pakaian pria dilemariku.
" aku tak punya pakaian pria di lemariku tapi ada kaos yang cukup besar dan celana kaos."
" tidak masalah. Setelah ini kita akan ke apartementku." Dia berjalan menghampiriku dengan santainya. Tapi kenapa dia masih saja seksi padahal belum mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Price of Life
RomanceNatalie hidup dalam pengasingan karena penyakitnya. Atau lebih tepatnya dia mengisolasi dirinya sendiri. Hidup dengan ironi akan penyakitnya. Dia hanya ingin mati dengan tenang dan sendirian untuk menyusul ibunya disurga. Tapi takdir berkata bahwa d...