"Kamu itu ibarat kopi, enaknya diminum sewaktu hangat," seorang pria berambut pirang tengah berpuitis dihadapan Angel dan kawan-kawan.
Seperti biasa, Angel selalu memberi kesempatan bagi semua pria yang ingin memiliki dirinya. Walaupun, segala konsekuensi harus mereka terima apabila memiliki seorang pacar seperti Angel, namun masih saja ada lelaki yang selalu menggodanya setiap hari.
"Hubungannya sama kopi apa?" Angel mengernyitkan dahi. Suasana kelas kala itu ricuh tak terkendali. Ribuan pasang mata menonton aksi konyol yang dilakukan oleh wanita yang haus akan cinta itu.
"Biarpun kamu pahit, aku akan tetap menegukmu habis tanpa sisa," pria itu bersikukuh akan pendiriannya. Bahwa, seorang wanita akan luluh dengan kata-kata memilu hati. Sepertinya dia salah, Angel sangat anti dengan gombalan. Kecuali, tumpukan uang merah yang membuat mata Angel hijau dan luluh seketika.
Seolah tidak perduli, Angel meninggalkan pria itu sendiri tanpa berkata apapun, terlebih membalas perasaan tulus pria yang menjual harga diri demi cinta buta yang ia damba.
"Bodoh amat," kata Angel dalam benaknya.
Bukan untuk yang pertama kalinya, Angel menolak pria yang telah berani menembaknya di hadapan seluruh murid SMA Harapan Bangsa. Tempat Angel bersekolah. Mungkin, aksi seperti ini sudah menjadi tontonan biasa bagi seluruh teman-temannya.
"Kenapa gak diterima, bos?" kali ini Farah ikut campur dalam urusan hati bosnya itu.
"Gapapa."
"Diakan ganteng bos?"
"Ganteng aja buat apa, kalau gak ada duitnya?"
Lagi-lagi Angel selalu menilai seseorang dari segi materi, tidak dengan hatinya. Segala sesuatu yang ada di dunia ini baginya hanyalah perihal selembar uang kertas yang mampu membawanya ke dalam hidup fatamorgana. Dia lupa, bahwa roda terus berputar, akan ada masa dimana roda harus berada dibawah dan menginjak kotoran yang ia lalui tanpa rasa jijik sedikitpun.
Pria itu terus mengejar tubuh Angel yang telah jauh melangkah darinya. Kali ini, dia sungguh melakukannya.
Dengan tanpa rasa malu sedikitpun, pria itu berlutut dihadadapan Angel dengan menyulurkan tangannya, tanda memberi sesuatu. "Maukah kau menjadi pacarku?" Oh tidak, sebuah cincin emas.
Angel terpaku sejenak, bukan, bukan karena ungkapan pria itu. Melainkan, cincin emas yang berada di tangannya itu.
"Kenapa tidak?" jawab Angel santai. Seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya, ia menerima pria itu dengan mudahnya.
Jadi, sekarang kita jadian dong?" lantas pria itu memeluk Angel cepat.
Seketika suasana menjadi ramai, ada sorak bahagia, ada juga sorak cibiran. Biar begitu, Angel tidak pernah perduli. Terlebih, cincin emas yang diberikan oleh pria berambut pirang itu.
Angel mengambil benda itu dengan cepat. Dalam hitungan detik, cincin itu melekat dalam jari manis kirinya.
"Gimana sayang? Suka tidak?"
"Suka bangetttttt malah," Angel mengecup kening pria itu. Pria yang sebelumnya tidak ia kenal sama sekali. Ternyata, hanya butuh hitungan menit saja untuk memikat hatinya. Dengan sebuah emas, semua bisa diraih.
"Habis pulang jalan, yuk!"
"Oke, siapa juga yang gak mau jalan sama kamu?" Ucap Angel bergelayut dalam genggaman pria berambut pirang.
Selama pembelajan berlangsung, mata Angel tak henti-hentinya menatap cincin emas barunya dan tidak memperdulikan Bu Lia yang tengah menjelaskan pelajaran Matematika di depan kelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/135538843-288-k84366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Up!
Teen Fiction[WARNING: TERDAPAT BANYAK KATA-KATA KASAR] Bukankah cinta diciptakan untuk saling menguatkan? Akankah cinta akan berjalan jika saling memaksakan? Jadi, jika begitu. Kenapa harus menuntut untuk dimengerti? Sedangkan, cinta lahir dari hati nurani. Aku...