~Your Is Mine~

767 134 43
                                    

Kehilangan ayah dan ibu adalah pukulan terberat bagi Bae Jinyoung. Ia membutuhkan sandaran untuk menyembuhkan lukanya, namun yang di dapatnya hanyalah hinaan bahkan kebencian dari orang-orng terdekatnya. Bagi mereka ia adalah sebuah lambang kutukan yang harus  di jauhi. Berapa kali pun ia  memohon dan berapa banyak tangisan tak pernah ada yang mau mengasihaninya.
"Bi ku mohon biarkan aku keluar dari sini" ucapnya dari balik pintu tua dengan warna coklat yang pudar. "Tidak!! Berapa kali ku katakan jangan pernah mendekati Jihoon, kau akan membuatnya dalam bahaya... dasar anak pembawa kutuk". Sakit sangat sakit, tapi ia hanya bisa tersenyum miris dari balik pintu yang di kunci dari luar itu. Di sandarkannya kepalanya pada pintu dan air mata itu kembali menetes membasahi pipinya, ia terisak dalam diam "selalu seperti ini" ucapnya lirih.

☘️

☘️

☘️

☘️

☘️

☘️

"Ulurkan tanganmu dan jadilah milikku"

Jinyoung tersadar dari mimpinya, ternyata ia tertidur setelah puas menangis. Tampak matahari yang telah kembali ke peraduannya dan telah berganti dengan cahaya redup sang bulan yang bersinar  indah di gelapnya langit malam. Perlahan ia berdiri dan menatap keluar jendela, tanpa sengaja tatapannya menangkap sebuah objek manusia yang berperakan tinggi dengan hoodie hitam yang membalut tubuhnya tengah menatap padanya dari pekarangan rumah. Cukup lama mereka bertatapan hingga orang itu tersenyum padanya. Entah apa yang terjadi tiba-tiba Jinyoung merasa lehernya seakan di ikat dengan tali yang kuat sehingga ia kesulitan bernapas, ia tersungkur di lantai. Semakin lama rasanya semakin sakit dan sesak. Terdengar langkah seseorang dari belakangnya, lalu mendekap tubuhnya, membiarkan  kepalanya bersandar di dada bidangnya. Sakit dan sesak tadi perlahan menghilang di gantikan dengan rasa nyaman. Hal ia rindukan selama ini, hal yang sangat ingin ia rasakan. Tanpa berniat menghentikannya, ia berbalik dan menatap wajah tampan yang tengah tersenyum dengan lembutnya. Tatapan itu, senyum itu, dan wajah itu membuatnya seakan terhipnotis untuk mengaguminya.
"Bae, aku kembali" ucap pria tampan itu memecah lamunan Jinyoung. "Siapa kau?" Tanyanya ragu.

"kekasihmu, aku sudah mencarimu selama ini dan akhirnya aku menemukanmu lagi". Jinyoung bingung mendengar jawaban pria itu karena selama ini jangan kan kekasih temanpun ia tak memilikinya, dan bagaimana bisa ia menyebut jinyoung sebagai kekasihnya semua pertanyaan itu berputar di kepala Jinyoung. Seakan tahu apa yang ia pikirkan, pria itu terkekeh dan berkata " kau akan segera mendapat jawaban dari pertanyaanmu, Bae".
Perlahan diangkatnya tangan kanan  Jinyoung dan dikecupnya dengan lembut, "akhh!!!" Erangan itu keluar dari bibir mungil Jinyoung. Tangannya terasa panas  seakan terbakar dan tampak sebuah lambang aneh muncul di tangannya. Ia berusaha menghapusnya namun itu tidak mau hilang.
"Jangan  menghapusnya, Bae.. ini tanda bahwa kau adalah milikku"
Jinyoung mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya. Ia mulai merasa takut dengan orang yang berada di hadapannya sekarang. Raut wajah tak suka dengan sikap Jinyoung tampak jelas di wajah pria itu. Di tariknya dagu Jinyoung lalu ia menatap dalam mata Jinyoung " kau adalah milik Lai Guanlin!!!  turuti semua perintahku" mendengar kata itu Jinyoung mengangguk patuh. Mata indah coklat Jinyoung berubah menjadi merah dan darah mengalir dari kedua matanya.

"Panggil namaku, Bae"
"Guan" senyum yang sangat manis di tunjukkannya sebagai tanda puas mendengar panggilan dari bibir mungil itu. Lalu di di gendongnya Jinyoung keluar, dan pintu yang terkunci tadi terbuka dengan sendirinya. Saat memasuki ruang tamu di turunkannya tubuh Jinyoung. "Bunuh mereka, Bae" bisiknya di telinga Jinyoung. Perlahan tubuh Jinyoung bergerak mengambil sebuah tongkat besi tajam yang terletak di lantai. Ia melangkah mendekati keluarga yang tengah berkumpul di ruang keluarga yang asyik bercanda gurau.

Sayangnya mereka tidak menyadari kehadiran Jinyoung. Perlahan di angkatnya tongkat besi  yang tajam itu pada pemuda surai coklat yang ada di hadapannya lalu di tancapkannya tepat di dada kiri . Dua orang lainnya kaget dengan kejadian yang terjadi "apa yang kau lakukan anak sialan!!" Pamannya yang terlihat sangat marah lalu menampar wajah Jinyoung. Bukannya berhenti Jinyoung justru menarik tongkat besi tadi dan  menusuk pamannya sama seperti saat ia menusuk Jihoon. Namun tanpa di sadarinya bibinya perlahan mengambil pisau yang ada di meja dan menancapkannya tepat di pundak Jinyoung.  Melihat itu Guanlin mendekat lalu mematahkan leher wanita itu dengan mudahnya. "Jangan pernah menyentuh apa yang menjadi milikku". Tubuh mungil itu hampir saja terjatuh jika Guanlin tidak menangkapnya. Di peluknya dan di berinya kecupan lembut di dahi Jinyoung.
"Guan, sa...kit " ucap Jinyoung dengan suara yang  lemah. "tenang, Bae. Semua akan baik-baik. Tutup matamu dan istirahatlah"
Perlahan kelopak mata itu tertutup dan Jinyoung tak sadarkan diri. Lalu Guan Lin menarik pisau yang masih menancap di pundak Jinyoung. Lalu di gunakannya untuk menyayat pergelangan tangannya hingga darah itu mengalir dari tangannya, di teteskannya pada luka Jinyoung.

"Ayo kita pulang"


Akhirnya chap. 1 selesai, ini karya pertama yang aku publikasiksn, eakkkk 😂😂
Gimana2???
Bosenin ya ceritanya? Aku tau kok..
Aku seneng banget kalo ada yg rela hati memberikan aku receh (?) Eh maksudnya coment atau like, hahahaha...

Ini tanda / lambang (?) di tangannya Bae











SALAM SAYANG DARI UNDKER,
SEE U DI CHAP. BERIKUTNYA (?)

The Maple LeafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang