ENAM

52 2 0
                                    

Yuda duduk termangu di pinggir ranjang yang sudah lusuh miliknya. Di tangan kanan nya terdapat satu buah bingkai foto berukuran sedang. Di dalam bingkai bercorak bunga-bunga berwarna cokelat itu, terlihat potret seorang perempuan yang tersenyum manis sambil sebelah tangannya membentuk huruf 'v' diudara. Perempuan yang mampu menarik perhatiannya selama lima bulan terakhir. Perempuan yang luar biasa dewasanya. Bahkan dibandingkan dengan dirinya, perempuan mungil itu jauh lebih dewasa. Pemikirannya yang luar biasa luas menjadikan perempuan itu terlihat semakin cantik dimatanya. Bagi Yuda, kecantikan seorang perempuan tak hanya mampu dilihat dari rupa. Melainkan dapat dilihat dari wawasan dan tutur kata.

Perempuan itu adalah Putri. Perempuan penyuka warna hitam dan pembenci warna merah muda. Yuda berharap dia menjadi warna hitam. Agar Putri menyukainya. Ah, lagipula meski Putri menyukainya pun, dia tak bisa berbuat apa-apa. Yah, lebih baik seperti ini. Biar saja hanya dirinya yang menyukai Putri, agar segalanya menjadi lebih mudah dijalani.

Foto itu dia ambil secara diam-diam sewaktu Putri meminta dirinya untuk dipotret sendirian di depan lambang kantor. Kala itu dia memakai sweater abu, kerudung hitam seperti biasanya dan celana jeans biru kesayangannya. Sesederhana itu. Dengan balutan pakaian yang sederhana itulah ia terpikat oleh perempuan yang memiliki satu tahi lalat di pipi sebelah kanannya. Ah, begitu manis!

Yuda membaringkan tubuhnya. Meletakkan bingkai foto dengan potret Putri di dadanya. Mendekapnya erat. Berharap dengan begitu, Putri dapat merasakan hangatnya dekapan yang dimilikinya.

Pandangan Yuda berpendar di langit-langit kamar indekosnya yang semakin banyak melahirkan lumut-lumut. Anehnya, bentuk yang diberikan oleh lumut-lumut itu membentuk wajah cantik Putri. Yuda tersenyum sinis. Dirinya sudah menggila.

Yuda tersiksa dengan perasaan yang tak berbalaskan ini. Memang benar bahwa cinta itu seharusnya tak menuntut balas. Tapi bagaimana pun, sekuat apapun dirinya mencoba bertahan, tetap saja pada satu waktu dia ingin perasaannya terbalas. Paling tidak, dia mampu mengungkapkan perasaannya. Setidaknya hal itu mampu membantu melegakan perasaannya yang selama ini terasa begitu berat. Bagaimana tidak? Dia harus menjaga hati yang lain nan jauh disana. Dan kini, dia ingin mengungkapkan perasaan terlarangnya dan berharap perasaannya berbalas? Menjaga satu hati saja dirinya tak becus. Bisa-bisanya ia berpikir untuk menambah satu hati lagi. Gila.

Yuda bangkit dan meletakkan bingkai foto dengan potret wajah Putri di meja yang terletak di samping ranjang tua miliknya. Kemudian dia mengambil bingkai dengan potret perempuan yang lain di dalamnya. Kekasihnya.

Dia memandangi potret kekasihnya lamat-lamat. "Apa kabarmu di sana? Masihkah cintamu untukku?"

Yuda mengubah posisi tidurnya menyamping. Matanya masih betah memandangi potret perempuan dengan rambut panjang itu. Perempuan itu tampak begitu cantik dengan balutan pakaian khas Bali. Benar, sudah tiga tahun lamanya mereka terpisah oleh jarak.

Sekitar dua tahun yang lalu, kekasihnya pindah ke Bali untuk melanjutkan pekerjaannya di sana. Dia membawa keluarganya ikut serta pindah ke sana. Hanya dirinya yang tetap tinggal di Jakarta. Sebab pekerjaannya yang memang mengharuskan dirinya untuk tinggal di Jakarta. Berkali-kali kekasihnya meminta dirinya untuk segera meninggalkan Jakarta dan tinggal di Bali bersamanya. Bukannya tak ingin, Yuda hanya masih ingin berlama-lama dengan Putri. Entah sampai kapan ia akan terus begini. Dia tahu, tak seharusnya dia seperti ini. Tapi apa yang bisa dia lakukan? rasa memang tak pernah tahu tempat untuk menerpa.

"Maafkan aku," ucapnya lirih kemudian tertidur pulas dengan potret kekasihnya yang masih berada pada dekapannya.

--

Hari ini hari Sabtu. Tidak seperti Sabtu-Sabtu biasanya. Sabtu ini berbeda. Putri tidak pulang ke rumahnya. Sebab dia akan bertemu dengan pujaan hatinya sebentar lagi. Betapa senangnya!

ANALOGY #1 : Merayakan Kehilangan [EXTENDED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang