2

364 48 19
                                    

Jika Tuhan masih berkeinginan untuk mengabulkan satu harapanku, makhluk yang paling berdosa ini, aku akan memanjatkan keinginan untuk memiliki orang yang akan menerima seluruh cintaku. Orang yang akan memberikan seluruh cintanya kepadaku. Sosok yang akan menjadi penawar dalam racun kehidupanku. - Marcus Jo


Tujuh puluh dua jam sudah terlewati semenjak aku melihat potongan-potongan kejadian aneh itu. Sudah selama itu pula, sihir anak itu masih bertahan; menyihir otakku agar hanya memikirkan iris dwiwarnanya yang berbinar-binar serta sentuhannya yang memabukkan.

Tak lupa memikirkan keterkaitan antara kehidupanku dengan dirinya. Apakah benang merah telah melingkari jari kita berdua? Apakah aku ditakdirkan untuk hidup bersama anak itu?

Aku berada di atap, terduduk di atas balok kayu yang melintang. Hanya ditemani oleh kesunyian yang menyedihkan. Menulikan telingaku, mencegah nyanyian demi nyanyian yang didendangkan oleh para pemain opera masuk ke dalam runguku. Niatnya, aku ingin bersantai seperti biasanya. Menikmati malam, menikmati kesendirianku.

Aku serupa dengan orang linglung yang tak tahu harus berbuat apa. Hanya terdiam dengan pikiran yang dipenuhi oleh wajah anak itu yang bersinar seolah-olah anak itu memiliki mentari pada dirinya.

Aku gila!

Aku sudah kehilangan akalku.

Tarikan napas yang dalam kulakukan. Sebuah tindakan yang tergolong percuma karena makhluk berdarah dingin sepertiku tak perlu bernapas untuk bertahan hidup. Aku hanya melakukan apa yang manusia lakukan ketika mereka sedang dilanda kebingungan yang besar. Inginnya, memori mengenai rupa anak kecil itu menjauh dari diriku, namun yang terjadi justru kebalikannya.

Dia benar-benar sialan! Setelah bertemu denganku, membuatku merasakan perasaan aneh untuk pertama kalinya, sekarang, aku tak bisa menangkap keberadaannya di manapun.

Apakah Charlie Starling yang menyembunyikannya?

Berbicara mengenai Charlie, aku kembali teringat dengan sebuah perjanjian yang belum kusetujui. Yang jawabannya masih kupikirkan sampai saat ini. Ada beberapa hal yang ganjal dan tak masuk akal. Seperti, mengapa harus aku yang menjaga putrinya? Dan, mengapa bukan ia yang menjaga anaknya sendiri?

Apakah yang kulihat dalam potongan peristiwa itu akan terjadi di masa depan?

Apa yang akan terjadi kepada Cha Hee-Jo di masa depan? Apakah kehidupan perempuan secerah matahari dan sebening embun itu akan hancur? Apakah aku tak akan mendapatkan kehadiran mentari yang menghiasi kedua matanya di masa mendatang? Apakah potongan peristiwa yang kulihat akan menjadi kenyataan?

Entah, karena aku terlampau larut dalam pikiranku atau terlalu memikirkan anak kecil itu, karena tatkala kedua mataku kembali terbuka, bukan dinding kayu yang dipenuhi debu dan sarang laba-laba yang tertangkap. Bukan pula kegelapan yang teramat pekat yang membuat manusia tak dapat melihat apa-apa.

Melainkan sebuah dinding berwarna putih gading dengan sebuah foto besar yang menggantung rapi. Foto yang menampilkan sebuah keluarga hangat yang berisikan sepasang suami istri beserta dua anak mereka.

Wajah mereka sangat tidak asing. Terlebih anak perempuan yang sedang merangkul saudara laki-lakinya dengan senyuman hangat yang tersemat di bibir.

Anak perempuan yang berhasil mengacaukan pikiranku yang tenang.

Hina Starling.

"Siapa kau?"

***

Aku terkesiap tatkala pertanyaan itu menggelegar dengan frekuensi yang besar disertai getar dalam vokalnya. Aku tak perlu membalikkan badan demi melihat siapa orang yang berani berteriak seperti itu kepadaku, karena aku sudah mengetahuinya.

the hidden secret [PRIVATED🔐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang