Mark menatap kakinya yang tengah memakai kaos kaki dan sandal rumah sakit.
"Dingin."
Lelaki itu lalu menghela napas dan mengalihkan matanya pada kemacetan yang terjadi di bawah sana.
"Mark!"
Mark menoleh dan mendapati Eunho tengah berlari kecil mendekatinya.
"Eunho, jangan lari-lari. Kau akan terjatuh," ucap Mark. Namun Eunho tak mendengarkan ucapan Mark dan hampir terpleset. Beruntung Mark menarik pergelangan tangannya.
"Astaga!" Eunho memekik kaget. Bukan jarena dirinya yang hampir jatuh. Namun karena tangan Mark yang begitu dingin.
Eunho dengan spontan menangkup kedua pipi Mark. "Bahkan pipimu sangat dingin, ayo masuk."
Mark tersenyum dan menggeleng. "Tanganmu hangat."
Eunho salah tingkah. Gadis itu menurunkan tangannya dari pipi Mark dan menatap ke arah lain. Mark hanya tersenyum menatap Eunho yang salah tingkah.
"Aku tak melihat temanmu datang menjengukmu."
Eunho menoleh dan tersenyum. "Namanya juga teman."
"Huh?"
"Mereka menyebut diri mereka teman disaat mereka membutuhkanku. Sebenarnya, di bandingkan hubungan percintaan, hubungan pertemananku lebih menyedihkan. Aku tertawa dengan lebar hingga mulutku sakit bersama mereka padahal aku tak mengerti di mana letak kelucuannya," cerita Eunho. Gadis itu lalu kembali menatap Mark.
"Jika kau butuh satu wajah untuk menutupi wajah pucatmu, katakan padaku karena aku punya banyak teman dengan banyak muka yang mungkin bisa mereka jual padamu."
Mark tertawa membuat Eunho mendelik. "Apa yang lucu?"
"Wajahmu. Pipimu mengembung membuat wajahmu terlihat lucu. Aku jadi ingin mencubit pipi bulatmu itu."
Eunho langsung melindungi pipinya. "Tidak boleh, nanti pipiku bertambah bulat, dan mereka akan kembali mengejekku."
"Siapa yang mengejekmu?" mendengar itu Eunho memutar matanya. "Makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai kelamin yang sama denganmu."
Mark tertawa lalu menatap langit yang tengah berawan.
"Syukurlah teman-temanku tak seperti itu."
Eunho menoleh. "Aku juga tak pernah melihat temanmu."
"Teman-temanku selalu menjengukku di saat malam datang, mereka akan membawa banyak buah-buahan dan makanan kesukaanku, tapi sayangnya aku tak bisa memakannya. Mereka juga seringkali menginap dirumah sakit dan bercerita panjang lebar denganku seperti orang gila," cerita Mark dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
"Pasti mengasyikan sekali punya teman-teman seperti itu," gumam Eunho.
Mark hanya mengangguk singkat dan menatap kosong ke arah langit. Bibirnya pucat dan sedikit bergetar.
"Eunho."
"Ya?"
"Jika nantinya aku bersikap aneh seolah- seolah tak mengenalmu, maka jangan heran."
Eunho menoleh dan menatap Mark bingung. "Kenapa?"
"Entahlah. Aku rasa nanti aku akan melupakan sebagian ingatanku." Mark menoleh dan tersenyum. "Jika itu terjadi, tolong ingatkan aku padamu, ingatkan aku tentang bagaimana jantungku berdetak tak normal saat melihatmu."
"Eh?"
***
Eunho bangun dari tidurnya dan melirik jam dinding. 02.34. Eunho menghela napasnya pelan. Ucapan Mark siang tadi benar-benar membuat Eunho tak bisa tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe Again | 𝘔𝘢𝘳𝘬 𝘓𝘦𝘦 ✔
Fanfiction"Mark, sedang apa?" Mark mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Membuat seribu bangau kertas." "Untuk?" "Pasien kamar VIP di ujung sana bilang kalau membuat seribu bangau kertas, harapan kita akan terkabul." "Memangnya harapanmu apa?" Mark tersenyum s...