IV. Oh no

84 8 1
                                    

Setelah mengalami kejadian tadi, aku tiba-tiba memikirkan sesuatu. Ternyata tidak semua bersikap tak acuh ya? Haha, kukira mereka itu mirip robot atau hanya raga tanpa jiwa. Padahal tadinya aku mau mencoba menari-nari dengan heboh atau melakukan beberapa hal gila di depan mereka jika mereka tetap tidak juga menanggapiku dan dagangannya yang akan ku curi tadi - namun gagal -

Karena perutku sudah terisi, aku melanjutkan penjelajahan ku di tempat ini. Berjalan dengan ringan sampai akhirnya aku melewati kios terakhir yang berada di paling ujung, lalu berbalik untuk sekedar melihat jejeran kios tadi. Dan, aku dibuat terperangah karena sekarang keberadaan kios itu lenyap tak berbekas.

Ya. Menghilang.

Aku tidak bercanda, kiosnya benar-benar menghilang. Seperti POOFF! Lalu hilang begitu saja.

Dan digantikan dengan kabut yang sama dengan yang ku lihat pertama kali.

Aneh, kan?

Kuyakinkan dalam diriku bahwa itu merupakan hal yang biasa. Karena jika di sandingkan dengan keadaanku yang sekarang, semua terlihat wajar bukan?

Aneh... kata-kata yang familiar namun tetap asing di telingaku. Pertama aku kehilangan ingatanku sehingga aku tidak tahu identitasku sama sekali. Lalu, keberadaan kota ini. Sebenarnya, apa yang sudah terjadi? Argh, sekarang aku merasa seperti orang bodoh yang tidak tau apapun.

Aku kembali menyusuri jalan yang membentang lurus didepanku. Aku tidak bisa lihat apa yang ada di ujung jalan itu karena kabut yang menjengkelkan ini! Sudahlah, tetap jalan lurus saja.

Aku melihat pemandangan sekitar dengan seksama sambil terus berjalan. Yah, walaupun aku tidak bisa melihat apa yang ada di ujung sana, tetapi aku masih bisa melihat pemandangan di dekatku. Banyak pohon di sekitarku, apa jangan-jangan ini lagi di hutan ya? Suasananya juga sunyi gini, jadi agak menyeramkan gitu. Ada pohon yang subur lalu ada juga yang sudah layu dan hanya tinggal batangnya saja. Disini sama sekali tidak terlihat seorang pun apalagi rumah penduduk. Bahkan tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Tempat ini - atau mungkin hutan ini - sangat suram, bahkan tidak ada seekor burung pun yang melintas di atas kepalaku.

Aku menghela nafas. Bosan sekali, coba saja tiba-tiba ada sesuatu yang menarik. Seperti sebuah drama melankolis... dan lagi-lagi kata yang aku fikir hanya ada diotakku, keluar begitu saja dari mulutku.

Dan seketika pemandangan didepan ku berubah menjadi sebuah rumah yang lumayan besar, dengan seorang pria dan wanita yang bediri didepan pintu rumah itu. Mereka seperti... Sedang bertengkar?

Sang wanita tiba-tiba berteriak keras sambil menunjuk pria itu tepat di depan mukanya, "DASAR SIALAN! KAU SELINGKUH! KAU MEMBUANGKU, DASAR PRIA TIDAK TAU DIRI! "

Lalu pria itu membalasnya dengan panik, "Tidak sayang! Dia hanya teman, Aku tidak mungkin selingkuh darimu! Kau tau bukan, Aku mencintaimu" katanya memelas.

Dan wanita itu membalas, "OMONG KOSONG! KAU FIKIR AKU BODOH?! AKU MELIHATMU DENGANNYA TADI SEDANG BERCIUMAN! APA ITU PERILAKU WAJAR TERHADAP SEORANG TEMAN?!"

Lalu si pria berkata lagi dengan nada yang amat menjijikan, "Itu tidak benar! Kau salah paham, percayalah padaku. Aku sungguh mencintaimu."

"TIDAK! AKU TIDAK PERCAYA PADAMU LAGI! Oh Ya Tuhan bukan hanya sekali aku memergokimu dengannya sedang melakukan hal diluar batas wajar, tapi tadi benar-benar yang paling parah, apa salahku hingga kau tega sekali berbuat seperti ini padaku... " Kata wanita itu dengan nada yang amat frustasi, dan pria itu hanya diam.

".... Aku tidak akan memaksa, sekarang terserah kau saja. Tetap denganku disini dan jangan pernah berhubungan dengannya lagi atau pergi dengan kekasih pria-mu itu." Setelah mengatakan itu, sang wanita masuk kedalam rumah dengan membanting pintu. Meninggalkan sang pria yang langsung terduduk, mungkin dia bingung harus bagaimana.

Tunggu, tadi wanita itu mengatakan 'kekasih pria-mu' , pria? ASTAGA DIA GAY! Tak kusangka, apa drama tadi masuk kedalam kategori drama melankolis?

Aku benar-benar terhibur sekarang, berniat ingin duduk lalu melanjutkan menonton drama tadi hingga selesai, menebak apakah sang pria tetap pada orientasi lurus nya, atau dia lebih memilih berbelok dan meninggalkan wanita tadi. Tapi belum sampai aku mendudukan diri diatas tanah, tiba tiba aku teringat satu hal.

"Oh iya!"

Lalu semua adegan drama yang berlangsung didepan ku menghilang seketika. Berganti dengan kabut-kabut yang menyebalkan lagi.

Kalau aku tersesat di tempat ini, dimana aku akan tinggal? Walaupun sekarang aku belum merasa lelah, namun tetap saja akan ada saatnya aku akan merasa lelah. Aduh kenapa baru kepikiran sekarang sih? Harusnya tadi aku menanyakan pada pria dan wanita tadi bagaimana mereka bisa mempunyai sebuah rumah atau juga mungkin bertanya apakah aku bisa menginap selama semalam ditempatnya atau tidak -yang kurasa tidak akan mungkin, mengingat keadaan mereka yang juga sedang buruk - atau bertanya pada pemuda yang tadi menolongku, karena mungkin saja dia tau perihal tempat tinggal.

Ya, itu semua harusnya aku lakukan tadi. Saat mereka ada didekatku, kalau sekarang bagaimana aku bisa bertanya. Aku kembali sendirian disini.

Hm... gimana ya?

Aku membelalakan mata dan tersenyum saat sebuah ide melintas di pikiranku. Bagaimana jika aku melakukan hal yang sama saat aku lapar tadi? Atau saat aku sedang kebosanan tadi? Bisa saja kan, tiba-tiba sebuah rumah muncul di depanku. Ok, ini pantas ku coba.

Aku berpikir keras untuk membayangkan sebuah rumah tak berpenghuni. Apa aja lah, mau rumah mewah atau rumah biasa atau gubuk atau mungkin hanya tenda saja, tidak masalah asalkan aku punya tempat tinggal.

Aku mencoba melakukan hal yang sama seperti tadi namun tidak ada hasil sama sekali, lalu aku mencobanya lagi dan lagi dengan tetap fokus dan berfikir keras tentang beberapa jenis tempat tinggal tadi, tapi tetap saja tidak muncul-muncul. Aku yang tadinya tetap bersikeras untuk berusaha mulai frustasi karena tidak mendapat hasil apapun. Apa yang kufikirkan tidak muncul dalam sekejap, tidak seperti saat aku lapar dan bosan tadi.

"AARGHH!!!" Aku berteriak keras saking frustasinya. "Huh.. gimana yaa.." keluhku sembari menjambak rambutku sendiri.

Eh, rambutku panjang ternyata? Aku baru sadar. Oiya, Ini bukan saatnya memikirkan hal itu!

"Caranya bukan seperti itu," tiba-tiba terdengar di telingaku suara berat yang seperti nya kukenali. Engh.. Kapan ya aku mendengarnya. Suara yang punya ciri khas tersendiri, agak berat dan juga seksi. Oke hentikan.

Aku membalikkan badanku, dan menemui pemuda berantakan yang menolongku saat didepan kios tadi. Tapi, sepertinya ada yang berbeda. Wajahnya tetap sama dengan alis tebal di atas mata emerald nya yang terbingkai bulu mata lumayan panjang. Dan hidung mancung serta rahang tegas yang terbingkai rapih di mukanya. Dan oh! Jangan lupakan bibirnya yang... Oke berhenti.

Dia juga tinggi, dan tinggiku hanya mencapai bahunya saja.

Singkatnya, pemuda itu memang yang menolongku tadi. Namun sekarang dia tidak seberantakan tadi. Serius! jika tadi kalian melihatnya juga saat didepan kios, aku berani jamin mungkin kalian hanya akan menganggapnya orang gila atau pemulung yang kebetulan mempunyai paras rupawan.

Tapi, aku berani jamin kembali bahwa kalian akan menarik kata-kata kalian saat melihat penampilannya yang sekarang.

Dengan pakaiannya seperti aristokrat.

"Kau mendengarku tidak?" Suara itu kembali mengalun indah ditelingaku. Sontak aku langsung membalas tatapannya.

Engh.. Aku ketahuan sedang menilainya tidak ya.

***

Sorry kalo makin gak jelas. Voment nya ditunggu yaa.

Salam, ToGe 🌱

MIRIFICENTIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang