"DASAR PRIA BANGSAT!"
Suara teriakan terdengar jelas dari lapangan sekolah SMA Harapan Bangsa.
"Lu itu kalau gak ada uang gak usah pacarin anak orang, dong!"
Sepertinya suara pekikan itu terekam di telinga seluruh siwa-siswi di sekolah ini. Lantas, seketika suara itu mengundang banyak perhatian.
Seorang pria beramput pirang tengah meringis kesakitan di tengah lapangan basket. Memegang pipi dengan kedua telapak tangannya. Sebuah tamparan telah mendarat di pipi pria itu.
"Sakit tau!" celoteh pria yang pipinya memerah akibat sebuah tamparan lima jari wanita itu.
"EMANG GUE PEDULI!? MAMPUS SITU!" wanita itu semakin menggebu. Emosinya kian tak terkendalikan.
"Biar semua orang tau, kalau lu cuma pria miskin!" sambung wanitu itu dengan wajah memerah.
"Eh dasar perempuan matre!" seolah tak mau kalah, pria itu turut berargumen.
"Siapa juga cowo yang mau sama lu! CEWE MATRE!" pria itu menekankan intonasinya pada kalimat terakhir.
Sontak membuat emosi wanita dihadapannya memuncak, sebuah kepalan berhasil menoyor pipi itu kedua kalinya. Setelah, tamparan lima jari yang berhasil membekas disana.
"Sudah bos, sudah." Tampak seorang wanita yang berada di tengah mereka berusaha menyeleraikan keadaan.
"DIAM LU, FARAH!" bentak wanita itu.
"Lu dilihatin banyak orang bos, sudahlah biarkan saja." Wanita lain yang sedari di tengah mereka ikut menyeleraikan kembali.
"DIAM LU, NIMAS!" bentak wanita itu kedua kali.
"Serah lu, dah!" ucapan pasrah terlontar dari salah seorang wanita yang berusaha menyeleraikan tadi.
Ribuan pasang mata menyaksikan aksi konyol ini. Beragam cibiran pun datang silih berganti. Suara kericuhan menambah suasana kala ini menjadi tegang.
Pria itu mengambil keputusannya sendiri, meninggalkan wanita yang menggebu tadi sendirian di lapangan itu.
"Anjing, lu mau kemana?" kali ini sungguh, membuat sekeliling menganga akibat perkataannya barusan.
Dasar perempuan murahan.
Dasar prempuan rendahan.
Dasar perempuan hina.
Bla-bla-bla and bla.
Selintas cibiran yang datang dari mulut siswa yang sepaham dengan pria itu.
"Emang gue peduli ngurusin hewan kayak lu gitu. Najis!" teriak pria itu menjauh.
Ternyata, angin membawa suara gaduh ini hingga terdengar jelas sampai ke ruang kantor dan kepala sekolah.
"ANGEL, DIMAS! HENTIKAN!" teriak seorang pria bertubuh kekar. Kepala Sekolah.
Mereka yang mengetahu hal itu, sontak mati dengan keadaan.
"E-eh iya, Pak." Jawab Angel terbata-bata.
Sedangkan, pria itu hanya diam menunduk.
"Kalian berdua, silahkan jumpai saya di ruangan sekarang!" perintah pria itu pada mereka.
Keadaan seketika menjadi beku, yang tadinya ricuh, kini tenang terkendali.
Mereka hanya diam--menunduk. Sekali lagi mereka bicara. Musibah besar.
Iya. Kepala Sekolah SMA Harapan Bangsa terkenal sangat tegas dalam memberikan hukuman kepada siapa saja yang melanggar aturannya. Setiap siswa yang tidak taat kepada peraturan yang telah dibuatnya, maka akan berdampak besar bagi kelangsungan pendidikannya. Begitulah, dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Up!
Teen Fiction[WARNING: TERDAPAT BANYAK KATA-KATA KASAR] Bukankah cinta diciptakan untuk saling menguatkan? Akankah cinta akan berjalan jika saling memaksakan? Jadi, jika begitu. Kenapa harus menuntut untuk dimengerti? Sedangkan, cinta lahir dari hati nurani. Aku...