Loser

103 1 0
                                    

Me Demian Joshua.Terkadang manusia hidup dengan mengandalkan harta, kecantikan, jabatan dan kepintaran. But me, hidup dengan mengandalkan kebodohan. Mungkin kalian bertanya bagaimana aku bisa hidup dengan mengandalkan kebodohan. Why not?Aku hidup sebatang kara, tak berayah atau pun beribu lebih tepatnya aku tak pernah menganggap mereka berdua ada, bahkan aku lupa dari mana asalku sebenarnya. Ok, it’s not Drama. But, it’s true. Aku tak punya tempat tinggal, bahkan aku bebas berpergian kemana pun ke tempat yang kusuka, tidak akan ada penghalang di jalanku. Cause me, Demian Joshua.

“Mr, bisa anda pikirkan kembali keputusan anda?”
“Ian, apa masalahmu sehingga memaksaku memikirkan hal yang sama berulang-ulang kali? Keputusanku sudah bulat. Terima anak itu dan jadikan ia murid di sekolah ini!”Sentakan Mr. Gereet tak terbantahkan membuat Luthian kesal bukan kepalang mendengar perkataan Mr. Gereet.

Kegilaan macam apa yang tengah dipikirkan Kepsek Pshyco tersebut, untuk apa dia menerima murid idiot yang tak jelas asal-usunya dari mana.

Kyunghee International High School. Sekolah terkemuka di Korea Selatan dengan kepintaran murid-muridnya yang menjadi center sekolah International tesebut, semua murid Junior dari sekolah mana pun berlomba-lomba ingin menjadi bagian dari sekolah paling berjasa di Korea tersebut, karena tiap tahunnya mencetak lulusan unggulan di berbagai bidang akademik maupun non-akademik dan menjadikan mereka asset Negara. Dengan banyaknya siswa ber-IQ tinggi, Kyunghee memposisikan diri menjadi sekolah nomer satu di Korea.

Tidak ada yang meragukan para siswanya, semua orang begitu mengagumi prestasi yang mereka dapat mewakili nama Negara.Dan sekarang, Mr. Gereet dengan begitu gamblangnya meminta Luthian untuk segera mencari seorang anak bernama Demian Joshua? Heol..Luthian tahu betul siapa itu Joshua. Manusia terbodoh yang pernah ia kenal, ia bersumpah takkan mau satu sekolah bahkan satu ruangan dengan manusia bodoh semacam Joshua, mereka beda kasta. Ingat itu. Harga dirinya benar-benar terinjak sekarang, bagaimana bisa Mr. Gereet mengenal anak idiot yang entah dari mana asal-usulnya dan menyuruhnya untuk mencari makhluk itu.

Sudah cukup Luthian dibuat gila oleh Joshua saat mereka satu sekolah di Junior High School. Anak itu, benar-benar membuatnya hilang akal.Haruskah, haruskah Luthian mengulang masa suramnya karena kehadiran namja bernama Demian Joshua tersebut.Luthian mengacak rambutnya frustasi.

“Soonyoung-ah, berhenti melakukan sesuatu yang sia-sia! Hentikan itu sekarang juga!”
“Yak! Strawberry! apa yang kau lakukan hahhh!! Jihoon-ah dengarkan aku!! Yakkkkk!”
Tanpa ragu Jihoon menumpahkan cairan kimia yang dengan susah payah Soonyoung susun rapi di atas rak laboratorium, menyisakan genangan air dengan berbagai warna berpadu satu di lantai pucat dan sedikit asap putih mengepul halus di sebelah sepatu Soonyoung.“Kau gila Jihoon-ah! bagaimana kalau cairan itu mengenai kakiku hah!! Memangnya kau akan tanggung jawab?!!”
“Yakk! Kau ingin mati KWON SOONYOUNG! Beraninya kau membentakku!”
“Wajar aku membentakmu! Kau sela-"
”BRAK!“"
Ahhhh-!!”Rambut klimis, kacamata kuda tebal, dan kemaja dikancing dengan rapi. Kesan anak Jenius langsung melekat pada diri Joshua, semua orang memandang takjub ke arahnya.
"Siswa baru eoh?“
"Siapa itu? Murid baru?”
“Kelihatannya pintar, kalian tidak ingin berkenalan eoh?”
“Aigooo~ apa-apaan rambut itu, dan kacamatanya. Bukan typeku!! Tck!”
"Walau pun ada beberapa yang secara terang-terangan mencemooh dirinya, persetan dengan mulut-mulut sampah mereka. Toh, Joshua tidak punya urusan apapun dengan yeoja-yeoja centil itu, ia masih harus menemui Kepsek sekolah ini, Mr. Gereet.Langkah teratur menggema di setiap koridor yang dilewatinnya.
Luthian mendekati seorang namja berambut coklat yang tengah terhimpit di ujung koridor diantara para gadis yang membuat jalannya sesak. Luthian menunggu dengan sabar sembari menikmati segelas kopi panas di tangannya, sampai namja itu dapat melepaskan diri dari terkaman gadis-gadis haus kasih sayang tersebut, ia sudah biasa melihat pemandangan kelewat basi tersebut.

“Luthian-ah! Kenapa diam saja eoh? Aku mau mati rasanya-!”
"Jeonghan terkikik mendegar keluhan Jun, mood nya sedang buruk pagi ini. Ia tidak mau sampai meninju gadis-gadis yang tengah berteriak memanggil nama Jun tanpa henti itu karena membuat tubuhnya ikut terhimpit."
“Jun, ada yang harus kita lakukan. Ikuti aku.”
“Ada apa?”Jun mengkerutkan alisnya tidak suka, Jeonghan tidak menggubris ucapanya.Lorong koridor terlihat sepi, tidak ada yang berlalu-lalung. Biasanya tidak sesepi ini. Langkah Jeonghan terhenti tepat di depan sebuah pintu dengan kaca transparan.

“Pertama-tama, kita bereskan yang ini dulu..”Jun kembali mengkerutkan alisnya, kali ini ia benar-benar dibuat bingung oleh namja berparas cantik tersebut, Jeonghan. Di atas pintu itu terdapat tag bertuliskan “Laboratorium, eoh?” Jun bergumam.

BRAK!
“KWON SOONYOUNG! LEE JIHOON! apa yang kalian lakukan hah?! Kenapa suka sekali membuat kotor ruangan-!”
“Ahhh-!”Jeonghan melempar gelas sisa kopinya tepat mengenai kepala Soonyoung. Membuat Jihoon membeku di tempatnya, demi dewa neptunus. Jihoon tidak pernah mau berurusan dengan seorang Yeon Jeonghan.
“Luthian! beraninya kau memanggilku seperti itu! hanya Jihoonie yang boleh memanggil nama asliku di sekolah ini! tidak untuk kau atau pun yang lainnya! Panggil aku Quan Shun Rong! itu nick ku di sekolah ini! dan jangan melempariku sembarangan!”
“MEMANGNYA KENAPA? APA MASALAHMU HAH?-”Dengan langkah tanggap Jun menutup mulut Jeonghan yang sebentar lagi pasti akan mengeluarkan sumpah serapah, minimal umpatan.“-mmpphh YAK! KWON- emmpp puahh SOONYOUNG! LEE JIHOON! KUBUNUH KALIAN KALAU TIDAK SEGERA MEMBERSIHKAN RUANGAN ITU.- mpphh pptttthh Ya! Apa-apaan kau Jun!”Jeonghan mendengus kesal karena Jun menutup mulutnya, padahal ia ingin sekali menyumpahi dua mahluk menyebalkan tadi.

“Mr. Gereet, saya benar-benar tersanjung atas tawaran ada agar saya mau menjadi siswa di sekolah anda. Tapi dengan tegas saya akan menolak tawaran anda. Saya minta maaf sebelumnya.”Joshua tersenyum ramah pada Mr. Gereet yang tengah sibuk menyeduh kopinya sendiri. Mr. Gereet membalas senyum Joshua lebih ramah, Joshua terlalu terburu-buru, pikirnya.
“Aku benar-benar mengenal ayahmu, sifat kalian ternyata tidak jauh berbeda. Dan aku senang mengetahuinya, dengan begitu aku sudah paham bagaimana harus menyikapi tingkahmu.”
“Ah begitu, jadi anda teman lama ayah saya? Apa manusia itu masih hidup? Tiba-tiba aku jadi sedikit merindukannya-”
“Hahahaha, bahkan sikap arrogant kalian pun sama.”
“Jadilah siswa di sekolah ini nak, aku benar-benar membutuhkanmu.”
Mr. Gereet menajamkan pandangannya guna menelaah ekspresi wajah Joshua yang tidak terbaca, sekilas sikapnya mirip dengan Jeon Wonwoo salah satu anak didik kebanggaannya. Wajah mereka sama datarnya.Pintu ruangan terbuka secara perlahan setelah sebelumnya diketuk beberapa kali oleh dua namja seumuran. Jeonghan dan Juhui.
“Ah, Luthian, Jerry-ssi. Masuklah, aku menunggu kalian sedari tadi.”Jeonghan dan Jun memasuki ruangan yang ditempati dua orang manusia di tambah mereka berdua, total manusia di ruangan ini ada empat sekarang. Ck, abaikan.“Mohon jangan memanggil saya seperti itu Mr. Gereet, saya tidak pantas dipanggil seformal itu oleh anda. Cukup panggil saya Junhui, Mr.
”Mr. Gereet tergelak membagi tawa dengan orang-orang di sekitarnya. Bukan karena ucapan Junhui yang terdengar lucu, tapi ia hanya ingin mencairkan suasana beberapa detik yang lalu mulai memanas saat Jeonghan dan Joshua bertemu pandang.

“Joshua, ini Luthian pemimpin siswa Kyunghee saat ini. Aku yakin kalian sudah saling kenal.
”Luthian tersenyum miring memandangi Joshua, hidupnya takkan tenang lagi mulai saat ini.

Cerpen KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang