Tatiana mengerjap dengan bingung. Melihat wajah rupawan Daniel yang memerah karena marah. Dia bahkan berdiri dengan cepat. Mengusap kasar wajahnya dan menyugar surai merah gelapnya --hingga hampir berwarna hitam-- yang mempesona.
Tetapi... Tatiana mengernyit. Mengapa Daniel bersikap seperti itu? Dirinya bahkan sama sekali tidak menyukainya, bahkan terkesan membenci dirinya dan seharusnya, Daniel tidak perlu mempedulikan apapun yang akan menimpanya.
"Bagaimana kau bisa menikah dengan orang lain jika di perutmu anakku bisa saja sedang tumbuh?" teriaknya seolah ingin membuat orang-orang di sekitarnya tahu. Dan tentu saja, suara-suara dengungan dari beberapa orang yang menggunakan restroom dari rumah mode ini langsung terdiam. Hanya beberapa orang, karena Daniel menggunakan bahasa Inggris di tengah orang-orang Perancis. Dan mereka, orang-orang yang diam itu kebanyakan adalah para bangsawan atau pedagang kaya yang sedang berkunjung ke negara ini.
Oh tidak... Bagaimana jika...
Tatiana berdiri dengan cepat. Dia lalu mengulas senyum meminta maaf dan berkata, "Maaf, kami hanya sedang berlatih untuk membuat lelucon di salah satu pertunjukkanku di masa depan." Orang-orang itu yang kemudian mengenali Miss Tatiana Sherrington yang berbakat kemudian mulai mengerubunginya. Memberikan banyak pujian dan rasa kecewanya karena batalnya pertunjukkan yang akan dia lakukan dalam waktu dekat. Namun tidak sedikit yang mendoakan agar Miss Tatiana Sherrington selalu sehat sehingga bisa kembali tampil di panggung.
Daniel membiarkan itu terjadi. Menyipitkan matanya ketika melihat senyum profesional yang melekat di wajah gadis itu. Senyum itu bukan berasal dari hatinya karena mata violetnya tidak ikut tersenyum. Dan entah mengapa itu mulai mengganggu Daniel. Dia bahkan merasa penasaran bagaimana rupa Tatiana ketika --mungkin suatu saat-- dia akan tersenyum senang dari hatinya.
Daniel lalu menggeleng keras. Memasukkan kedua tangannya di saku celananya karena tidak ingin orang-orang melihat kegusarannya kali ini. Dan dia menemukannya. Sebuah kalung dengan bandul dari batu rubi yang tanpa sadar selalu Daniel bawa ke mana pun dirinya berada. Mengingatkan bahwa malam itu bukan mimpi belaka. Mengingatkan bahwa wanita di depannya membuatnya tidak bisa berpikir baik belakangan ini. Dan kemudian apa yang baru saja dia dengar bahwa wanita itu akan menikah, membuatnya sangat-sangat terganggu. Daniel bahkan merasa yakin bahwa dia tidak akan bisa memikirkan kalimat pembuka untuk undang-undang yang akan dirinya susun saat ini. Padahal itu adalah keahliannya sejak dulu. Astaga.
Satu jam setelahnya, ketika basa-basi dari penggemar Miss Tatiana Sherrigton akhirnya bubar, Daniel melangkah mendekatinya. Menjulang dengan tinggi di depannya. Dia harus sedikit menunduk ketika menatapnya dan jarak mereka...
Tatiana menelan ludahnya susah payah. Aroma tubuh Daniel yang dekat dengannya membuatnya nyaman. Sehingga rasa pusing yang menyerangnya beberapa saat lalu bisa menguar dengan cepat. Dan ketika manik mata Daniel melihatnya, Tatiana tahu bahwa dirinya masih harus menghadapi pria yang anehnya merasa kesal jika dia menikah. Tatiana lalu mengernyit. Pertanyaannya yang sempat terlupakan kembali menghantamnya. Mengapa?
"Kau-"
Tatiana mengangkat tangannya. "Lebih baik kita tidak berbicara di sini," gumamnya pelan yang membuat Daniel akhirnya melihat ke sekitar. Penggemar wanita itu memang sudah tidak lagi mengerubunginya, namun mereka masih bertahan di tempat ini untuk mengharapkan informasi apapun yang Daniel tahu, sangat berharga untuk disebarkan.
"Baiklah. Mari ikuti aku," gumam Daniel dengan tangan yang mempersilakan Tatiana berjalan lebih dahulu sementara dirinya, layaknya gentleman sejati mengikutinya dari belakang. Tatiana lalu mengambil dua bungkusan tak jauh darinya yang Daniel tahu berisi gaun pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRACTION [END]
Historical FictionWritten by Raadheya. Masih sekuel dari Be Mine, dan Bastien Adam *** Masih ingatkan dengan keluarga Wood yang berakhir dengan bahagia? Lady Wilona Wood dan Lord Jeremi Wood memiliki tiga orang anak yang sama mempesonanya. Dan dari ketiganya, hanya...