Author pov:
4 bulan kemudian...
Air mata haru menetes,baik dari Asyifa maupun Kholisa.Sungguh Tak terasa waktu berjalan begitu cepat,padahal baru kemarin Asyifa duduk dibangku perkuliahan,dan kini dia sudah menjadi sarjana dengan nilai IP yang cukup memuaskan,yaitu 3,56.Begitu juga dengan Kholisa,nilai nya tak kalah bagus dari Asyifa,hanya berbeda beberapa angka saja,yaitu 3,48.
Seusai menghadiri acara wisuda,Asyifa beserta Kholisa langsung pergi menuju studio foto untuk mengabadikan momen momen yang tak terlupakan ini.
Sesampainya di studio foto,Asyifa dan Kholisa hanya mengambil beberapa foto saja,yaps mereka tidak terlalu menyukai foto.Kegiatan foto foto mereka hanya berlangsung selama setengah jam,setelah itu mereka memutuskan untuk langsung pulang kerumah masing masing.Sesampainya dirumah, Asyifa dikejutkan oleh kehadiran Ali beserta keluarga nya.
"Ada apa ini sebenarnya? Kok rame rame begini?"Tanya Asyifa penasaran.
"Duduklah kemari nak, keluarga Ali sudah lama menunggumu"jawab Abi.
Menungguku?gumam Asyifa dalam hati.Asyifa mulai berfirasat buruk,dia membayangkan bahwa kedatangan Ali dan keluarga nya kesini untuk melamar nya.
Dan benar saja, ekspetasi nya sesuai dengan realita,jantungnya seakan berhenti berdetak sementara saat mendengarkan kata kata yang terlontar dari om Hervan.
"Kedatangan kami disini berniat untuk melamar kamu Ra.Om sama tante berharap kamu dengan senang hati menerima lamaran ini" kata om Hervan.
Kelu,tak satu pun kata kata yang mampu terucap dari bibir Asyifa.Bukan lamaran dari Ali yang dia tunggu,melainkan dari Ahkam.Sedikitpun tak ada rasa cinta di hati Asyifa untuk Ali,cinta nya utuh hanya untuk Ahkam.Semenjak Ahkam hadir kembali di kehidupan Asyifa rasa cinta itu terpupuk dengan sangat subur,seolah mata Asyifa telah tertutup.
"Bagaimana nak?" Tanya Umi kepada Asyifa.
Asyifa mencoba berfikir keras,dia benar benar dilema antara Dua pilihan,jika dia menolak lamaran Ali,orang tuanya pasti akan sangat malu dan kecewa kepadanya,tapi kalau dia menerima lamaran ini,akankah dia bisa hidup bahagia?,bisakah dia hidup dengan orang yang tidak dicintainya?.
Dengan berbekal bismillah, akhirnya Asyifa memutuskan untuk menerima lamaran ini."A-aku mau menerima lamaran dari Ali" ucap Asyifa dengan nada suara bergetar.
Semua orang mengucapkan syukur kepada Allah,karena Asyifa mau menerima lamaran ini.Di tengah tengah kebahagiaan yang hadir di sini,Asyifa malah sibuk ingin meminta izin mau kekamar saja,dia beralasan dirinya lelah sepulang dari studio foto.
"Abi.Ira pamit ke kamar ya,Ira mau istirahat.Boleh bi?" Tanya Asyifa
"Tentu.Silahkan nak" jawab Abi tersenyum.
Asyifa beranjak dari duduknya Dan segera menuju kekamar.Begitu sampai dikamar,tangisnya pecah sejadi jadinya,Asyifa tak kuat lagi menahan air mata yang sedari tadi ingin mencelos jatuh membasahi pipinya.Beruntungnya kamar Asyifa terletak di lantai dua,jadi tangisannya tak kan terdengar.
Setelah merasa agak tenang, Asyifa mencoba menceritakan hal yang dia alami kepada Kholisa.Kebiasaan Asyifa yang tidak bisa diubah yaitu selalu bercerita kepada Kholisa setiap menghadapi permasalahan,karena baginya,selain Fazra,orang yang bisa di percaya lagi adalah Kholisa.
"Sa,aku mau bercerita" ucap Asyifa mengirimkan pesan untuk Kholisa melalui WhatsApp.
"Ceritakan saja Ra.Aku akan menyimaknya" jawaban pesan yang diberikan oleh Kholisa.
Air mata Asyifa kembali menetes saat mengetahui dirinya telah menerima lamaran Ali.
"Hiks,,,,,hiks.Aa-ku di lamar sama Ali Sa" jawab Asyifa dan hal itu membuat tangisnya kembali pecah.
Tak ada balasan dari Kholisa,hanya ada tanda centang biru dua yang berarti pesan tersebut telah di baca oleh Kholisa.
Jujur Asyifa sangat terpaksa menerima lamaran Ali,dia tidak mau menjadi anak durhaka karena menolak permintaan orang tuanya.
***
Deep...
Bagaikan dihujam tusukan pedang, Kholisa menahan rasa sakit yang kini menyerang hatinya.Hancur,satu kata yang dapat menggambarkan perasaannya saat ini.Seorang yang telah lama dia sukai,bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar harus di ikhlaskan kepada orang lain.Tidak bisa!!!, walaupun sahabat sendiri,Kholisa tak Kan mampu mengikhlaskannya, dia sudah cukup lelah untuk terus mengalah, tapi tidak untuk Kali ini,bagaimanapun caranya,dia harus bisa merebut Ali dari Asyifa.
Pikiran licik dan keji memenuhi otak Kholisa.Berbagai macam siasat tengah ia rencanakan untuk membatalkan pernikahan Ali Dan Asyifa, walaupun harus mengorbankan nyawa Asyifa sekalipun.Seringaian keji terukir diwajah cantik Kholisa, menjadi sebuah pertanda bahwa dia telah menemukan cara yang tepat.
***
Esok harinya Kholisa menghubungi Ali, dia mengancam apabila Ali menikahi Asyifa, maka dia akan bunuh diri.
"Kak Ali" panggil Kholisa di telfon dengan suara bergetar.
"Hei.Ada apa denganmu?"tanya Ali panik.
"Apakah benar kakak akan menikahi Ira?" Tangis Kholisa pecah.
Hening.Tak ada balasan apapun diseberang sana.
"Itu bohongkan Kak?" Tanya Kholisa memastikan, walaupun dia tau yang sebenarnya.
"Huft,,,itu benar" jawab Ali.
Sesungguhnya Ali telah mengetahui kebenaran bahwa sanya Kholisa telah menaruh hati padanya.Tanpa harus diungkapkan Ali sudah dapat membacanya.
"Maafkan aku Lisa" kata Ali dengan nada bersalah.
"Tapi itulah kebenaran nya.Aku mencintai Ira, bukan dirimu" tambahnya.
#tbc
Sorry baru update lagi, kemarin author sibuk banget ngurusin ujian,jadi mohon dimaklumi yah (:
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Tak Berbalik Arah
RandomWalaupun sekeras apapun usaha jika memang bukan ditakdirkan untuk bersama takkan menyatu jua... Itulah yg dialami oleh seorang gadis bernama Asyifa Al Humaira.Menganggumi seorang laki laki yg telah berjasa besar kepadanya. Laki laki itu berhasil mem...