Part 2 Ekskul Basket

93 10 1
                                    

Keinginan Febby untuk pergi ke toko buku yang dulu sempat diundur. Kini sudah dapat terlaksana. Sepulang sekolah Febby begegas ke toko buku yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan sekolahnya. Ditelusurinya setiap sudut toko buku, namun buku yang ia cari belum terlihat olehnya.

"Aduh, dimana sih? Kata si mbaknya novel Harry Potter ada di sekitar sini. Tapi mana, ya?" keluh Febby.
"Nah, ketemu juga akhirnya!" lanjutnya.

Ketika ia hendak mengambil novel itu. Tangan seseorang juga berusaha mengambilnya. Febby pun melirik pada orang yang mempunyai tangan itu.

"Aldo?"
"Loe? Siswi yang telat itu, kan?"

Ternyata kesan pertama bertemu bagi keduanya sangatlah tidak baik. Aldo menilai Febby adalah siswi yang tidak disiplin dan tidak mematuhi peraturan. Febby sendiri menilai Aldo adalah senior yang galak dan ketus.

"Aku punya nama, ya! Nama ku Febby"
"What ever lah, Gue enggak peduli siapa nama loe. Yang jelas loe musti lepasin novel ini."
"Enak aja. Aku yang duluan liat. Harusnya kamu yang lepasin novelnya. Ini punya, aku."
"Enggak. Pokoknya loe yang harus lepasin."
"Enggak mau." Febby tetap ngotot. "Kamu kan cowok, ngalah dong!"
"Enak aja, gue yang ngalah."

Novel yang tinggal satu-satunya itu tengah diperebutkan Febby dan juga Aldo. Keduanya tidak ada yang mau mengalah. Namun dimana-mana laki-laki lebih kuat dari perempuan. Aldo yang berhasil mendapatkan novel itu.

"Gue yang dapet." ujar Aldo bangga.
"Heh, balikin novelnya!" Febby berusaha mengejar Aldo.

Namun Aldo cepat sekali menghilang dan Febby pun kehilangan jejaknya.

"Ah, padahal itu tinggal satu-satunya. Aku harus cari dimana lagi." keluh Febby.

Febby pun memutuskan untuk pulang. Perebutan novel yang ia ingin-inginkan dari tangan Aldo tak membuahkan hasil. Sesampainya di rumah, Aldo segera bergegas menuju kamar adiknya Chika. Dilihatnya adiknya yang sangat dicintainya itu tengah melahap bubur yang disuapi Bibik Imas.

"Sudah, Bik!" Aldo meraih mangkuk bubur dari tangan Bik Imas.
"Biar saya saja yang menyuapi Chika."
"Baik, Mas!" Bik Imas pun meninggalkan kamar Chika.

Satu suap, dua suap bubur Chika habiskan, sampai satu mangkuk bubur habis dilahapnya.

"Tumben kakak pulang cepet?" tanya Chika.
"Kakak mau ngasih sesuatu sama kamu."
"Emangnya hari ini Chika ulang tahun?"
"Oh, jadi kalo kakak mau ngasih kamu sesuatu kalo pas ulang tahun aja?"
"Emangnya apa yang mau kakak kasih buat Chika?"
"Kemarin kamu pernah bilang sama kakak, kalo pengen nonton film Harry Potter. Dan kakak udah janji mau nemenin kamu. Tapi enggak jadi, karna kamu enggak diizinin keluar rumah. Kakak juga udah berusaha nyari VCD-nya. Tapi enggak nemu juga. Untung aja novelnya masih ada."
"Wah! Makasih ya, kak!" ujar Cikha gembira.
"Iya, sama-sama. Kamu suka, kan?"
"Suka banget! Kakak adalah kakak terbaik sedunia. Chika beruntung punya kakak kayak Kak Aldo."
"Kakak juga beruntung punya adik semanis dan selucu kamu." Aldo pun memeluk Chika dengan penuh kasih sayang.

***

Hari ini adalah hari dimana semua siswa-siswi kelas X menentukan ekskul apa yang akan ia ikuti. Febby memutuskan untuk mengikuti ekskul basket. Sementara ketiga temannya, Lyla yang senang berkreasi dan pintar berbicara memutuskan untuk mengikuti ekskul jurnal. Vania dengan suaranya yang bagus dan Winda yang mahir dalam biola, mendaftarkan diri dalam ekskul musik. Sesampainya Febby di lapang basket, ternyata semua siswa-siswi yang mengikuti ekskul basket sudah mulai pemanasan. Ketika Febby melihat siapa yang memandu pemanasan, ia sangat terkejut.

"Aldo? Kok dia, sih? Kenapa coba dia selalu ngikutin aku?" Ia pun teringat dengan kata-kata Lyla yang sempat menyebutkan bahwa Aldo adalah kapten basket. Ia lupa dengan yang satu itu.

The Secret Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang